Laba Maybank 'Terkuras' Setengah Triliun Lebih di Semester I
Senin, 02 Agustus 2021 - 09:46 WIB
JAKARTA - PT Bank Maybank Indonesia Tbk. (Maybank) mencatakan penurunan laba di semester I-2021. Laba sebelum pajak Maybank tercatat sebesar Rp762 miliar atau turun 28,5% dibanding periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp1,1 triliun.
Sementara, laba bersih setelah pajak dan kepentingan non pengendali (PATAMI) tercatat sebesar Rp510 miliar, turun 37% dari Rp810 miliar. Penurunan kinerja disebabkan oleh dampak pandemi Covid-19 yang berkelanjutan sejak kuartal pertama 2020.
Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria mengatakan, pendapatan bunga bersih perusahaannya turun 12,1% menjadi Rp3,5 triliun seiring dengan penurunan penyaluran kredit dan yield kredit. Sejalan juga dengan penurunan bunga acuan BI dan dampak proses restrukturisasi kredit yang sedang berlangsung bagi nasabah yang terdampak pandemi.
Baca juga:Pasien Covid-19 Dirawat di Rusun Pasar Rumput Tersisa 466 Orang, Rusun Nagrak 57 Orang
Net interest margin (NIM) turun 54 basis poin menjadi 4,47% pada Juni 2021, dibandingkan 5,01% pada periode yang sama tahun lalu.
"Namun, NIM meningkat 12 basis poin dibandingkan kuartal pertama 2021 yang tercatat sebesar 4,35%, didukung oleh biaya bunga yang membaik," kata Taswin di Jakarta, Senin (2/8/2021).
Fee-based income Maybank juga tererus 19,6% menjadi Rp952 miliar, akibat menurunnya pendapatan fee dari transaksi global market, namun fee terkait bancassurance bertumbuh 79,0% menjadi Rp106 miliar. Secara kuartalan, pendapatan fee tumbuh 10% menjadi Rp498 miliar di kuartal kedua 2021 dari Rp453 miliar di kuartal pertama 2021.
Turunnya pendapatan bunga kredit dan fee-based income akibat pandemi yang masih berlangsung dapat diimbangi oleh berbagai upaya bank. Di antaranya menekan biaya provisi, biaya kredit (credit cost) dan biaya overhead.
Dalam beberapa tahun terakhir, Maybank secara proaktif mengambil langkah konservatif untuk mencadangkan provisi pada portofolio di seluruh segmen bisnis, khususnya di tengah kondisi yang menantang. Langkah ini memberikan kontribusi pada penurunan biaya provisi sebesar 21,6% menjadi Rp763 miliar dari Rp1,01 triliun.
Baca juga:Cerita di Balik Nama Bung Karno, Bung Hatta, dan Achmad Soebardjo
Selain itu, Maybank terus memantau dan mendampingi nasabah yang sedang menghadapi tantangan. Bank juga mempertahankan risk posture pada tingkat yang memadai untuk menjaga kualitas asetnya, sehingga dapat mencatat rasio NPL (konsolidasian) yang membaik menjadi 4,4% (gross) pada Juni 2021 dibandingkan 5,0% (gross) pada periode yang sama tahun lalu.
Seiring dengan kondisi pasar saat ini, di mana industri perbankan menghadapi perlambatan dalam pertumbuhan kredit, total kredit Maybank Indonesia juga turun 14,6% menjadi Rp98,8 triliun. Namun, penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) masih bertumbuh positif sebesar 1,2% pada semester I 2021 menjadi Rp14,4 triliun dari Rp 14,2 triliun.
Sementara, laba bersih setelah pajak dan kepentingan non pengendali (PATAMI) tercatat sebesar Rp510 miliar, turun 37% dari Rp810 miliar. Penurunan kinerja disebabkan oleh dampak pandemi Covid-19 yang berkelanjutan sejak kuartal pertama 2020.
Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria mengatakan, pendapatan bunga bersih perusahaannya turun 12,1% menjadi Rp3,5 triliun seiring dengan penurunan penyaluran kredit dan yield kredit. Sejalan juga dengan penurunan bunga acuan BI dan dampak proses restrukturisasi kredit yang sedang berlangsung bagi nasabah yang terdampak pandemi.
Baca juga:Pasien Covid-19 Dirawat di Rusun Pasar Rumput Tersisa 466 Orang, Rusun Nagrak 57 Orang
Net interest margin (NIM) turun 54 basis poin menjadi 4,47% pada Juni 2021, dibandingkan 5,01% pada periode yang sama tahun lalu.
"Namun, NIM meningkat 12 basis poin dibandingkan kuartal pertama 2021 yang tercatat sebesar 4,35%, didukung oleh biaya bunga yang membaik," kata Taswin di Jakarta, Senin (2/8/2021).
Fee-based income Maybank juga tererus 19,6% menjadi Rp952 miliar, akibat menurunnya pendapatan fee dari transaksi global market, namun fee terkait bancassurance bertumbuh 79,0% menjadi Rp106 miliar. Secara kuartalan, pendapatan fee tumbuh 10% menjadi Rp498 miliar di kuartal kedua 2021 dari Rp453 miliar di kuartal pertama 2021.
Turunnya pendapatan bunga kredit dan fee-based income akibat pandemi yang masih berlangsung dapat diimbangi oleh berbagai upaya bank. Di antaranya menekan biaya provisi, biaya kredit (credit cost) dan biaya overhead.
Dalam beberapa tahun terakhir, Maybank secara proaktif mengambil langkah konservatif untuk mencadangkan provisi pada portofolio di seluruh segmen bisnis, khususnya di tengah kondisi yang menantang. Langkah ini memberikan kontribusi pada penurunan biaya provisi sebesar 21,6% menjadi Rp763 miliar dari Rp1,01 triliun.
Baca juga:Cerita di Balik Nama Bung Karno, Bung Hatta, dan Achmad Soebardjo
Selain itu, Maybank terus memantau dan mendampingi nasabah yang sedang menghadapi tantangan. Bank juga mempertahankan risk posture pada tingkat yang memadai untuk menjaga kualitas asetnya, sehingga dapat mencatat rasio NPL (konsolidasian) yang membaik menjadi 4,4% (gross) pada Juni 2021 dibandingkan 5,0% (gross) pada periode yang sama tahun lalu.
Seiring dengan kondisi pasar saat ini, di mana industri perbankan menghadapi perlambatan dalam pertumbuhan kredit, total kredit Maybank Indonesia juga turun 14,6% menjadi Rp98,8 triliun. Namun, penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) masih bertumbuh positif sebesar 1,2% pada semester I 2021 menjadi Rp14,4 triliun dari Rp 14,2 triliun.
(uka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda