Mengembangkan Bioetanol, Pak Jokowi Bisa Tiru Los Angeles Nih!
Rabu, 25 Agustus 2021 - 19:17 WIB
JAKARTA - Tingginya emisi karbon di sektor transportasi di Indonesia akibat penggunaan bahan bakar fosil wajib menjadi perhatian serius pemerintah untuk mewujudkan janji yang dituangkan dalam Persetujuan Paris (Paris Agreement) 2015 silam. Pemerintah Indonesia telah berkomitmen mengurangi gas emisi karbon secara menyeluruh sebanyak 29 persen pada 2030 melalui berbagai program salah satunya pengembangan bioetanol untuk kendaraan.
Namun pengembangan bioetanol untuk kendaraan tak ada kabar, bahkan boleh dibilang jalan ditempat. Padahal jika ditulusuri, pengembangan bioetanol di dalam negeri telah diluncurkan sejak enam tahun lalu.
"Saat ini komponen terbarukan dalam campuran bensin di Indonesia belum ada. Ini adalah saat yang tepat untuk memperkenalkan bioetanol dalam produk bensin di Indonesia. Belum lagi Indonesia sebagai negara agraris yang memiliki potensi bahan baku ethanol cukup besar harus dikembangkan dengan baik," ujar Ketua Pusat ITB Sustainable Development Goals Tirto Prakoso di acara webinar Bioenergy Australia dan U.S. Grains Council (USGC) bertajuk Etanol: Dekarbonisasi Bahan Bakar Kendaraan dalam Bioekonomi yang diselenggarakan secara virtual, Rabu (25/8/2021).
Menurut dia Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi bahan baku etanol cukup besar. Namun kenyataannya soal pengembangan etanol RI kalah dengan Thailand, Filipina, Australia dan New York. Sejumlah negara tersebut telah berhasil dengan baik mengembangkan bioetanol di pasar domestik.
"Penerapan bioetanol di negara tersebut bisa menjadi pembelajaran bagi Indonesia agar dapat memperkenalkan bioetanol di pasar domestik. Bioetanol dapat membantu mengurangi emisi karbon di sektor transportasi," kata dia.
Di samping memperoleh dampak udara bersih, ke depan Indonesia bisa terlepas dari impor minyak mentah atau bahan bakar minyak (BBM). Secara jangka panjang, pengembangan bioetanol dapat menciptakan lapangan pekerjaan di sektor pertanian dan juga merangsang pertumbuhan industri pengolahan etanol domestik.
Bahan pembuat bioetanol ini sendiri dapat berasal dari produk-produk pertanian di antara lain adalah tetes tebu, singkong, jagung. Indonesia sebagai negara dengan modal sektor pertanian yang berlimpah sesungguhnya dapat menjadi salah satu negara yang dapat mengimplementasikan program bioetanol ini di pasar energi.
"Untuk itu, kita harus berani terlebih dahulu memperkenalkan bioetanol ke pasar domestik. Jangan sampai industri dalam negeri kehilangan appetite untuk menumbuhkan industri bahan bakar berbasis etanol," tandas dia.
Namun pengembangan bioetanol untuk kendaraan tak ada kabar, bahkan boleh dibilang jalan ditempat. Padahal jika ditulusuri, pengembangan bioetanol di dalam negeri telah diluncurkan sejak enam tahun lalu.
"Saat ini komponen terbarukan dalam campuran bensin di Indonesia belum ada. Ini adalah saat yang tepat untuk memperkenalkan bioetanol dalam produk bensin di Indonesia. Belum lagi Indonesia sebagai negara agraris yang memiliki potensi bahan baku ethanol cukup besar harus dikembangkan dengan baik," ujar Ketua Pusat ITB Sustainable Development Goals Tirto Prakoso di acara webinar Bioenergy Australia dan U.S. Grains Council (USGC) bertajuk Etanol: Dekarbonisasi Bahan Bakar Kendaraan dalam Bioekonomi yang diselenggarakan secara virtual, Rabu (25/8/2021).
Menurut dia Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi bahan baku etanol cukup besar. Namun kenyataannya soal pengembangan etanol RI kalah dengan Thailand, Filipina, Australia dan New York. Sejumlah negara tersebut telah berhasil dengan baik mengembangkan bioetanol di pasar domestik.
"Penerapan bioetanol di negara tersebut bisa menjadi pembelajaran bagi Indonesia agar dapat memperkenalkan bioetanol di pasar domestik. Bioetanol dapat membantu mengurangi emisi karbon di sektor transportasi," kata dia.
Di samping memperoleh dampak udara bersih, ke depan Indonesia bisa terlepas dari impor minyak mentah atau bahan bakar minyak (BBM). Secara jangka panjang, pengembangan bioetanol dapat menciptakan lapangan pekerjaan di sektor pertanian dan juga merangsang pertumbuhan industri pengolahan etanol domestik.
Bahan pembuat bioetanol ini sendiri dapat berasal dari produk-produk pertanian di antara lain adalah tetes tebu, singkong, jagung. Indonesia sebagai negara dengan modal sektor pertanian yang berlimpah sesungguhnya dapat menjadi salah satu negara yang dapat mengimplementasikan program bioetanol ini di pasar energi.
"Untuk itu, kita harus berani terlebih dahulu memperkenalkan bioetanol ke pasar domestik. Jangan sampai industri dalam negeri kehilangan appetite untuk menumbuhkan industri bahan bakar berbasis etanol," tandas dia.
tulis komentar anda