Gara-Gara Corona, Pertumbuhan Ekonomi Bisa Minus 0,45%

Rabu, 20 Mei 2020 - 19:27 WIB
Pertumbuhan ekonomi diramalkan bisa minus 0,45% tahun ini jika tekanan wabah Corona masih tak berkurang. Foto/Ilustrasi
JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memperkirakan angka pertumbuhan ekonomi pada tahun ini berada di kisaran -0,45% hingga 2,3%. Hal ini memperhatikan kondisi dari perekonomian global yang terdampak oleh wabah virus Corona.

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan, kondisi pererkonomian global saat ini masih belum menentu. Wabah virus Corona yang menghantam hampir semua negara di dunia membuat lembaga-lembaga internasional masih kesulitan memprediksi pertumbuhan ekonomi global.

"Di Indonesia menurut World Bank 3,5-2,1%, ADB 2,5% kalau kita dalam APBN menggunakan -0,4% sampai 2,3%. Ini range yang kita pakai untuk Indonesia," ujar Suahasil dalam teleconfrence APBN KiTA, Rabu (20/5/2020).



(Baca Juga: Sri Mulyani Ramalkan Skenario Terburuk, Konsumsi Rumah Tangga 0% di Kuartal II)

Menurut Suahasil, pandemi ini telah menyerang perekonomian semua negara. Misalnnya saja Amerika Serikat yang pada kuartal I/2020 ini hanya tumbuh 0,3%. Sedangakan Jerman justru perekonomiannya mengalami konstraksi 2,3% pada kuartal I/2020. Tak luput dari pengecualian, pertumbuhan ekonomi nasional di kuartal I pun anjlok ke 2,97%.

"Kalau dilihat apa yang terjadi kuartal I kita lihat pemburukan yang cukup cepat AS itu yang beberapa kuartal lalu di 2-2,5% sekarang 0,3%. Inggris 1,6%, Korsel 1,3%, Jerman -2,3%. Indonesia itu kita biasanya 5% pertumbuhan, tapi kuartal I kemarin kita dapat 2,97%," jelasnya.

Anjloknya pertumbuhan ekonomi juga berpengaruh pada naiknya angka pengangguran. Oleh karean itu, pemerintah berusaha sekeras mungkin untuk menahan melonjaknya angka pengangguran.

"Nah tentu aktivitas ekonomi yang sebabkan kontraksi. Pengangguran naik tajam, inflasi turun dan sektor keuangan volatilitas. Ini yang kita coba tahan volatilitas sektor keuangan, kalau kegiatan ekonomi turun kita nggak mau dari krisis ekonomi jadi krisis ke sektor keuangan, seperti sektor perbankan dan keuangan itu dampaknya bisa meluas ke perekonomian," jelasnya.

Meskipun lesu, namun dirinya masih optimis jika pertumbuhan ekonomi di tahun depan akan bisa rebound. Bahkan beberapa lembaga internasional pun mengaku menjadikan 2021 itu sebagai tahunnya rebound.

"Tahun 2021 itu juga ada proyeksinya yang mencerminkan optimisme dari perbaikan ekonomi. Hampir semuanya perkirakan 2020 adalah tahun yang paling rendah lalu, terjadi recovery di 2021 sehingga kalau dilihat ini adalah V shape recovery, artinya cepat," jelasnya.
(fai)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More