Terungkap! Ini Potensi Bahan Baku Nuklir yang Dimiliki Indonesia
Senin, 13 September 2021 - 16:22 WIB
JAKARTA - Tak hanya sumber energi konvensional, Indonesia juga memiliki potensi energi berbasis nuklir yang bisa digunakan untuk menggantikan batu bara dan sumber energi lainnya. Berdasarkan data Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Indonesia memiliki bahan baku nuklir berupa sumber daya uranium sebanyak 81.090 ton dan juga thorium sebanyak 140.411 ton.
Bahan baku nuklir tersebut tersebar di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Secara terinci, Sumatera memiliki 31.567 ton uranium dan 126.821 ton thorium. Sementara Kalimantan memiliki sebanyak 45.731 ton uranium dan 7.028 ton thorium. Sulawesi memiliki 3.793 ton uranium dan 6.562 ton.
"Ini jadi salah satu opsi energi yang patut dipertimbangkan dan layak dipertimbangkan," ujar Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan dalam Market Review IDX Channel, Senin (13/9/2021).
Pengembangan energi nuklir di Indonesia sebetulnya sudah berlangsung sejak lama. Hal ini tercermin dari studi kelayakan dan sejumlah kajian ilmiah yang dilakukan sejumlah ilmuwan nasional. Sumber daya manusia (SDM) nasional pun dinilai sudah cukup mampu mengolah nuklir sebagai sumber energi.
"Selama kita mampu dan punya keinginan yang kuat maka pengembangan energi nuklir bisa berjalan. Tapi, tentunya perlu dukungan dari semua pihak," ujar Mamit.
Saat ini, pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir ( PLTN ) masih banyak menemui kendala, mulai dari pertimbangan keandalan sistem pembangkit, isu lingkungan, hingga sosial politik. Selain itu, stigma masyarakat terkait dampak buruk nuklir pun masih menjadi tantangan bagi pengembangan teknologi nuklir.
"Tentu kita harus tetap memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa nuklir ini mungkin akan jauh lebih aman ke depannya. Dengan teknologi yang ada maka yang harus dilakukan adalah peningkatan untuk bisa mengurangi kebocoran ataupun kendala teknis," tandas Mamit.
Bahan baku nuklir tersebut tersebar di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Secara terinci, Sumatera memiliki 31.567 ton uranium dan 126.821 ton thorium. Sementara Kalimantan memiliki sebanyak 45.731 ton uranium dan 7.028 ton thorium. Sulawesi memiliki 3.793 ton uranium dan 6.562 ton.
"Ini jadi salah satu opsi energi yang patut dipertimbangkan dan layak dipertimbangkan," ujar Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan dalam Market Review IDX Channel, Senin (13/9/2021).
Pengembangan energi nuklir di Indonesia sebetulnya sudah berlangsung sejak lama. Hal ini tercermin dari studi kelayakan dan sejumlah kajian ilmiah yang dilakukan sejumlah ilmuwan nasional. Sumber daya manusia (SDM) nasional pun dinilai sudah cukup mampu mengolah nuklir sebagai sumber energi.
"Selama kita mampu dan punya keinginan yang kuat maka pengembangan energi nuklir bisa berjalan. Tapi, tentunya perlu dukungan dari semua pihak," ujar Mamit.
Saat ini, pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir ( PLTN ) masih banyak menemui kendala, mulai dari pertimbangan keandalan sistem pembangkit, isu lingkungan, hingga sosial politik. Selain itu, stigma masyarakat terkait dampak buruk nuklir pun masih menjadi tantangan bagi pengembangan teknologi nuklir.
"Tentu kita harus tetap memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa nuklir ini mungkin akan jauh lebih aman ke depannya. Dengan teknologi yang ada maka yang harus dilakukan adalah peningkatan untuk bisa mengurangi kebocoran ataupun kendala teknis," tandas Mamit.
(fai)
tulis komentar anda