Kabar Buruk dari China, Bisnis Kontainer Lumpuh Akibat Kebijakan Nol Covid
Jum'at, 26 November 2021 - 16:18 WIB
Sementara itu, Direktur Operasi Global dan Rantai Pasokan Cargill Eman Abdalla mengungkapkan bahwa perusahaannya harus menanggung biaya keterlembatan akibat pembatasan tersebut. "Ada beberapa kasus di mana penundaan terjadi dalam hitungan jam, tetapi ada juga kasus di mana penundaan bisa berlangsung hingga berhari-hari," kata dia.
Euronav, salah satu pemilik supertanker minyak terbesar di dunia telah menghabiskan sekitar USD6 juta atau setara Rp84 miliar untuk menangani gangguan terkait krisis pergantian awak, termasuk untuk transit dan karantina serta tanggungan biaya perjalanan lainnya. "Di masa lalu, cukup menyenangkan melakukan rotasi kru ketika kami berada di China tapi sekarang tidak mungkin," kata CEO Euronav Hugo De Stoop.
Dampak pembatasan tersebut telah menguras tambahan biaya akibat keterlambatan akibat kemacetan pelabuhan. Per 18 November 2021 tarif per kontainer 40 kaki sebesar USD9.146 satu kontainer. Adapun tarif tersebut telah melonjak enam kali lipat dibandingkan rata-rata lima tahun lalu. Berdasarkan survei Oxford Economics, krisis pasokan memungkinkan masih terus berlanjut.
Euronav, salah satu pemilik supertanker minyak terbesar di dunia telah menghabiskan sekitar USD6 juta atau setara Rp84 miliar untuk menangani gangguan terkait krisis pergantian awak, termasuk untuk transit dan karantina serta tanggungan biaya perjalanan lainnya. "Di masa lalu, cukup menyenangkan melakukan rotasi kru ketika kami berada di China tapi sekarang tidak mungkin," kata CEO Euronav Hugo De Stoop.
Dampak pembatasan tersebut telah menguras tambahan biaya akibat keterlambatan akibat kemacetan pelabuhan. Per 18 November 2021 tarif per kontainer 40 kaki sebesar USD9.146 satu kontainer. Adapun tarif tersebut telah melonjak enam kali lipat dibandingkan rata-rata lima tahun lalu. Berdasarkan survei Oxford Economics, krisis pasokan memungkinkan masih terus berlanjut.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda