Pelonggaran Aktivitas Tiupkan Angin Segar bagi Pengusaha Ritel
Jum'at, 10 September 2021 - 12:29 WIB
JAKARTA - Sektor ritel menjadi salah satu sektor usaha yang terdampak oleh pandemi Covid-19. Disinyalir, dari tahun 2020 hingga pertengahan 2021 sudah ada 1.500 toko ritel yang tutup karena tak kuat menanggung biaya sewa dan operasional.
Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia ( Aprindo ) Roy Nicholas Mandey, sektor ritel hingga saat ini masih terdampak oleh situasi pandemi. Hingga saat ini, kata dia, terjadi penurunan produktivitas hampir mencapai 20% di sektor ini.
"Saat kuartal II sebenarnya sudah mulai membaik ketika kita sudah mulai berhasil menurunkan kasus Covid-19. Tetapi karena adanya varian Delta pertengahan Juli, sampai saat ini kami masih merasakan dampaknya dengan penurunan hampir sekitar 20% dari produktivitas," kata Roy dalam Market Review IDX Channel, Jumat (10/9/2021).
Roy menjelaskan, hal itu terjadi akibat pembatasan mobilitas masyarakat dan juga daya beli yang masih tertahan. Menurutnya, di situasi pandemi saat ini, masyarakat masih ingin melihat situasi dan perkembangan dari kasus Covid-19.
"Adanya pembatasan mobilitas, kemudian juga daya beli yang masih tertahan di status ekonomi menengah ke bawah. Tentunya kita ketahui menengah ke atas dengan PPKM Darurat sekarang mereka masih menahan belanja, karena memang melihat situasi dan perkembangan terlebih dahulu," jelasnya.
Kendati demikian, Roy mengaku adanya berbagai pelonggaran belakangan ini menjadi angin segar bagi sektor ritel. Walau kondisi belum kembali seperti pada saat PPKM mikro diberlakukan, kondisi sektor ritel diakuinya mulai membaik.
"Perbaikan itu karena saat ini sudah ada yang namanya QR code PeduliLindungi. Ketika diberlakukan dan masyarakat sudah mulai mengunjungi pusat belanja maupun juga ritel. Tapi kalau dihitung dari jumlah yang datang, tentunya belum sama ketika aplikasi PeduliLindungi belum diterapkan," ungkapnya.
Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia ( Aprindo ) Roy Nicholas Mandey, sektor ritel hingga saat ini masih terdampak oleh situasi pandemi. Hingga saat ini, kata dia, terjadi penurunan produktivitas hampir mencapai 20% di sektor ini.
"Saat kuartal II sebenarnya sudah mulai membaik ketika kita sudah mulai berhasil menurunkan kasus Covid-19. Tetapi karena adanya varian Delta pertengahan Juli, sampai saat ini kami masih merasakan dampaknya dengan penurunan hampir sekitar 20% dari produktivitas," kata Roy dalam Market Review IDX Channel, Jumat (10/9/2021).
Roy menjelaskan, hal itu terjadi akibat pembatasan mobilitas masyarakat dan juga daya beli yang masih tertahan. Menurutnya, di situasi pandemi saat ini, masyarakat masih ingin melihat situasi dan perkembangan dari kasus Covid-19.
"Adanya pembatasan mobilitas, kemudian juga daya beli yang masih tertahan di status ekonomi menengah ke bawah. Tentunya kita ketahui menengah ke atas dengan PPKM Darurat sekarang mereka masih menahan belanja, karena memang melihat situasi dan perkembangan terlebih dahulu," jelasnya.
Kendati demikian, Roy mengaku adanya berbagai pelonggaran belakangan ini menjadi angin segar bagi sektor ritel. Walau kondisi belum kembali seperti pada saat PPKM mikro diberlakukan, kondisi sektor ritel diakuinya mulai membaik.
"Perbaikan itu karena saat ini sudah ada yang namanya QR code PeduliLindungi. Ketika diberlakukan dan masyarakat sudah mulai mengunjungi pusat belanja maupun juga ritel. Tapi kalau dihitung dari jumlah yang datang, tentunya belum sama ketika aplikasi PeduliLindungi belum diterapkan," ungkapnya.
(fai)
tulis komentar anda