KKKS Ajukan Kondisi Kahar, SKK Migas Minta Kegiatan Hulu Migas Jalan Terus
Senin, 13 April 2020 - 15:15 WIB
Dwi Soetjipto mengatakan bahwa kegiatan hulu migas tidak hanya berperan sebagai sumber penerimaan negara, namun telah menjadi penggerak ekonomi nasional dengan multiplier effect di berbagai bidang seperti ekonomi, lapangan kerja, TKDN dan lainnya. "Dengan terus bergeraknya industri hulu migas maka dapat menjadi urat nadi perekonomian nasional ditengah perlambatan aktivitas ekonomi," kata dia.
Meski begitu, SKK Migas tak memungkiri jika pembatasan kegiatan untuk mencegah meluasnya penyebaran wabah Covid-19 telah mempengaruhi realisasi pelaksanaan proyek hulu migas. Adapun dampak Covid-19 telah berpengaruh terhadap realisasi kegiatan pemboran dan menurunnya permintaan gas dari para pembeli.
Penyebaran virus tersebut juga menghambat realisasi kegiatan operasional lainnya seperti pelaksanaan kalibrasi alat ukur di lapangan, pelaksanaan evaluasi mutu minyak dan gas bumi, pelaksanaan lifting di beberapa titik pengambilan minyak, mobilisasi crew change pekerja dan pergerakan barang di lapangan, pergerakan material khususnya yang terkait dengan long lead item.
"Akibat hambatan-hambatan tersebut, progress beberapa proyek hulu migas yang dijadwalkan onstream di tahun 2020 menjadi lebih lambat dibanding rencananya," kata dia.
Beberapa proyek yang berpotensi molor antara lain pengembangan Lapangan Bukit Tua Phase 3 oleh PCK2L lebih rendah dari target karena rig terlambat masuk ke lokasi. Pelambatan akibat Covid-19 juga terjadi di proyek pemasangan kompresor Betung yang dilakukan Pertamina EP SF Aset 2.
"Proyek yang seharusnya sudah selesai, baru mencapai 69,8% karena terkendala oleh FAT, transportasi dan instalasi kompresor karena sebagian sumber daya manusia yang dibutuhkan pada proyek tersebut merupakan warga Malaysia dan India yang saat ini lock down akibat Covid-19," kata dia.
Lalu, pengembangan Lapangan Cantik oleh Sele Raya Belida juga terhambat akibat penyebaran virus tersebut karena proses overhaul gas kompresor terhenti akibat area workshop berada di zona merah dan adanya pembatasan mobilisasi pekerja oleh pemerintah daerah. Proyek pemasangan kompresor SKH-19 Musi Timur oleh PT Pertamina EP juga terhambat karena fabrikasi peralatan pendukung yang terlambat didatangkan dari Italia akibat terdampak Covid-19.
"Kasus yang sama juga terjadi di proyek pengembangan Peciko BA oleh Pertamina Hulu Mahakam yang melambat realisasi kegiatannya karena peralatan didatangkan dari daerah pandemi Covid-19, yaitu China," jelasnya.
Meski begitu, SKK Migas tak memungkiri jika pembatasan kegiatan untuk mencegah meluasnya penyebaran wabah Covid-19 telah mempengaruhi realisasi pelaksanaan proyek hulu migas. Adapun dampak Covid-19 telah berpengaruh terhadap realisasi kegiatan pemboran dan menurunnya permintaan gas dari para pembeli.
Penyebaran virus tersebut juga menghambat realisasi kegiatan operasional lainnya seperti pelaksanaan kalibrasi alat ukur di lapangan, pelaksanaan evaluasi mutu minyak dan gas bumi, pelaksanaan lifting di beberapa titik pengambilan minyak, mobilisasi crew change pekerja dan pergerakan barang di lapangan, pergerakan material khususnya yang terkait dengan long lead item.
"Akibat hambatan-hambatan tersebut, progress beberapa proyek hulu migas yang dijadwalkan onstream di tahun 2020 menjadi lebih lambat dibanding rencananya," kata dia.
Beberapa proyek yang berpotensi molor antara lain pengembangan Lapangan Bukit Tua Phase 3 oleh PCK2L lebih rendah dari target karena rig terlambat masuk ke lokasi. Pelambatan akibat Covid-19 juga terjadi di proyek pemasangan kompresor Betung yang dilakukan Pertamina EP SF Aset 2.
"Proyek yang seharusnya sudah selesai, baru mencapai 69,8% karena terkendala oleh FAT, transportasi dan instalasi kompresor karena sebagian sumber daya manusia yang dibutuhkan pada proyek tersebut merupakan warga Malaysia dan India yang saat ini lock down akibat Covid-19," kata dia.
Lalu, pengembangan Lapangan Cantik oleh Sele Raya Belida juga terhambat akibat penyebaran virus tersebut karena proses overhaul gas kompresor terhenti akibat area workshop berada di zona merah dan adanya pembatasan mobilisasi pekerja oleh pemerintah daerah. Proyek pemasangan kompresor SKH-19 Musi Timur oleh PT Pertamina EP juga terhambat karena fabrikasi peralatan pendukung yang terlambat didatangkan dari Italia akibat terdampak Covid-19.
"Kasus yang sama juga terjadi di proyek pengembangan Peciko BA oleh Pertamina Hulu Mahakam yang melambat realisasi kegiatannya karena peralatan didatangkan dari daerah pandemi Covid-19, yaitu China," jelasnya.
(fai)
Lihat Juga :
tulis komentar anda