Berwisata Aman Saat Lebaran

Senin, 10 Mei 2021 - 06:34 WIB
Dia lantas eminta semua pihak mendukung kampanye CHSE. Ditandaskan bahwa tujuan CHSE tidak lain demi mewujudkan pariwisata yang aman dan nyaman, dengan output menciptakan peluang pekerjaan bagi penduduk setempat.

‘’Maka itu, peran dari masyarakat, pengusaha dan pemerintah sangat penting untuk mendukung terciptakan kawasan wisata yang tersertifikasi aman. Saya berikan pesan tegas dan lugas bahwa pentingnya menjaga protokol CHSE adalah menjadi tanggung jawab bersama,” katanya.

Pengamat pariwisata Taufan Rahmadi menegaskan pentingnya berwisata secara aman dan sehat meski di tengah kondisi pandemi. Untuk itu, wisatawan maupun pengelola destinasi harus memiliki paradigma responsible traveler. Artinya, harus ada rasa tanggungjawab terhadap keamanan pribadi maupun destinasi yang dikunjungi.

Dia juga mendorong wisatawan cari tempat berlibur yang relatif sepi, pengunjung dibatasi, tetapi pelayanannya tetap maksimal. Misalnya, wisata alam seperti kawasan hutan dan pantai. Kesadaran seperti ini penting untuk meminimalkan potensi tertular Covid-19.

“Tren berwisata sekarang itu bukan lagi mass tourism, tetapi quality tourism. Kalau saya jadi wisatawan, saya akan cari tempat-tempat yang tidak cenderung ramai orang-orang. Lebih ke yang privat, premium tourism. Saya tidak ingin pergi berwisata tapi adanya kerumunan,” ujarnya sat dihubungi kemarin.

Bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah, menurut dia bisa menikmati datang ke desa-desa wisata. Destinasi ini umumnya menawarkan biaya penginapan (homestay) yang lebih terjangkau hingga pemandangan alam desa yang hijau dan tak kalah apik dengan destinasi populer lainnya.

“Desa-desa wisata itu justru dengan gaya hidup homestay, gaya hidup pedesaan itu justru murah. Dan itu menjadi tren,” kata dia.

Pilihan lainnya yaitu wisata alam (nature tourism). Misalnya, mengunjungi pantai yang relatif murah dan sepi atau jumlah pengunjungnya dibatasi. “Tipsnya, carilah tempat yang memang ketika dikunjungi itu jauh atau selama ini tidak menjadi pusat perhatian. Misalnya, pantai A menjadi favorit, jangan lagi ke sana. Cari tempat lain yang bisa kita eksplor,” sarannya.



Lalu, bagaimana dengan penduduk di perkotaan, seperti di Jabodetabek? Taufan menilai alternatif berwisata dapat dilakukan secara virtual (virtual tourism). Memang pilihan tersebut kurang diminati karena tidak merasakan langsung destinasi yang dituju. Namun, masyarakat juga harus memahami dan bisa beradaptasi dengan kondisi sekarang ini, terlebih lagi dengan pembatasan sosial yang dilakukan pemerintah.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More