Sumbang Penerimaan Negara Rp122 Triliun, Industri Hulu Migas Dongkrak Pendapatan Daerah
Kamis, 28 Oktober 2021 - 17:11 WIB
Pada saat pandemi Covid-19 menghantam Indonesia, sektor hulu migas salah satu industri di Tanah Air yang tetap beroperasi sehingga membawa efek berganda pada industri-industri penunjang lainnya. Industri-industri tersebut, lanjut Erwin, di antaranya adalah industri perhotelan, kesehatan, catering, dan transportasi.
"Disinilah letak keberadaan hulu migas. Tadinya hanya dilihat dari masalah produksi, lifting. Namun ternyata setelah dijabarkan lebih holistik, dampaknya luar biasa," jelas Erwin.
Nilai kontribusi industri migas bagi sejumlah industri lain pada 2020-2021 mencapai USD7,126 miliar atau setara dengan Rp103 triliun. Di antaranya industri transportasi dengan nilai USD470 juta dan kandungan TKDN mencapai 78 persen, industri tenaga
kerja USD 442,76 juta dengan nilai TKDN sebesar 86%, industri perhotelan senilai USD129.88 juta dengan kandungan TKDN sebesar 92%.
Sementara pencapaian industri kesehatan mencapai USD20,446 juta dengan TKDN 86 persen, disusul dengan industri asuransi senilai USD3,821. Dari keseluruhan kontribusi tersebut, UMKM memiliki peranan aktif terhadap perputaran roda ekonomi sebesar 10,7% dengan nilai TKDN 100%.
Sampai dengan saat ini total pengadaan barang dan jasa per 30 September 2021 mencapai USD2,6 miliar atau sekitar Rp37 triliun dengan komitmen TKDN sebesar 58% atau di atas target yang ditetapkan pemerintah.
Tak berhenti disitu, SKK Migas juga terus berperan sebagai business match-making (biro jodoh) antara KKKS dengan industri penunjang hulu migas. Hal ini diwujudkan bersama 20 KKKS dengan mengimplementasikan Program Penilaian dan Pembinaan Bersama Penyedia Barang dan Jasa Dalam Negeri Penunjang Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi yang bertujuan untuk memastikan kemampuan serta memberikan pembinaan kepada penyedia barang dan jasa dalam negeri agar dapat memenuhi kualifikasi kebutuhan operasi dan proyek hulu migas di Indonesia. Peran biro jodoh tersebut dirasakan positif oleh sejumlah industri penunjang lainnya.
Komisaris Luas Birus Utama Kudus Kurniawan mengatakan usaha SKK Migas tersebut merupakan jalan untuk mencapai kemandirian nasional sehingga industri dalam negeri dapat menjadi raja di negeri sendiri. Penggunaan industri lokal, katanya, banyak membawa manfaat positif juga bagi KKKS, di antaranya mengurangi risiko keterlambatan pengiriman, lebih efisien dan juga banyak melibatkan tenaga kerja dalam negeri.
Sementara itu, VP Petrochemical Industry Business SH Commercial & Trading Pertamina Oos Kosasih mengapresiasi terobosan yang dilakukan SKK Migas untuk mendorong keterlibatan industri nasional dalam sektor hulu migas.
Menurut dia produk-produk yang dihasilkan perusahaannya, seperti BBM, pelumas, dan petrokimia, telah banyak digunakan dalam operasi KKKS. BBM, misalnya, telah memiliki pangsa pasar hingga 97 persen. Sementara pelumas 70 persen dan basedoil product 40 persen.
"Disinilah letak keberadaan hulu migas. Tadinya hanya dilihat dari masalah produksi, lifting. Namun ternyata setelah dijabarkan lebih holistik, dampaknya luar biasa," jelas Erwin.
Nilai kontribusi industri migas bagi sejumlah industri lain pada 2020-2021 mencapai USD7,126 miliar atau setara dengan Rp103 triliun. Di antaranya industri transportasi dengan nilai USD470 juta dan kandungan TKDN mencapai 78 persen, industri tenaga
kerja USD 442,76 juta dengan nilai TKDN sebesar 86%, industri perhotelan senilai USD129.88 juta dengan kandungan TKDN sebesar 92%.
Sementara pencapaian industri kesehatan mencapai USD20,446 juta dengan TKDN 86 persen, disusul dengan industri asuransi senilai USD3,821. Dari keseluruhan kontribusi tersebut, UMKM memiliki peranan aktif terhadap perputaran roda ekonomi sebesar 10,7% dengan nilai TKDN 100%.
Sampai dengan saat ini total pengadaan barang dan jasa per 30 September 2021 mencapai USD2,6 miliar atau sekitar Rp37 triliun dengan komitmen TKDN sebesar 58% atau di atas target yang ditetapkan pemerintah.
Tak berhenti disitu, SKK Migas juga terus berperan sebagai business match-making (biro jodoh) antara KKKS dengan industri penunjang hulu migas. Hal ini diwujudkan bersama 20 KKKS dengan mengimplementasikan Program Penilaian dan Pembinaan Bersama Penyedia Barang dan Jasa Dalam Negeri Penunjang Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi yang bertujuan untuk memastikan kemampuan serta memberikan pembinaan kepada penyedia barang dan jasa dalam negeri agar dapat memenuhi kualifikasi kebutuhan operasi dan proyek hulu migas di Indonesia. Peran biro jodoh tersebut dirasakan positif oleh sejumlah industri penunjang lainnya.
Komisaris Luas Birus Utama Kudus Kurniawan mengatakan usaha SKK Migas tersebut merupakan jalan untuk mencapai kemandirian nasional sehingga industri dalam negeri dapat menjadi raja di negeri sendiri. Penggunaan industri lokal, katanya, banyak membawa manfaat positif juga bagi KKKS, di antaranya mengurangi risiko keterlambatan pengiriman, lebih efisien dan juga banyak melibatkan tenaga kerja dalam negeri.
Sementara itu, VP Petrochemical Industry Business SH Commercial & Trading Pertamina Oos Kosasih mengapresiasi terobosan yang dilakukan SKK Migas untuk mendorong keterlibatan industri nasional dalam sektor hulu migas.
Menurut dia produk-produk yang dihasilkan perusahaannya, seperti BBM, pelumas, dan petrokimia, telah banyak digunakan dalam operasi KKKS. BBM, misalnya, telah memiliki pangsa pasar hingga 97 persen. Sementara pelumas 70 persen dan basedoil product 40 persen.
Lihat Juga :
tulis komentar anda