CEO PT Vale Febriany Eddy, Perempuan Pertama Memimpin di Sektor Tambang
Kamis, 29 April 2021 - 14:27 WIB
Bisa dicermati bahwa manfaat material bukan menjadi tujuan utama Vale. Saya tidak berkata bahwa capaian finansial tidak penting. Tentu saja, bagi bisnis manapun, memiliki kinerja finansial yang unggul adalah sebuah syarat mutlak agar dapat menggerakkan roda operasi.
Namun jauh melampaui hal itu, Vale ingin memberi sumbangsih positif bagi kualitas hidup dan masa depan. Ada beberapa hal yang menjadi ambisi besar Vale, yaitu menjadi tolok ukur dalam hal keselamatan, menjadi operator yang andal, membangun organisasi yang dimotori oleh SDM kompeten, menjadi pemimpin di bidang pertambangan rendah-karbon, menjadi referensi dalam menciptakan shared value, serta menjadi Perusahaan yang dibangun dari pondasi keberagaman dan inklusi. Saya, dan tentu saja dengan bantuan seluruh stakeholders termasuk rekan-rekan media, ingin menggerakkan PT Vale untuk menggapai ambisi-ambisi tersebut.
Lalu, Bagaimana ibu melihat peran perempuan dalam perusahaan tambang, apalagi boleh dikatakan ibu mencetak sejarah dalam industri tambang yang terkenal “keras” mampu didapuk menjadi orang nomer satu?. Bahkan, menjadi CEO pertama di industri tambang skala nasiona.
Saya percaya satu hal, bahwa terlepas dari laki-laki atau perempuan, pada akhirnya keberhasilan kita ditentukan oleh tekad masing-masing dari kita untuk tumbuh dan berkembang. Saya tidak menampik bahwa saya pun pernah merasa minder.
Dulu, saya mengira, saya harus berpikir dan bertindak layaknya seorang pria untuk bisa sukses di industri ini. Saya pernah mengira bahwa sulit bagi perempuan untuk bisa diterima di dunia yang maskulin. Namun seiring waktu, saya semakin yakin bahwa industri pertambangan memerlukan kehadiran perempuan. Dengan syarat, perempuan punya determinasi dan selalu mengasah kompetensi. Justru dengan mengedepankan sudut pandang dan suara perempuan, dunia pertambangan bisa maju, di era yang semakin mengedepankan keberagaman dan inklusivitas. Bicara diversity and inclusion, saya tidak hanya menekankan keberagaman gender, melainkan juga keberagaman ras, suku, latar belakang, termasuk merangkul rekan-rekan difabel. Dengan menjadi beragam dan inklusif, Perusahaan menjadi lebih kaya sudut pandang, kaya solusi, dan kaya inovasi.
Terkhusus di Vale, bagaimana ibu melihat apresiasi perusahaan terhadap pekerja perempuan? Apakah diberi ruang yang sama berdasarkan kapabilitas yang dimiliki, tidak melulu karena posisinya perempuan harus didahulukan?
Hal pertama yang bisa dilakukan untuk melangkah ke tahap selanjutnya, adalah mengakui kondisi yang ada saat ini. Sebelum kita mencapai kesetaraan gender, kita perlu mengakui bahwa ada ketimpangan antara laki-laki dan perempuan. Kita tidak boleh menutup mata. Di PT Vale, jumlah karyawan perempuan baru 257 atau 8,5% dari total keseluruhan karyawan. Padahal untuk mencapai kesetaraan, proporsi atau keterwakilan menjadi titik awalnya.
Di sinilah saya menekankan pentingnya positive affirmation. Rekrutmen dan promosi di PT Vale tetap berlandaskan pada kompetensi. Di sisi lain, PT Vale berupaya menjadi Perusahaan yang ramah perempuan dan memberikan kesempatan kepada pekerja perempuan untuk mengembangkan karirnya. Bukan berarti perempuan mendapat keistimewaan tanpa memandang kompetensinya, melainkan kami memberi dukungan ekstra kepada perempuan untuk berkembang. Misalnya begini, jika ada satu posisi di PT Vale yang ditinggalkan oleh seorang karyawan perempuan, maka penggantinya juga diutamakan perempuan. Dengan catatan, dia kompeten. Begitulah contoh bentuk afirmasi positif yang kami lakukan. Vale punya terget meningkatkan persentase pekerja perempuan sebesar 100% dalam jangka menengah-panjang. Afirmasi positif, adalah salah satu caranya.
Bagaimana menjalankan perusahaan dengan mengedepankan kesetaraan?
Namun jauh melampaui hal itu, Vale ingin memberi sumbangsih positif bagi kualitas hidup dan masa depan. Ada beberapa hal yang menjadi ambisi besar Vale, yaitu menjadi tolok ukur dalam hal keselamatan, menjadi operator yang andal, membangun organisasi yang dimotori oleh SDM kompeten, menjadi pemimpin di bidang pertambangan rendah-karbon, menjadi referensi dalam menciptakan shared value, serta menjadi Perusahaan yang dibangun dari pondasi keberagaman dan inklusi. Saya, dan tentu saja dengan bantuan seluruh stakeholders termasuk rekan-rekan media, ingin menggerakkan PT Vale untuk menggapai ambisi-ambisi tersebut.
Lalu, Bagaimana ibu melihat peran perempuan dalam perusahaan tambang, apalagi boleh dikatakan ibu mencetak sejarah dalam industri tambang yang terkenal “keras” mampu didapuk menjadi orang nomer satu?. Bahkan, menjadi CEO pertama di industri tambang skala nasiona.
Saya percaya satu hal, bahwa terlepas dari laki-laki atau perempuan, pada akhirnya keberhasilan kita ditentukan oleh tekad masing-masing dari kita untuk tumbuh dan berkembang. Saya tidak menampik bahwa saya pun pernah merasa minder.
Dulu, saya mengira, saya harus berpikir dan bertindak layaknya seorang pria untuk bisa sukses di industri ini. Saya pernah mengira bahwa sulit bagi perempuan untuk bisa diterima di dunia yang maskulin. Namun seiring waktu, saya semakin yakin bahwa industri pertambangan memerlukan kehadiran perempuan. Dengan syarat, perempuan punya determinasi dan selalu mengasah kompetensi. Justru dengan mengedepankan sudut pandang dan suara perempuan, dunia pertambangan bisa maju, di era yang semakin mengedepankan keberagaman dan inklusivitas. Bicara diversity and inclusion, saya tidak hanya menekankan keberagaman gender, melainkan juga keberagaman ras, suku, latar belakang, termasuk merangkul rekan-rekan difabel. Dengan menjadi beragam dan inklusif, Perusahaan menjadi lebih kaya sudut pandang, kaya solusi, dan kaya inovasi.
Terkhusus di Vale, bagaimana ibu melihat apresiasi perusahaan terhadap pekerja perempuan? Apakah diberi ruang yang sama berdasarkan kapabilitas yang dimiliki, tidak melulu karena posisinya perempuan harus didahulukan?
Hal pertama yang bisa dilakukan untuk melangkah ke tahap selanjutnya, adalah mengakui kondisi yang ada saat ini. Sebelum kita mencapai kesetaraan gender, kita perlu mengakui bahwa ada ketimpangan antara laki-laki dan perempuan. Kita tidak boleh menutup mata. Di PT Vale, jumlah karyawan perempuan baru 257 atau 8,5% dari total keseluruhan karyawan. Padahal untuk mencapai kesetaraan, proporsi atau keterwakilan menjadi titik awalnya.
Di sinilah saya menekankan pentingnya positive affirmation. Rekrutmen dan promosi di PT Vale tetap berlandaskan pada kompetensi. Di sisi lain, PT Vale berupaya menjadi Perusahaan yang ramah perempuan dan memberikan kesempatan kepada pekerja perempuan untuk mengembangkan karirnya. Bukan berarti perempuan mendapat keistimewaan tanpa memandang kompetensinya, melainkan kami memberi dukungan ekstra kepada perempuan untuk berkembang. Misalnya begini, jika ada satu posisi di PT Vale yang ditinggalkan oleh seorang karyawan perempuan, maka penggantinya juga diutamakan perempuan. Dengan catatan, dia kompeten. Begitulah contoh bentuk afirmasi positif yang kami lakukan. Vale punya terget meningkatkan persentase pekerja perempuan sebesar 100% dalam jangka menengah-panjang. Afirmasi positif, adalah salah satu caranya.
Bagaimana menjalankan perusahaan dengan mengedepankan kesetaraan?
tulis komentar anda