Utang Rp500 Triliun, Erick Thohir Minta PLN Lakukan Efisiensi Bisnis
Jum'at, 22 Oktober 2021 - 20:02 WIB
JAKARTA - Menteri BUMN Erick Thohir meminta PT PLN (Persero) terus melakukan efisiensi bisnis agar pelaksanaan transformasi energi baru terbarukan (EBT) bisa berjalan baik.
Saat ini PLN tengah menanggung utang senilai Rp500 triliun. Perseroan pun dituntut melakukan efisiensi berupa refocusing anggaran. Erick mencatat, refocusing diperlukan untuk mendukung sejumlah program perusahaan, misalnya, transisi fosil menjadi EBT hingga program transmisi kelistrikan.
"PLN sendiri kita sedang mempersiapkan bagaimana PLN akan refocusing. Refocusing tidak hanya di power, fosil diubah menjadi energi terbarukan, tetapi kita juga transmission, kita akan perbaiki karena ada hubungan dengan energi terbarukan, dan tentu retail sistem yang tentu kita harapkan tepat sasaran," papar Erick, Jumat (22/10/2021).
Kementerian BUMN pun menetapkan roadmap PLN hingga 2060 mendatang. Peta jalan tersebut untuk mendorong realisasi EBT hingga 2060. Dalam skemanya, perseroan harus menyiapkan proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) sebesar 21 gigawatt (GW). Kemudian, 15 tahun berikutnya perusahaan menyediakan 29 GW.
"Sebagai catatan, seperti yang disampaikan, bagaimana dalam 19 tahun ke depan, kita harus mentransformasi 21 Gw, 15 tahun berikutnya 29 Gw ini adalah sesuatu yang masif," ungkapnya.
Pemegang saham juga mendorong kerja sama antara PLN dengan independent power producer (IPP) terkait kerja sama kontrak power purchase agreement (PPA) untuk listrik energi baru dan terbarukan.
Untuk mencapai target tersebut, perusahaan harus bertransformasi dan bekerja secara masif. Bila target tersebut berhasil direalisasikan, Erick optimistis Indonesia akan jadi negara dengan nilai kompetitif yang tinggi.
Di lain sisi, sepanjang 2020, pemerintah melakukan efisiensi bisnis PLN dengan memangkas capital expenditure (capex) atau belanja modal perusahaan sebesar 24 persen atau setara Rp24 triliun.
Kemudian, melakukan refinance utang PLN sebesar Rp500 triliun. Refinance dilakukan dengan bunga utang yang lebih murah. Erick meyakini langkah ini penting memperkuat struktur keuangan perusahaan.
"Saya mengucapkan terima kasih kerja keras direksi, komisaris yang terus mendorong perbaikan keuangan PLN itu sendiri, di mana kemarin tentu capex-nya kita potong sampai 24 persen, sebesar Rp 24 triliun, utang juga direfinance dengan bunga yang lebih murah, karena ini penting. Kalau PLN-nya nggak sehat, bagaimana kita mendukung transformasi energi terbarukan," tandasnya.
Saat ini PLN tengah menanggung utang senilai Rp500 triliun. Perseroan pun dituntut melakukan efisiensi berupa refocusing anggaran. Erick mencatat, refocusing diperlukan untuk mendukung sejumlah program perusahaan, misalnya, transisi fosil menjadi EBT hingga program transmisi kelistrikan.
"PLN sendiri kita sedang mempersiapkan bagaimana PLN akan refocusing. Refocusing tidak hanya di power, fosil diubah menjadi energi terbarukan, tetapi kita juga transmission, kita akan perbaiki karena ada hubungan dengan energi terbarukan, dan tentu retail sistem yang tentu kita harapkan tepat sasaran," papar Erick, Jumat (22/10/2021).
Kementerian BUMN pun menetapkan roadmap PLN hingga 2060 mendatang. Peta jalan tersebut untuk mendorong realisasi EBT hingga 2060. Dalam skemanya, perseroan harus menyiapkan proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) sebesar 21 gigawatt (GW). Kemudian, 15 tahun berikutnya perusahaan menyediakan 29 GW.
"Sebagai catatan, seperti yang disampaikan, bagaimana dalam 19 tahun ke depan, kita harus mentransformasi 21 Gw, 15 tahun berikutnya 29 Gw ini adalah sesuatu yang masif," ungkapnya.
Pemegang saham juga mendorong kerja sama antara PLN dengan independent power producer (IPP) terkait kerja sama kontrak power purchase agreement (PPA) untuk listrik energi baru dan terbarukan.
Untuk mencapai target tersebut, perusahaan harus bertransformasi dan bekerja secara masif. Bila target tersebut berhasil direalisasikan, Erick optimistis Indonesia akan jadi negara dengan nilai kompetitif yang tinggi.
Di lain sisi, sepanjang 2020, pemerintah melakukan efisiensi bisnis PLN dengan memangkas capital expenditure (capex) atau belanja modal perusahaan sebesar 24 persen atau setara Rp24 triliun.
Kemudian, melakukan refinance utang PLN sebesar Rp500 triliun. Refinance dilakukan dengan bunga utang yang lebih murah. Erick meyakini langkah ini penting memperkuat struktur keuangan perusahaan.
"Saya mengucapkan terima kasih kerja keras direksi, komisaris yang terus mendorong perbaikan keuangan PLN itu sendiri, di mana kemarin tentu capex-nya kita potong sampai 24 persen, sebesar Rp 24 triliun, utang juga direfinance dengan bunga yang lebih murah, karena ini penting. Kalau PLN-nya nggak sehat, bagaimana kita mendukung transformasi energi terbarukan," tandasnya.
(ind)
Lihat Juga :
tulis komentar anda