Kreasi UMi Pegadaian 'Si Penyelamat UMKM' di Tengah Pandemi
Selasa, 13 April 2021 - 21:16 WIB
Suleha mengaku kepincut dengan Pegadaian Kreasi UMi karena prosesnya tidak ribet, dan agunannya hanya bermodalkan BPKB serta syarat administrasi lainnya. Hasilnya, hanya butuh waktu empat hari pinjamannya sudah bisa dicairkan.
Salah satu keluarga petani melihat saldo tabungan emas Pegadaian di Kabupaten Maros, Minggu (25/04/2021). Foto: SINDOnews/Muchtamir Zaide
“Awalnya pinjam Rp10 juta dengan waktu kembali 12 bulan, terus usaha berkembang saya tambah lagi modalnya Rp8 juta sudah lunas dan saya ajukan lagi Rp6 juta untuk menambah modal lagi. Dari proses itu saya senang karena bunganya rendah tidak mencekik leher, belum lagi petugasnya ramah dan kami tidak dikejar-kejar seperti pembiayaan lainnya,” jelasnya.
Dia mengakui dari dukungan Kreasi UMi Pegadaian , usahanya meski di tengah pandemi masih bisa menghasilkan untung dengan rata-rata omzet per bulannya Rp10 juta, bahkan sebelum pandemi bisa Rp15 juta. Dari omzet tersebut, Suleha memanfaatkannya membayar kewajiban Kreasi UMi, membeli mobil, membiayai pendidikan anak dan mengepulkan dapurnya.
“Produksi rata-rata hari biasa sebelum pandemi bisa 700 biji jalangkote, setelah pandemi 500 sampai 600 biji. Bersyukur di Ramadan sudah mulai naik pemesanan 1.000 biji dengan varian harga yang ditawarkan mulai Rp1.000 per biji hingga Rp2.000 per biji,” ungkapnya.
Suleha mengibaratkan Pegadaian sebagai penyelamat usaha miliknya, apalagi di masa pandemi. Entah, apa yang terjadi jika tak bisa mengakses pembiayaan tersebut.
Salah satu keluarga petani melihat saldo tabungan emas Pegadaian di Kabupaten Maros, Minggu (25/04/2021). Foto: SINDOnews/Muchtamir Zaide
“Awalnya pinjam Rp10 juta dengan waktu kembali 12 bulan, terus usaha berkembang saya tambah lagi modalnya Rp8 juta sudah lunas dan saya ajukan lagi Rp6 juta untuk menambah modal lagi. Dari proses itu saya senang karena bunganya rendah tidak mencekik leher, belum lagi petugasnya ramah dan kami tidak dikejar-kejar seperti pembiayaan lainnya,” jelasnya.
Dia mengakui dari dukungan Kreasi UMi Pegadaian , usahanya meski di tengah pandemi masih bisa menghasilkan untung dengan rata-rata omzet per bulannya Rp10 juta, bahkan sebelum pandemi bisa Rp15 juta. Dari omzet tersebut, Suleha memanfaatkannya membayar kewajiban Kreasi UMi, membeli mobil, membiayai pendidikan anak dan mengepulkan dapurnya.
“Produksi rata-rata hari biasa sebelum pandemi bisa 700 biji jalangkote, setelah pandemi 500 sampai 600 biji. Bersyukur di Ramadan sudah mulai naik pemesanan 1.000 biji dengan varian harga yang ditawarkan mulai Rp1.000 per biji hingga Rp2.000 per biji,” ungkapnya.
Suleha mengibaratkan Pegadaian sebagai penyelamat usaha miliknya, apalagi di masa pandemi. Entah, apa yang terjadi jika tak bisa mengakses pembiayaan tersebut.
tulis komentar anda