Kerja Sama Insinyur dan Dokter Harus Ditingkatkan untuk Pemulihan Kesehatan dan Ekonomi Nasional
Jum'at, 18 Juni 2021 - 19:36 WIB
JAKARTA - Pandemi Covid-19 menghadirkan permasalahan kesehatan dan ekonomi bagi Indonesia. Peningkatan kerja sama antara insinyur dan dokter maupun para pelaku di dunia kesehatan dapat mempercepat penanggulangan permasalahan kesehatan dan ekonomi bangsa.
Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Heru Dewanto mengatakan pandemi Covid19 telah membuka mata semua pihak, bahwa Indonesia masih memiliki ketergantungan alat kesehatan dari luar negeri.
(Baca juga:Kolaborasi Terintegrasi: Membangun Jakarta Bersama Insinyur)
“Pandemi ini membuka pentingnya peran insinyur dalam mendukung para dokter, sehingga kedua-duanya bisa menjadi pilar utama dalam perang melawan pandemi. Kolaborasi insinyur dengan dokter adalah prasyarat mutlak bagi kemandirian industri kesehatan nasional,” ujar Heru Dewanto dalam webinar bertajuk "Transformasi Peran Insinyur untuk Percepatan Pemulihan Kesehatan dan Ekonomi Nasional,” Jumat (18/6/2021).
Dari data e-katalog 2019 hingga Mei 2020, diketahui 80% alat kesehatan (alkes) masih diimpor yang nilainya mencapai Rp35 triliun. Pada kurun waktu yang sama, belanja produk dalam negeri hanya mencapai 12% saja, setara dengan Rp5 triliun. Sementara pada kurun waktu Mei 2020 hingga Mei 2021, nilai impornya mencapai Rp12,5 triliun.
(Baca juga:Baru Terpenuhi 40 Persen, Kebutuhan Insinyur Indonesia Capai 260.000 Orang)
Heru Dewanto menyayangkan kondisi Indonesia masih ketergantungan alkes dari luar negeri. Menurut dia, jika Indonesia membutuhkan alkes tertentu dari luar negeri, bisa saja pesanan Indonesia tidak ditindaklanjuti, jika menurut produsen Indonesia bukan negara prioritas. Selain itu, nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, bisa membuat harga alkes melambung tinggi.
“Alkes dengan teknologi rendah bisa saja dikirimkan ke Indonesia dengan niat si produsen butuh menghabiskan stok. Kalau kita beli alkes dari luar, dana pemerintah tidak dibelanjakan ke rakyatnya sendiri,” katanya.
(Baca juga:Insinyur Pemugar Sumur Suci Zamzam Wafat, Arab Saudi Berduka)
Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Heru Dewanto mengatakan pandemi Covid19 telah membuka mata semua pihak, bahwa Indonesia masih memiliki ketergantungan alat kesehatan dari luar negeri.
(Baca juga:Kolaborasi Terintegrasi: Membangun Jakarta Bersama Insinyur)
“Pandemi ini membuka pentingnya peran insinyur dalam mendukung para dokter, sehingga kedua-duanya bisa menjadi pilar utama dalam perang melawan pandemi. Kolaborasi insinyur dengan dokter adalah prasyarat mutlak bagi kemandirian industri kesehatan nasional,” ujar Heru Dewanto dalam webinar bertajuk "Transformasi Peran Insinyur untuk Percepatan Pemulihan Kesehatan dan Ekonomi Nasional,” Jumat (18/6/2021).
Dari data e-katalog 2019 hingga Mei 2020, diketahui 80% alat kesehatan (alkes) masih diimpor yang nilainya mencapai Rp35 triliun. Pada kurun waktu yang sama, belanja produk dalam negeri hanya mencapai 12% saja, setara dengan Rp5 triliun. Sementara pada kurun waktu Mei 2020 hingga Mei 2021, nilai impornya mencapai Rp12,5 triliun.
(Baca juga:Baru Terpenuhi 40 Persen, Kebutuhan Insinyur Indonesia Capai 260.000 Orang)
Heru Dewanto menyayangkan kondisi Indonesia masih ketergantungan alkes dari luar negeri. Menurut dia, jika Indonesia membutuhkan alkes tertentu dari luar negeri, bisa saja pesanan Indonesia tidak ditindaklanjuti, jika menurut produsen Indonesia bukan negara prioritas. Selain itu, nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, bisa membuat harga alkes melambung tinggi.
“Alkes dengan teknologi rendah bisa saja dikirimkan ke Indonesia dengan niat si produsen butuh menghabiskan stok. Kalau kita beli alkes dari luar, dana pemerintah tidak dibelanjakan ke rakyatnya sendiri,” katanya.
(Baca juga:Insinyur Pemugar Sumur Suci Zamzam Wafat, Arab Saudi Berduka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda