Pernah Sejajar, Ekonomi Indonesia Kini di Bawah Malaysia
Selasa, 13 Juli 2021 - 18:33 WIB
JAKARTA - Indonesia kembali turun kelas menjadi negara berpenghasilan menengah ke bawah. Hal ini terjadi seiring dengan pandemi Covid-19 dan juga resesi yang hingga hari ini belum teratasi.
Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Didin S. Damanhuri mengatakan, penurunan pendapatan per kapita memang terjadi hampir di semua negara di dunia. Namun dia menyayangkan karena di tahun 1970-an, posisi pendapatan per kapita Indonesia sama dengan Korea Selatan dan Malaysia. Padahal sekarang kedua negara tersebut sudah melesat jauh di atas Indonesia.
"Masalahnya Indonesia ini waktu tahun 70-an, itu bersama Korea Selatan dan Malaysia itu income per kapita hampir sama yaitu sekitar USD70 dolar. Kemudian kita tahu dengan perkembangan ekonomi yang dilakukan di negara-negara ini," ujarnya dalam diskusi virtual, Selasa (13/7/2021).
Dia melanjutkan, Korea Selatan sudah masuk jadi grup orang kaya di akhir tahun 1980-an dengan income per kapita mencapai USD33.000 pada tahun 2019 dan turun tipis pada tahun 2020 menjadi USD31.500. Sementara Malaysia dengan berbagai kebijakan di negaranya berhasil naik dengan income per kapita USD12.500 di tahun 2019 dan turun mencapai USD11.500 di tahun 2020.
Meski begitu, Didin mengakui bahwa tidak apple to apple membandingkan Indonesia dengan Korea Selatan dan Malaysia mengingat dari sisi jumlah penduduk, luas wilayah, hingga keberagaman yang jauh berbeda.
"Memang tidak bisa terlalu dibandingkan Indonesia yang negara kepulauan dengan dua negara tersebut. Tapi saya kira ada hal yang objektif, yaitu kedua negara tersebut konsisten melakukan industrialisasi sejak tahun 70-an," ungkapnya.
Menurut dia, Indonesia hanya melakukan strategi industrialisasi dari awal tahun 1980-an hingga akhir 1990. "Kesininya kita hilang perspektif industrialisasi. Tidak ada grand desain, blueprint, dan tidak ada yang konkret peta jalannya walaupun per dokumen sudah ada," tuturnya.
Didin menambahkan, perlu adanya peta jalan sehingga bisa dilakukan evaluasi dari waktu ke waktu untuk kemajuan industrialisasi. "Saya kira Indonesia sebelum pandmei sudah mengalami masalah. Mengapa negara kita ini kalah jauh dengan Korea Selatan dan kalah yang paling dekat yaitu Malaysia," tandasnya.
Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Didin S. Damanhuri mengatakan, penurunan pendapatan per kapita memang terjadi hampir di semua negara di dunia. Namun dia menyayangkan karena di tahun 1970-an, posisi pendapatan per kapita Indonesia sama dengan Korea Selatan dan Malaysia. Padahal sekarang kedua negara tersebut sudah melesat jauh di atas Indonesia.
"Masalahnya Indonesia ini waktu tahun 70-an, itu bersama Korea Selatan dan Malaysia itu income per kapita hampir sama yaitu sekitar USD70 dolar. Kemudian kita tahu dengan perkembangan ekonomi yang dilakukan di negara-negara ini," ujarnya dalam diskusi virtual, Selasa (13/7/2021).
Dia melanjutkan, Korea Selatan sudah masuk jadi grup orang kaya di akhir tahun 1980-an dengan income per kapita mencapai USD33.000 pada tahun 2019 dan turun tipis pada tahun 2020 menjadi USD31.500. Sementara Malaysia dengan berbagai kebijakan di negaranya berhasil naik dengan income per kapita USD12.500 di tahun 2019 dan turun mencapai USD11.500 di tahun 2020.
Meski begitu, Didin mengakui bahwa tidak apple to apple membandingkan Indonesia dengan Korea Selatan dan Malaysia mengingat dari sisi jumlah penduduk, luas wilayah, hingga keberagaman yang jauh berbeda.
"Memang tidak bisa terlalu dibandingkan Indonesia yang negara kepulauan dengan dua negara tersebut. Tapi saya kira ada hal yang objektif, yaitu kedua negara tersebut konsisten melakukan industrialisasi sejak tahun 70-an," ungkapnya.
Menurut dia, Indonesia hanya melakukan strategi industrialisasi dari awal tahun 1980-an hingga akhir 1990. "Kesininya kita hilang perspektif industrialisasi. Tidak ada grand desain, blueprint, dan tidak ada yang konkret peta jalannya walaupun per dokumen sudah ada," tuturnya.
Didin menambahkan, perlu adanya peta jalan sehingga bisa dilakukan evaluasi dari waktu ke waktu untuk kemajuan industrialisasi. "Saya kira Indonesia sebelum pandmei sudah mengalami masalah. Mengapa negara kita ini kalah jauh dengan Korea Selatan dan kalah yang paling dekat yaitu Malaysia," tandasnya.
(nng)
tulis komentar anda