Operasional Kilang Balikpapan Akan Dihentikan Total
Minggu, 19 April 2020 - 19:55 WIB
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) akan menghentikan operasi sejumlah kilang karena terdampak pandemi Covid-19. Rencana tersebut bakal dilakukan karena konsumsi bahan bakar minyak (BBM) mengalami penurunan.
"Dengan turunnya demand, kami terus maintnance produksinya. Bahkan kami rencanakan adanya shutdown," ujar Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, di Jakarta, Minggu (19/4/2020).
Menurut dia salah satu kilang yang sudah dikurangi aktivitas produksinya yakni di Kilang Balikpapan. Penurunan aktivitas utilisasi Kilang Balikpapan telah dilakukan sejak awal April 2020 lalu. Rencananya seluruh aktivitas Kilang Balikpapan akan dihentikan total mulai Mei 2020 mendatang. "Selama dihentikan, akan dimanfaatkam untuk pemeliharaan. Jadi awal Mei, seluruh Kilang Balikpapan berhenti beroperasi," ungkapnya.
Nicke mengatakan, penjualan BBM Pertamina tercatat mengalami penurunan sepanjang sejarah akibat terdampak pandemi Covid-19. Berdasarkan laporan perusahaan sepanjang Maret 2020 penjualan BBM Pertamina secara nasional anjlok sebesar 34,6% dibandingkan rata-rata penjualan Januari-Februari. "Situasi seperti ini belum pernah terjadi. Jadi kalau dilihat, ini adalah sales terendah sepanjang sejarah Pertamina," ujarnya.
Menurut dia, pada Januari hingga Februari, penurunan penjualan BBM masih di level 16,78%. Namun sejak pemerintah meminta para karyawan bekerja dari rumah (Work From Home/WFH) dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), penurunannya sangat tajam.
Adapun penurunan penjualan terjadi terutama di kota-kota besar seperti DKI Jakarta, Bandung, Makassar dan kota besar lainnya. Rinciannya, penjualan BBM Pertamina di DKI Jakarta turun mencapai 59%, Bandung 57%, Makassar 53%, dan kota-kota lain mencapai di atas 40%.
Tidak hanya itu, penjualan bahan bakar avtur untuk maskapai merosot tajam hingga mencapai 60% karena banyak penerbangan tidak jalan. Selain itu, penjualan BBM untuk industri dan korporat juga turun karena mulai banyak yang tidak beroperasi. "Tentu ini akan berdampak besar terhadap operasional kilang dan kinerja keuangan Pertamina," tambahnya.
Karena penjualan hingga Maret 2020 turun tajam, pendapatan perusahaan pun akan ikut amblas. Pertamina memproyeksikan pendapatan perusahaan tahun ini bakal turun drastis akibat anjloknya penjualan bahan bakar minyak disebabkan karena pandemi Covid-19. Prediksinya pendapatan Pertamina bakal anjlok mencapai 45% dari Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) 2020 yang sebesar USD58,3 miliar.
Menurut dia selain penjualan BBM terdapat dua skenario yang membuat pendapatan Pertamina terpuruk. Pertama, skenario berat dengan asumsi harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) USD38 per barel, pendapatan perusahaan bisa turun 38% dari RKAP 2020. Sedangkan pada skenario sangat berat, ICP diasumsikan turun ke USD31 per barel dan nilai tukar rupiah Rp20.000 per dolar AS.
"Dari skenario kedua itu, pendapatan perusahan diprediksi turun hingga 45% karena penurunan ICP sangat berdampak dengan bisnis hulu pertamina, jadi luar biasa di atas 40%," kata dia.
Sementara itu, Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, meskipun permintaan BBM menurun tajam, seluruh kegiatan distribusi BBM dan SPBU tetap beroperasi dengan tetap menjalankan HSSE dan protokol pencegahan Covid-19 secara ketat. Pertamina akan terus memantau perkembangan, mengingat kebutuhan BBM untuk pengiriman logistik masih berjalan, sehingga energi harus tersedia dengan aman.
"Selama Ramadhan dan Idul Fitri, Pertamina juga akan tetap mengoperasikan SPBU di seluruh jalur utama, karena kemungkinan kebutuhan BBM untuk logistik akan meningkat," tegas Fajriyah.
"Dengan turunnya demand, kami terus maintnance produksinya. Bahkan kami rencanakan adanya shutdown," ujar Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, di Jakarta, Minggu (19/4/2020).
Menurut dia salah satu kilang yang sudah dikurangi aktivitas produksinya yakni di Kilang Balikpapan. Penurunan aktivitas utilisasi Kilang Balikpapan telah dilakukan sejak awal April 2020 lalu. Rencananya seluruh aktivitas Kilang Balikpapan akan dihentikan total mulai Mei 2020 mendatang. "Selama dihentikan, akan dimanfaatkam untuk pemeliharaan. Jadi awal Mei, seluruh Kilang Balikpapan berhenti beroperasi," ungkapnya.
Nicke mengatakan, penjualan BBM Pertamina tercatat mengalami penurunan sepanjang sejarah akibat terdampak pandemi Covid-19. Berdasarkan laporan perusahaan sepanjang Maret 2020 penjualan BBM Pertamina secara nasional anjlok sebesar 34,6% dibandingkan rata-rata penjualan Januari-Februari. "Situasi seperti ini belum pernah terjadi. Jadi kalau dilihat, ini adalah sales terendah sepanjang sejarah Pertamina," ujarnya.
Menurut dia, pada Januari hingga Februari, penurunan penjualan BBM masih di level 16,78%. Namun sejak pemerintah meminta para karyawan bekerja dari rumah (Work From Home/WFH) dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), penurunannya sangat tajam.
Adapun penurunan penjualan terjadi terutama di kota-kota besar seperti DKI Jakarta, Bandung, Makassar dan kota besar lainnya. Rinciannya, penjualan BBM Pertamina di DKI Jakarta turun mencapai 59%, Bandung 57%, Makassar 53%, dan kota-kota lain mencapai di atas 40%.
Tidak hanya itu, penjualan bahan bakar avtur untuk maskapai merosot tajam hingga mencapai 60% karena banyak penerbangan tidak jalan. Selain itu, penjualan BBM untuk industri dan korporat juga turun karena mulai banyak yang tidak beroperasi. "Tentu ini akan berdampak besar terhadap operasional kilang dan kinerja keuangan Pertamina," tambahnya.
Karena penjualan hingga Maret 2020 turun tajam, pendapatan perusahaan pun akan ikut amblas. Pertamina memproyeksikan pendapatan perusahaan tahun ini bakal turun drastis akibat anjloknya penjualan bahan bakar minyak disebabkan karena pandemi Covid-19. Prediksinya pendapatan Pertamina bakal anjlok mencapai 45% dari Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) 2020 yang sebesar USD58,3 miliar.
Menurut dia selain penjualan BBM terdapat dua skenario yang membuat pendapatan Pertamina terpuruk. Pertama, skenario berat dengan asumsi harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) USD38 per barel, pendapatan perusahaan bisa turun 38% dari RKAP 2020. Sedangkan pada skenario sangat berat, ICP diasumsikan turun ke USD31 per barel dan nilai tukar rupiah Rp20.000 per dolar AS.
"Dari skenario kedua itu, pendapatan perusahan diprediksi turun hingga 45% karena penurunan ICP sangat berdampak dengan bisnis hulu pertamina, jadi luar biasa di atas 40%," kata dia.
Sementara itu, Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, meskipun permintaan BBM menurun tajam, seluruh kegiatan distribusi BBM dan SPBU tetap beroperasi dengan tetap menjalankan HSSE dan protokol pencegahan Covid-19 secara ketat. Pertamina akan terus memantau perkembangan, mengingat kebutuhan BBM untuk pengiriman logistik masih berjalan, sehingga energi harus tersedia dengan aman.
"Selama Ramadhan dan Idul Fitri, Pertamina juga akan tetap mengoperasikan SPBU di seluruh jalur utama, karena kemungkinan kebutuhan BBM untuk logistik akan meningkat," tegas Fajriyah.
(fai)
tulis komentar anda