Erick Berencana Beli Peternakan Sapi di Belgia, Anggota DPR: Itu Solusi Jangka Pendek
Senin, 19 April 2021 - 22:11 WIB
JAKARTA - Anggota Komisi VI DPR Amin Ak menilai, pembelian peternakan sapi di luar negeri merupakan solusi jangka pendek (exit strategy) akibat tidak terpenuhinya pasokan daging sapi dalam negeri. Namun hal itu tidak menghilangkan kewajiban pemerintah untuk membuat roadmap swasembada daging sapi nasional dan merealisasikannya secara bertahap.
Pernyataan Amin merupakan respons dari rencana Menteri BUMN Erick Thohir yang berniat membeli peternakan sapi di Belgia melalui BUMN sektor peternakan. ( Baca juga:Erick Thohir Incar Peternakan Sapi di Belgia )
“Strategi semacam itu bagus untuk jangka pendek, namun tidak tepat dalam konteks jangka panjang. Pengelolaan peternakan yang efisien harus dikuasai oleh peternak Indonesia agar bisa swasembada daging,” ujar Amin, Senin (19/4/2021).
Dia menilai, BUMN dapat memenuhi sebagian kekurangan pasokan daging dalam negeri dan sebagian keuntungan dari transaksi bisnis ini bisa masuk ke kas negara. Selain itu, langkah pembelian sapi luar negeri diyakinì mengurangi ketergantungan impor daging yang selama ini dilakukan oleh sebagian pihak swasta.
"BUMN yang ditunjuk bisa menjalankan misi alih kemampuan teknologi peternakan sapi dari negara yang sudah maju industri peternakannya agar bisa diterapkan di dalam negeri," katanya.
Kelebihan sistem peternakan sapi di negara maju seperti Belgia dan Australia adalah kemampuan mereka menghasilkan daging sapi yang berkualitas dengan harga yang lebih murah.
Dia menilai, beberapa tahun ke depan kebutuhan untuk memenuhi daging sapi secara mandiri akan cukup sulit. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), populasi sapi potong pada tahun 2020 mencapai 17,5 juta ekor. Merujuk data Kementerian Pertanian, dari populasi tersebut, hanya sekitar 25% saja yang siap potong.
Sementara kualitas sapi lokal hanya mampu memasok sekitar 400.000 ton. Sedangkan kebutuhan daging sapi nasional mencapai 700.000 ton, maka dibutuhkan tambahan 1,7 juta ekor sapi siap potong setiap tahunnya. "Karena itu, sebagai solusi jangka pendek, rencana Menteri Erick cukup realistis," kata Amin.
Dia meminta pemerintah membuat roadmap pemenuhan daging sapi nasional dengan cara swasembada. Kementerian terkait harus duduk bersama dan bersinergi agar roadmap tersebut bisa berjalan dengan baik. ( Baca juga:Polri Tetapkan Jozeph Paul Zhang sebagai DPO Kasus Dugaan Penodaan Agama )
Menurut Amin, yang harus dilakukan adalah menyiapkan lokasi dan lahan yang tepat dan mencukupi untuk pengembangan peternakan dengan konsep food estate. Di Australia, sapi tumbuh di hamparan padang rumput yang luas sehingga biaya produksinya jauh lebih efisien. Dengan kebutuhan daging sekitar 700.000 ton, maka dibutuhkan minimal 5 juta ekor sapi siap potong dengan kualitas tinggi.
“Jadi untuk jangka panjang ada empat hal yang harus disiapkan untuk mencapai swasembada daging, yaitu lahan peternakan yang cukup, bibit unggul, sistem peternakan yang efisien, juga sistem logistik atau distribusi yang efisien,” tutur dia.
Pernyataan Amin merupakan respons dari rencana Menteri BUMN Erick Thohir yang berniat membeli peternakan sapi di Belgia melalui BUMN sektor peternakan. ( Baca juga:Erick Thohir Incar Peternakan Sapi di Belgia )
“Strategi semacam itu bagus untuk jangka pendek, namun tidak tepat dalam konteks jangka panjang. Pengelolaan peternakan yang efisien harus dikuasai oleh peternak Indonesia agar bisa swasembada daging,” ujar Amin, Senin (19/4/2021).
Dia menilai, BUMN dapat memenuhi sebagian kekurangan pasokan daging dalam negeri dan sebagian keuntungan dari transaksi bisnis ini bisa masuk ke kas negara. Selain itu, langkah pembelian sapi luar negeri diyakinì mengurangi ketergantungan impor daging yang selama ini dilakukan oleh sebagian pihak swasta.
"BUMN yang ditunjuk bisa menjalankan misi alih kemampuan teknologi peternakan sapi dari negara yang sudah maju industri peternakannya agar bisa diterapkan di dalam negeri," katanya.
Kelebihan sistem peternakan sapi di negara maju seperti Belgia dan Australia adalah kemampuan mereka menghasilkan daging sapi yang berkualitas dengan harga yang lebih murah.
Dia menilai, beberapa tahun ke depan kebutuhan untuk memenuhi daging sapi secara mandiri akan cukup sulit. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), populasi sapi potong pada tahun 2020 mencapai 17,5 juta ekor. Merujuk data Kementerian Pertanian, dari populasi tersebut, hanya sekitar 25% saja yang siap potong.
Sementara kualitas sapi lokal hanya mampu memasok sekitar 400.000 ton. Sedangkan kebutuhan daging sapi nasional mencapai 700.000 ton, maka dibutuhkan tambahan 1,7 juta ekor sapi siap potong setiap tahunnya. "Karena itu, sebagai solusi jangka pendek, rencana Menteri Erick cukup realistis," kata Amin.
Dia meminta pemerintah membuat roadmap pemenuhan daging sapi nasional dengan cara swasembada. Kementerian terkait harus duduk bersama dan bersinergi agar roadmap tersebut bisa berjalan dengan baik. ( Baca juga:Polri Tetapkan Jozeph Paul Zhang sebagai DPO Kasus Dugaan Penodaan Agama )
Menurut Amin, yang harus dilakukan adalah menyiapkan lokasi dan lahan yang tepat dan mencukupi untuk pengembangan peternakan dengan konsep food estate. Di Australia, sapi tumbuh di hamparan padang rumput yang luas sehingga biaya produksinya jauh lebih efisien. Dengan kebutuhan daging sekitar 700.000 ton, maka dibutuhkan minimal 5 juta ekor sapi siap potong dengan kualitas tinggi.
“Jadi untuk jangka panjang ada empat hal yang harus disiapkan untuk mencapai swasembada daging, yaitu lahan peternakan yang cukup, bibit unggul, sistem peternakan yang efisien, juga sistem logistik atau distribusi yang efisien,” tutur dia.
(uka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda