Harga BBM Tak Turun-Turun, Ini Alasan Pertamina
Selasa, 21 April 2020 - 16:43 WIB
JAKARTA - bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri tak kunjung turun meski harga minyak mentah telah merosot hingga USD20 bahkan lebih rendah lagi di pasar internasional. Kendati demikian, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengaku saat ini Pertamina masih sulit menurunkan harga BBM.
Dia beralasan, saat ini harga BBM dibentuk menggunakan formula harga yang ditetapkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Dari sisi Pertamina, kata dia, penyesuaian harga akan sangat mudah dilakukan jika pihaknya hanya berperan sebagai trading company.
"Memang mudah sekali ketika harga BBM yang kita beli murah, maka kita langsung bisa jual (murah juga). Ta[pi di sisi lain, karena bisnis Pertamina integrasi hulu ke hilir, maka sebagai BUMN kita tidak dapat seenaknya menghentikan produksi kilang dan produksi migas," ujar Nicke di Jakarta, Selasa (21/4/2020).
Nicke mengatakan harga produksi BBM melalui kilang Pertamina masih kalah murah dibandingkan dengan impor produk secara langsung. Dia mencontohkan, harga impor BBM sekitar USD22,5 per barel, sementara harga beli crude Pertamina pada pertengahan Maret lalu masih senilai USD24 per barel.
"Jadi dalam kondisi ini kan lebih baik kami tutup semua kilang. Tapi faktanya kan kami tidak bisa seperti itu. Jadi antara keputusan bisnis dan keputusan Pertamina sebagai BUMN motor penggerak ekonomi nasional sekarang jadi berbeda. Tapi kami harus cari jalan tengah," ujarnya.
Dia menambahkan, saat ini Pertamina juga masih memprioritaskan membelu minyak mentah produksi dalam negeri. Karena itu, kata dia, pihaknya tengah berdiskusi dengan Kementerian ESDM agar tetap dapat menyerap crude lokal, namun diberikan relaksasi harga.
"Tapi kalau 100% enggak kami ambil, kan KKKS semuanya akan terhenti. Akhirnya ekosistem (bisnis migas terganggu), efeknya akan ke mana-mana," tandasnya.
Dia beralasan, saat ini harga BBM dibentuk menggunakan formula harga yang ditetapkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Dari sisi Pertamina, kata dia, penyesuaian harga akan sangat mudah dilakukan jika pihaknya hanya berperan sebagai trading company.
"Memang mudah sekali ketika harga BBM yang kita beli murah, maka kita langsung bisa jual (murah juga). Ta[pi di sisi lain, karena bisnis Pertamina integrasi hulu ke hilir, maka sebagai BUMN kita tidak dapat seenaknya menghentikan produksi kilang dan produksi migas," ujar Nicke di Jakarta, Selasa (21/4/2020).
Nicke mengatakan harga produksi BBM melalui kilang Pertamina masih kalah murah dibandingkan dengan impor produk secara langsung. Dia mencontohkan, harga impor BBM sekitar USD22,5 per barel, sementara harga beli crude Pertamina pada pertengahan Maret lalu masih senilai USD24 per barel.
"Jadi dalam kondisi ini kan lebih baik kami tutup semua kilang. Tapi faktanya kan kami tidak bisa seperti itu. Jadi antara keputusan bisnis dan keputusan Pertamina sebagai BUMN motor penggerak ekonomi nasional sekarang jadi berbeda. Tapi kami harus cari jalan tengah," ujarnya.
Dia menambahkan, saat ini Pertamina juga masih memprioritaskan membelu minyak mentah produksi dalam negeri. Karena itu, kata dia, pihaknya tengah berdiskusi dengan Kementerian ESDM agar tetap dapat menyerap crude lokal, namun diberikan relaksasi harga.
"Tapi kalau 100% enggak kami ambil, kan KKKS semuanya akan terhenti. Akhirnya ekosistem (bisnis migas terganggu), efeknya akan ke mana-mana," tandasnya.
(fai)
tulis komentar anda