OJK Ajak Milenial Kembangkan UMKM Sektor Pertanian
Selasa, 28 Desember 2021 - 19:33 WIB
SURAKARTA - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso mengajak kalangan muda untuk terjun ke sektor pertanian berbasis ekonomi hijau yang potensi pengembangannya masih besar dan sejalan dengan program Pemerintah dalam mengembangkan UMKM dan sektor pertanian.
“Saya berharap kaum milenial dapat merebut momentum yang disediakan pemerintah berupa pembiayaan murah dan luas serta adanya ekosistem mulai dari pembinaan, penjualan, sampai dengan ekspor produk yang dihasilkan,” kata Wimboh dalam Seminar Nasional “Tantangan Milenial Merebut Peluang Akses Pembiayaan Dalam Ekosistem UMKM dan Ekonomi Hijau” di Kantor OJK Solo, Selasa.
Seminar diselenggarakan secara hybrid dan dihadiri Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Walikota Surakarta Gibran Rakabuming Raka, Direktur Kepatuhan BRI Ahmad Solichin Lutfiyanto, Ketua Umum Insan Tani dan Nelayan Indonesia (Intani) Guntur Subagja dan Petani Milenial Hendi Nur Seto.
Menurut Wimboh, kehadiran kalangan milenial dibutuhkan untuk terus mendorong pelaksanaan program keuangan berkelanjutan termasuk kepada pelaku UMKM di sektor pertanian baik di hulu maupun hilir.
“Pengelolaan sektor pertanian berbasis hijau ini diyakini mampu membuka lapangan pekerjaan baru mengingat saat ini masih terdapat lahan luas dan teknologi pertanian yang belum dimanfaatkan secara optimal oleh para petani Indonesia,” kata Wimboh.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga mengharapkan fenomena mulai banyaknya kalangan milenial yang terjun ke bisnis UMKM bisa semakin berkembang dan mendorong pengembangan ekonomi kecil dengan berbagai inovasi dan teknologi.
“Sebenarnya diksi milenial itu yang muda berusaha. Fasilitasi dari OJK sangat penting buat kita, untuk membangun ekosistem UMKM,” kata Ganjar.
Menteri Pertanian menyampaikan bahwa Kementan telah mengeluarkan strategi pembangunan pertanian yang dapat mendukung ketahanan pangan, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi untuk diperkenalkan kepada milenial. Strategi tersebut di antaranya adalah peningkatan kapasitas produksi, diversifikasi pangan lokal, penguatan cadangan dan sistem logistik pangan, pengembangan pertanian modern, serta gerakan tiga kali ekspor (gratieks).
“Saya berharap kaum milenial dapat merebut momentum yang disediakan pemerintah berupa pembiayaan murah dan luas serta adanya ekosistem mulai dari pembinaan, penjualan, sampai dengan ekspor produk yang dihasilkan,” kata Wimboh dalam Seminar Nasional “Tantangan Milenial Merebut Peluang Akses Pembiayaan Dalam Ekosistem UMKM dan Ekonomi Hijau” di Kantor OJK Solo, Selasa.
Seminar diselenggarakan secara hybrid dan dihadiri Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Walikota Surakarta Gibran Rakabuming Raka, Direktur Kepatuhan BRI Ahmad Solichin Lutfiyanto, Ketua Umum Insan Tani dan Nelayan Indonesia (Intani) Guntur Subagja dan Petani Milenial Hendi Nur Seto.
Menurut Wimboh, kehadiran kalangan milenial dibutuhkan untuk terus mendorong pelaksanaan program keuangan berkelanjutan termasuk kepada pelaku UMKM di sektor pertanian baik di hulu maupun hilir.
“Pengelolaan sektor pertanian berbasis hijau ini diyakini mampu membuka lapangan pekerjaan baru mengingat saat ini masih terdapat lahan luas dan teknologi pertanian yang belum dimanfaatkan secara optimal oleh para petani Indonesia,” kata Wimboh.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga mengharapkan fenomena mulai banyaknya kalangan milenial yang terjun ke bisnis UMKM bisa semakin berkembang dan mendorong pengembangan ekonomi kecil dengan berbagai inovasi dan teknologi.
“Sebenarnya diksi milenial itu yang muda berusaha. Fasilitasi dari OJK sangat penting buat kita, untuk membangun ekosistem UMKM,” kata Ganjar.
Menteri Pertanian menyampaikan bahwa Kementan telah mengeluarkan strategi pembangunan pertanian yang dapat mendukung ketahanan pangan, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi untuk diperkenalkan kepada milenial. Strategi tersebut di antaranya adalah peningkatan kapasitas produksi, diversifikasi pangan lokal, penguatan cadangan dan sistem logistik pangan, pengembangan pertanian modern, serta gerakan tiga kali ekspor (gratieks).
tulis komentar anda