Biaya Logistik Masih Tinggi, Luhut Tak Ingin Indonesia Jadi Feeder Angkutan Laut
Kamis, 27 Januari 2022 - 08:04 WIB
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan pemerintah Indonesia tak ingin menjadi pengumpan angkutan laut atau feeder dan menanggung beban biaya logistik yang cukup tinggi.
Menko Luhut mengatakakan, Pemerintah akan terus mendorong pembangunan hilirisasi dan efisiensi misalnya sistem kepelabuhanan yang terintegrasi menggunakan Indonesia National Single Window (INSW).
“Kemarin saya dari Batam, itu akan jadi bikin satu pelabuhan nanti terintegrasi. Jadi kita itu jangan jadi feeder atas negara lain, kita itu harus bisa menjadi dirrect call. Karena selama ini kita jadi feeder, itu cost kita naik. Jadi sekarang kita bikin, masuk ke dalam National Single Window itu, digitalize,” kata Menko Luhut dalam webinar virtual, dikutip Kamis (27/1/2022).
Menko Luhut menilai dengan digitalisasi dan hilirisasi yang terintegrasi sistemnya, maka para pelaku logisitik dapat menghemat sebesar 30 Persen. Ia bertekad bersama pemerintah untuk membuat skema, strategi dan bentuk studinya.
"Untuk sekadar diketahui, kita ini dari Indonesia hampir 18 juta TEUs setahun, mungkin lebih sekarang. Itu rata-rata kita jadi feeder saja pada negara tetangga. Negara tetangga menikmati, cost kita naik," katanya.
Dengan begitu, ia menegaskan Indonesia kini siap untuk mendorong hilirisasi dan efisiensi di pelabuhan dan mendorong yang menyangkut komoditi lain. "Sekarang kita nggak mau, kita mau sekarang direct call saja langsung ke final destination (tujuan akhir), itu akan murah. Indonesia ke depan yang menyangkut tadi industri hilirisasi," pungkasnya.
Menko Luhut mengatakakan, Pemerintah akan terus mendorong pembangunan hilirisasi dan efisiensi misalnya sistem kepelabuhanan yang terintegrasi menggunakan Indonesia National Single Window (INSW).
“Kemarin saya dari Batam, itu akan jadi bikin satu pelabuhan nanti terintegrasi. Jadi kita itu jangan jadi feeder atas negara lain, kita itu harus bisa menjadi dirrect call. Karena selama ini kita jadi feeder, itu cost kita naik. Jadi sekarang kita bikin, masuk ke dalam National Single Window itu, digitalize,” kata Menko Luhut dalam webinar virtual, dikutip Kamis (27/1/2022).
Menko Luhut menilai dengan digitalisasi dan hilirisasi yang terintegrasi sistemnya, maka para pelaku logisitik dapat menghemat sebesar 30 Persen. Ia bertekad bersama pemerintah untuk membuat skema, strategi dan bentuk studinya.
"Untuk sekadar diketahui, kita ini dari Indonesia hampir 18 juta TEUs setahun, mungkin lebih sekarang. Itu rata-rata kita jadi feeder saja pada negara tetangga. Negara tetangga menikmati, cost kita naik," katanya.
Baca Juga
Dengan begitu, ia menegaskan Indonesia kini siap untuk mendorong hilirisasi dan efisiensi di pelabuhan dan mendorong yang menyangkut komoditi lain. "Sekarang kita nggak mau, kita mau sekarang direct call saja langsung ke final destination (tujuan akhir), itu akan murah. Indonesia ke depan yang menyangkut tadi industri hilirisasi," pungkasnya.
(akr)
tulis komentar anda