Narasi Negatif Soal BPA Jangan Sampai Ganggu Sektor Industri
Rabu, 22 September 2021 - 22:05 WIB
JAKARTA - Polemik soal kandungan bisfenol (BPA) dalam kemasan galon guna ulang telah membuat sejumlah pihak buka suara. Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian ( Kemenperin ) Ir. Putu Juli Ardika mengatakan isu soal BPA memang sangat sensitif.
Menurutnya, jika ada pendapat yang diusulkan oleh sejumlah pihak terkait BPA, dia menyarankan agar pihak tersebut melihat juga mengenai standar yang dikeluarkan regulator terkait keamanan kemasan yang mengandung BPA.
Putu pun meminta agar pihak-pihak yang mengembuskan isu terkait BPA untuk tidak merusak pemulihan industri di tengah pasar yang belum bagus. Apalagi saat ini fokus pemerintah adalah memulihkan ekonomi di tengah pandemi.
“Konsentrasi kita sekarang melakukan pemulihan industri karena pasar di dalam negeri masih belum bagus,” katanya, dalam sebuah diskusi yang bertema "Standar Keamanan Kemasan Pangan dan Kesehatan Konsumen", dikutip, Rabu (22/9/2021).
Dia menjelaskan bahwa ekspor makanan dan minuman (mamin) sepanjang Januari hingga Agustus 2021 sebesar USD111 miliar. Jumlah itu jauh lebih besar daripada total ekspor kita pada tahun 2019. Menurutnya, ekspor di industri mamin itu kontribusinya sebanyak 78% dari keseluruhan ekspor.
Sementara itu, Edy Sutopo, Direktur Minuman dan Bahan Penyegar Kemenperin, menambahkan bahwa industri kemasan galon guna ulang punya arti tersendiri bagi industri mamin dan pertumbuhan ekonomi nasional.
“Saya kira, kita perlu menjaga industri ini. Jangan sampai ada isu-isu yang bisa memengaruhi kinerja industri makanan dan minuman kita yang selanjutnya bisa berpengaruh pada perekonomian nasional,” ujarnya.
DR. Ahmad Zainal, pakar polimer dari ITB, juga menyayangkan adanya narasi yang salah dalam memahami kandungan BPA dalam galon guna ulang berbahan Polikarbonat (PC) yang diembuskan. Sebagai pakar polimer, dia melihat PC itu merupakan bahan plastik yang aman.
Menurutnya, jika ada pendapat yang diusulkan oleh sejumlah pihak terkait BPA, dia menyarankan agar pihak tersebut melihat juga mengenai standar yang dikeluarkan regulator terkait keamanan kemasan yang mengandung BPA.
Putu pun meminta agar pihak-pihak yang mengembuskan isu terkait BPA untuk tidak merusak pemulihan industri di tengah pasar yang belum bagus. Apalagi saat ini fokus pemerintah adalah memulihkan ekonomi di tengah pandemi.
“Konsentrasi kita sekarang melakukan pemulihan industri karena pasar di dalam negeri masih belum bagus,” katanya, dalam sebuah diskusi yang bertema "Standar Keamanan Kemasan Pangan dan Kesehatan Konsumen", dikutip, Rabu (22/9/2021).
Dia menjelaskan bahwa ekspor makanan dan minuman (mamin) sepanjang Januari hingga Agustus 2021 sebesar USD111 miliar. Jumlah itu jauh lebih besar daripada total ekspor kita pada tahun 2019. Menurutnya, ekspor di industri mamin itu kontribusinya sebanyak 78% dari keseluruhan ekspor.
Sementara itu, Edy Sutopo, Direktur Minuman dan Bahan Penyegar Kemenperin, menambahkan bahwa industri kemasan galon guna ulang punya arti tersendiri bagi industri mamin dan pertumbuhan ekonomi nasional.
“Saya kira, kita perlu menjaga industri ini. Jangan sampai ada isu-isu yang bisa memengaruhi kinerja industri makanan dan minuman kita yang selanjutnya bisa berpengaruh pada perekonomian nasional,” ujarnya.
DR. Ahmad Zainal, pakar polimer dari ITB, juga menyayangkan adanya narasi yang salah dalam memahami kandungan BPA dalam galon guna ulang berbahan Polikarbonat (PC) yang diembuskan. Sebagai pakar polimer, dia melihat PC itu merupakan bahan plastik yang aman.
tulis komentar anda