Perang Rusia-Ukraina Ganggu Pemulihan Ekonomi Global, Indonesia Ikut Terdampak
Minggu, 27 Februari 2022 - 17:11 WIB
JAKARTA - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eisha M Rachbini membeberkan sejumlah dampak dari invasi Rusia terhadap Ukraina , khususnya terhadap ekonomi global.
Pertama, pemulihan ekonomi dunia post Covid-19, dengan ancaman inflasi yang telah terlihat di beberapa negara maju seperti Amerika Serikat (AS) dan juga negara berkembang seperti Indonesia, serta kenaikan harga komoditas dunia.
"Jika perang berlanjut, pemulihan ekonomi global juga terancam akan lebih rendah dari prediksi awal," ujar Eisha dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu (27/2/2022).
Dia menerangkan, pertumbuhan ekonomi global diprediksi 4,4% di 2022 dan 3,8% pada 2023. Kemudian, negara maju diproyeksikan tumbuh 3,9% (2022) dan 2,6% (2023), sedangkan negara berkembang 4,8% (2022) dan 4,7% (2023).
Selanjutnya, negara-negara di kawasan Asian Tenggara diperkirakan tumbuh 5,6% (2022) dan 6% (2023), Indonesia 5,6% (2022) dan 6% (2023).
Eisha menambahkan, harga komoditas dunia pada 2022 telah mengalami kenaikan. Rusia adalah salah satu produsen dunia minyak bumi dan industri pertambangan seperti nikel, alumunium dan palladium. Rusia juga produsen kalium karbonat (potash) sebagai bahan baku pupuk. Selain itu, Rusia dan Ukraina adalah eksportir utama gandum.
"Risiko perang akan dapat berdampak pada kenaikan harga minyak bumi yang diperkirakan meningkat mencapai lebih dari USD100 per barrel. Sementara harga bahan bakar minyak meningkat di AS dan Eropa sebesar 30%," urainya.
Pertama, pemulihan ekonomi dunia post Covid-19, dengan ancaman inflasi yang telah terlihat di beberapa negara maju seperti Amerika Serikat (AS) dan juga negara berkembang seperti Indonesia, serta kenaikan harga komoditas dunia.
"Jika perang berlanjut, pemulihan ekonomi global juga terancam akan lebih rendah dari prediksi awal," ujar Eisha dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu (27/2/2022).
Dia menerangkan, pertumbuhan ekonomi global diprediksi 4,4% di 2022 dan 3,8% pada 2023. Kemudian, negara maju diproyeksikan tumbuh 3,9% (2022) dan 2,6% (2023), sedangkan negara berkembang 4,8% (2022) dan 4,7% (2023).
Selanjutnya, negara-negara di kawasan Asian Tenggara diperkirakan tumbuh 5,6% (2022) dan 6% (2023), Indonesia 5,6% (2022) dan 6% (2023).
Eisha menambahkan, harga komoditas dunia pada 2022 telah mengalami kenaikan. Rusia adalah salah satu produsen dunia minyak bumi dan industri pertambangan seperti nikel, alumunium dan palladium. Rusia juga produsen kalium karbonat (potash) sebagai bahan baku pupuk. Selain itu, Rusia dan Ukraina adalah eksportir utama gandum.
"Risiko perang akan dapat berdampak pada kenaikan harga minyak bumi yang diperkirakan meningkat mencapai lebih dari USD100 per barrel. Sementara harga bahan bakar minyak meningkat di AS dan Eropa sebesar 30%," urainya.
tulis komentar anda