Dahlan Iskan Bandingkan Langkah Penyelamatan Garuda dan Thai Airways
Senin, 07 Juni 2021 - 18:33 WIB
Berbagai upaya menyelamatkan TG sudah dilakukan Pemerintah Thailand. Jalur-jalur yang rugi sudah dihapus. Gaji dipangkas dan jumlah karyawan pun dikurangi hingga 6.000 orang.
TG sudah tidak punya lagi rute penerbangan ke Amerika. Padahal, industri penerbangan ini sukses. Bahkan, jauh lebih sukses dari Garuda Indonesia karena TG pernah memiliki penerbangan nonstop jarak jauh baik dari Bangkok ke New York dan dari Bangkok ke Los Angeles.
"Saya pernah naik TG dengan rute yang amat jauh, dari Madrid ke Bangkok, nonstop. Kecewa. Salah saya sendiri. Saya kurang cerewet bertanya. Waktu itu saya membeli tiket first class agar bisa tidur enak. Ternyata first class di jurusan itu sama dengan business class, kursinya hanya bisa disandarkan sedikit, tidak bisa dibuat hamparan datar," kata dia.
Lebih jauh, Dahlan menuturkan, kesulitan yang sudah biasa didengar juga dialami oleh Malaysia Airlines System (MAS). Pemerintah Malaysia tidak henti-hentinya menyuntikkan dana. Pun tidak membuat MAS kunjung sehat. Pernah dikeluarkan dari BUMN, justru hampir bangkrut.
Baca juga:Ingin Obati Autoimun, Ashanty Malah Ketahuan Idap Penyakit Lain
Thai Airways, kata dia, sudah berupaya menyelesaikan utangnya di luar pengadilan. Kreditor juga setuju bahwa utang harus direstrukturisasi. Bunga harus dipangkas, jangka pengembalian harus diperpanjang, hingga beberapa aset harus dijual.
Untuk merestrukturisasi utang itu para kreditor sudah menunjuk wakil yang bisa diterima semua pihak, yakni seorang mantan menteri. Ditambah seorang mantan direktur utama yang pernah membawa TG memperoleh laba. Sedang Bangkok Bank telah pula mengirim wakil ke tim negosiasi yang dibentuk.
Namun, persoalan TG sudah terlalu berat. Maka, direksi TG membawa ke PKPU-nya Thailand. Momentum Covid-19 dimanfaatkan untuk melakukan penyelesaian.
TG sudah tidak punya lagi rute penerbangan ke Amerika. Padahal, industri penerbangan ini sukses. Bahkan, jauh lebih sukses dari Garuda Indonesia karena TG pernah memiliki penerbangan nonstop jarak jauh baik dari Bangkok ke New York dan dari Bangkok ke Los Angeles.
"Saya pernah naik TG dengan rute yang amat jauh, dari Madrid ke Bangkok, nonstop. Kecewa. Salah saya sendiri. Saya kurang cerewet bertanya. Waktu itu saya membeli tiket first class agar bisa tidur enak. Ternyata first class di jurusan itu sama dengan business class, kursinya hanya bisa disandarkan sedikit, tidak bisa dibuat hamparan datar," kata dia.
Lebih jauh, Dahlan menuturkan, kesulitan yang sudah biasa didengar juga dialami oleh Malaysia Airlines System (MAS). Pemerintah Malaysia tidak henti-hentinya menyuntikkan dana. Pun tidak membuat MAS kunjung sehat. Pernah dikeluarkan dari BUMN, justru hampir bangkrut.
Baca juga:Ingin Obati Autoimun, Ashanty Malah Ketahuan Idap Penyakit Lain
Thai Airways, kata dia, sudah berupaya menyelesaikan utangnya di luar pengadilan. Kreditor juga setuju bahwa utang harus direstrukturisasi. Bunga harus dipangkas, jangka pengembalian harus diperpanjang, hingga beberapa aset harus dijual.
Untuk merestrukturisasi utang itu para kreditor sudah menunjuk wakil yang bisa diterima semua pihak, yakni seorang mantan menteri. Ditambah seorang mantan direktur utama yang pernah membawa TG memperoleh laba. Sedang Bangkok Bank telah pula mengirim wakil ke tim negosiasi yang dibentuk.
Namun, persoalan TG sudah terlalu berat. Maka, direksi TG membawa ke PKPU-nya Thailand. Momentum Covid-19 dimanfaatkan untuk melakukan penyelesaian.
(uka)
tulis komentar anda