Mengincar Upah Murah, 100 Pabrik Sepatu Sudah Pindah ke Jawa Tengah
Senin, 11 Oktober 2021 - 16:26 WIB
JAKARTA - Selama kurun waktu 4 tahun terakhir sekitar 100 pabrik sepatu pindah dari Bekasi dan Tangerang menuju daerah yang memiliki standar upah murah . Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Eddy Widjanarko mengatakan, dengan perpindahan pabrik tersebut, membuat pengusaha dapat lebih banyak menggaet karyawan baru untuk produksi yang yang lebih.
"Contoh kita lihat di Tanggerang, Bekasi kan UMR-nya kurang lebih sekitar 4,3 juta, kalau kita lihat di Jawa Tengah, itu ada yang 1,6 juta, ada yang 1,8 juta. Jadi perbedaan dengan jumlah karyawan yang begitu besar itu perbedaannya dengan signifikan," ujarnya pada Market Review IDXChanel, Senin (11/10/2021).
Eddy menjelaskan, selisih gaji yang jauh tersebut, dapat menutup biaya operasional yang sebetulnya lebih jauh dari target pasar, dibanding mendirikan pabrik di Bekasi atau Tangerang.
"Contoh 1.000 orang saja itu kalau selisihnya (upahnya) Rp1 juta, itu kan kurang lebih kan sekitar Rp1 miliar kita bisa hemat. Apalagi kalau karyawannya 10 ribu," sambungnya.
Menurutnya saat ini infrastruktur yang dibangun pemerintah sudah cukup memadai untuk sebuah perjalanan ekspedisi. Sehingga biaya transport tetap lebih rendah jika dibandingkan dengan gaji yang dibayarkan.
"Hapir semua pabrik yang pindah itu mengalami kenaikan karyawan, jadi ini sebetulnya pertanda baik. Bahwa dalam waktu 3 sampai 4 tahun kedepan itu justru industri itu akan ada di Jawa Tengah," sambungnya.
Dengan hal tersebut Eddy optimis dapat mendongkrak industri alas kaki kedepannya, yang pada saat ini menargetkan kenaikan 10% sampai akhir tahun jika dibanding tahun sebelumnya.
"Saya kira dengan sisa waktu 3 bulan, ekspor kita sekarang ini malah kita optimis 5,2 miliar USD itu bisa tercapai. Bahkan kita menghitung itu bisa mencapai 5,4 miliar USD, karena kenaikan 4 bulan terakhir ini itu ordernya bukan menurun tetapi bertambah," pungkasnya.
"Contoh kita lihat di Tanggerang, Bekasi kan UMR-nya kurang lebih sekitar 4,3 juta, kalau kita lihat di Jawa Tengah, itu ada yang 1,6 juta, ada yang 1,8 juta. Jadi perbedaan dengan jumlah karyawan yang begitu besar itu perbedaannya dengan signifikan," ujarnya pada Market Review IDXChanel, Senin (11/10/2021).
Eddy menjelaskan, selisih gaji yang jauh tersebut, dapat menutup biaya operasional yang sebetulnya lebih jauh dari target pasar, dibanding mendirikan pabrik di Bekasi atau Tangerang.
"Contoh 1.000 orang saja itu kalau selisihnya (upahnya) Rp1 juta, itu kan kurang lebih kan sekitar Rp1 miliar kita bisa hemat. Apalagi kalau karyawannya 10 ribu," sambungnya.
Menurutnya saat ini infrastruktur yang dibangun pemerintah sudah cukup memadai untuk sebuah perjalanan ekspedisi. Sehingga biaya transport tetap lebih rendah jika dibandingkan dengan gaji yang dibayarkan.
"Hapir semua pabrik yang pindah itu mengalami kenaikan karyawan, jadi ini sebetulnya pertanda baik. Bahwa dalam waktu 3 sampai 4 tahun kedepan itu justru industri itu akan ada di Jawa Tengah," sambungnya.
Dengan hal tersebut Eddy optimis dapat mendongkrak industri alas kaki kedepannya, yang pada saat ini menargetkan kenaikan 10% sampai akhir tahun jika dibanding tahun sebelumnya.
"Saya kira dengan sisa waktu 3 bulan, ekspor kita sekarang ini malah kita optimis 5,2 miliar USD itu bisa tercapai. Bahkan kita menghitung itu bisa mencapai 5,4 miliar USD, karena kenaikan 4 bulan terakhir ini itu ordernya bukan menurun tetapi bertambah," pungkasnya.
(akr)
tulis komentar anda