Dikuasai Militer, Investasi USD2,8 M Masih Mengucur ke Myanmar
Senin, 10 Mei 2021 - 12:37 WIB
JAKARTA - Penguasa militer Myanmar telah memberikan persetujuan atas sejumlah proyek investasi baru senilai hampir USD2,8 miliar (sekitar Rp39,2 triliun dengan kurs Rp14.000/USD). Investasi yang masuk antara lain proyek pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) dengan nilai investasi USD2,5 miliar.
Persetujuan untuk 15 proyek diberikan pada Jumat (7/5) oleh Komisi Investasi Myanmar, berdasar pernyataan di situs Direktorat Investasi dan Administrasi Perusahaan seperti yang dikutip Reuters, Senin (10/7/2021).
Pengumuman itu muncul ketika sebagian besar ekonomi Myanmar dilumpuhkan oleh protes dan pemogokan sejak militer merebut kekuasaan pada 1 Februari. Badan pemeringkat kredit internasional Fitch Solutions memperkirakan ekonomi Myanmar akan berkontraksi 20% tahun ini.
"Selain pembangkit listrik untuk menghasilkan tenaga untuk kebutuhan lokal, proyek lain yang disetujui termasuk untuk peternakan, manufaktur dan sektor jasa," kata pernyataan itu.
Tidak ada rincian perusahaan di balik proyek tersebut atau dari negara mana mereka berasal. Investor terbesar di Myanmar dalam beberapa tahun terakhir adalah China, Singapura dan Thailand, meskipun sebagian besar investasi dari Singapura telah disalurkan dari tempat lain.
Sebagian besar tenaga listrik Myanmar saat ini dihasilkan dari proyek pembangkit listrik tenaga air, tetapi LNG dipandang semakin penting bagi negara yang ekonominya telah berkembang pesat selama satu dekade reformasi demokrasi, yang menyebabkan pasokan listrik yang tidak menentu.
Persetujuan untuk 15 proyek diberikan pada Jumat (7/5) oleh Komisi Investasi Myanmar, berdasar pernyataan di situs Direktorat Investasi dan Administrasi Perusahaan seperti yang dikutip Reuters, Senin (10/7/2021).
Pengumuman itu muncul ketika sebagian besar ekonomi Myanmar dilumpuhkan oleh protes dan pemogokan sejak militer merebut kekuasaan pada 1 Februari. Badan pemeringkat kredit internasional Fitch Solutions memperkirakan ekonomi Myanmar akan berkontraksi 20% tahun ini.
"Selain pembangkit listrik untuk menghasilkan tenaga untuk kebutuhan lokal, proyek lain yang disetujui termasuk untuk peternakan, manufaktur dan sektor jasa," kata pernyataan itu.
Tidak ada rincian perusahaan di balik proyek tersebut atau dari negara mana mereka berasal. Investor terbesar di Myanmar dalam beberapa tahun terakhir adalah China, Singapura dan Thailand, meskipun sebagian besar investasi dari Singapura telah disalurkan dari tempat lain.
Sebagian besar tenaga listrik Myanmar saat ini dihasilkan dari proyek pembangkit listrik tenaga air, tetapi LNG dipandang semakin penting bagi negara yang ekonominya telah berkembang pesat selama satu dekade reformasi demokrasi, yang menyebabkan pasokan listrik yang tidak menentu.
(fai)
tulis komentar anda