Tren Pangan 2022: Pakar Ungkap Informasi Seputar MSG
Minggu, 05 Desember 2021 - 12:33 WIB
"Karena pada dasarnya, nilai pangan itu dilihat dari sejauh mana keamanan pangan tersebut aman terhadap kita yang mengkonsumsinya baik secara jasmani dan rohani. Oleh karenanya diperlu inovasi untuk Flavor Tekstur, Sensori, Cita-Rasa, Kenampakan, Lokalitas, Gizi, Home Cooking, Lingkungan atau unsur yang diinginkan. Serta meminimalkan unsur yang tak diinginkan diantanya fungsionalitas, waktu persiapan, dan kompleksitas Harga," papar Prof. Purwiyatno Hariyadi.
Ia juga menjelaskan betapa pentingnya berinovasi ingredien pangan yakni pada bahan (bahan baku, bahan tambahan, zat gizi, bahan fungsional) yang digunakan dalam kegiatan produksi pangan dengan berbagai tujuan. Salah satunya adalah bumbu pembangun rasa dasar yaitu Manis, Asam, Asin, Pahit, Umami.
"Salah satunya adalah MSG (MNG) dan bumbu/bahan Umami lainnya yang mampu memberikan cita rasa dan turut memberikan kecukupan asupan pada orang yang memakannya. Melalui penelitian yang sahih asupan natrium/Sodium dari garam dapur dapat dikurangi sebesar sekitar 30% dengan penambahan sedikit MSG, dimana hal itu sama sekali tidak mempengaruhi tingkat kesukaan," jelasnya.
Lebih lanjut Prof. Purwiyatno Hariyadi menegaskan Asupan gizi (dari pangan) yang baik dan cukup sangat penting untuk kesehatan. Hal ini dapat dipenuhi melalui kecukupan asupan ditambah citarasa pangan itu sendiri."Terutama pada saat sistem kekebalan tubuh diperlukan untuk melawan COVID-19," ucapnya.
Di tengah diskusi yang sama, Ketua Bidang Komunikasi P2MI (Persatuan Pabrik Monosodium Glutamate dan Glutamic Acid Indonesia) Satria Gentur Pinandita, menjelaskan kehadiran asosiasinya adalah untuk memberikan informasi yang benar dan faktual tentang MSG dan turunannya kepada masyarakat dan instansi terkait.
"Hingga saat ini pemberitaan atau artikel terkait MSG yang berintonasi negatif masih kerap muncul. Surat tanggapan dari tahun ke tahun makin menurun publikasinya. Per tahun 2021, efektifitasnya hanya 6%," terangnya.
"Performa yang bagus di tahun 2018, karena memang nama asosiasi baru muncul dan media banyak yang memberitakan. Oleh karenannya kedepan P2MI akan lebih proaktif menyebarkan informasi melalui asset sendiri. Kami akan lebih sering bersosialisasi dan mengedukasi," paparnya.
Lebih lanjut Satria Gentur Pinandita mengatakan masih banyak pula berita yang salah terkait MNG yang mana seluruhnya adalah HOAX. Sebut saja tambahnya, kaldu-kaldu jamur yang saat ini banyak beredar, faktanya hanya sebuah manipulasi bahan dan kampanye.
"Faktanya bumbu tersebut menggunakan MNG/MSG dalam komposisinya, bahkan menjadi ingredients terbesar ke-2 setelah garam. Ditambah lagi bumbu dengan klaim tersebut lebih mahal berkali lipat dimana 400g bumbu harganya Rp 46,900 dan harga untuk MNG/MSG 120g hanya Rp 4,800," ujar Satria Gentur Pinandita.
Dijelaskannya, MNG merupakan nutrisi yang aman dikonsumsi. Dalam hal ini untuk ibu-ibu yang suka memasak menggunakan garam kini dapat menggantikan penggunaan garam berlebih dengan melakukan subsitusi menggunakan MNG.
Ia juga menjelaskan betapa pentingnya berinovasi ingredien pangan yakni pada bahan (bahan baku, bahan tambahan, zat gizi, bahan fungsional) yang digunakan dalam kegiatan produksi pangan dengan berbagai tujuan. Salah satunya adalah bumbu pembangun rasa dasar yaitu Manis, Asam, Asin, Pahit, Umami.
"Salah satunya adalah MSG (MNG) dan bumbu/bahan Umami lainnya yang mampu memberikan cita rasa dan turut memberikan kecukupan asupan pada orang yang memakannya. Melalui penelitian yang sahih asupan natrium/Sodium dari garam dapur dapat dikurangi sebesar sekitar 30% dengan penambahan sedikit MSG, dimana hal itu sama sekali tidak mempengaruhi tingkat kesukaan," jelasnya.
Lebih lanjut Prof. Purwiyatno Hariyadi menegaskan Asupan gizi (dari pangan) yang baik dan cukup sangat penting untuk kesehatan. Hal ini dapat dipenuhi melalui kecukupan asupan ditambah citarasa pangan itu sendiri."Terutama pada saat sistem kekebalan tubuh diperlukan untuk melawan COVID-19," ucapnya.
Di tengah diskusi yang sama, Ketua Bidang Komunikasi P2MI (Persatuan Pabrik Monosodium Glutamate dan Glutamic Acid Indonesia) Satria Gentur Pinandita, menjelaskan kehadiran asosiasinya adalah untuk memberikan informasi yang benar dan faktual tentang MSG dan turunannya kepada masyarakat dan instansi terkait.
"Hingga saat ini pemberitaan atau artikel terkait MSG yang berintonasi negatif masih kerap muncul. Surat tanggapan dari tahun ke tahun makin menurun publikasinya. Per tahun 2021, efektifitasnya hanya 6%," terangnya.
"Performa yang bagus di tahun 2018, karena memang nama asosiasi baru muncul dan media banyak yang memberitakan. Oleh karenannya kedepan P2MI akan lebih proaktif menyebarkan informasi melalui asset sendiri. Kami akan lebih sering bersosialisasi dan mengedukasi," paparnya.
Lebih lanjut Satria Gentur Pinandita mengatakan masih banyak pula berita yang salah terkait MNG yang mana seluruhnya adalah HOAX. Sebut saja tambahnya, kaldu-kaldu jamur yang saat ini banyak beredar, faktanya hanya sebuah manipulasi bahan dan kampanye.
"Faktanya bumbu tersebut menggunakan MNG/MSG dalam komposisinya, bahkan menjadi ingredients terbesar ke-2 setelah garam. Ditambah lagi bumbu dengan klaim tersebut lebih mahal berkali lipat dimana 400g bumbu harganya Rp 46,900 dan harga untuk MNG/MSG 120g hanya Rp 4,800," ujar Satria Gentur Pinandita.
Dijelaskannya, MNG merupakan nutrisi yang aman dikonsumsi. Dalam hal ini untuk ibu-ibu yang suka memasak menggunakan garam kini dapat menggantikan penggunaan garam berlebih dengan melakukan subsitusi menggunakan MNG.
tulis komentar anda