Iklim Investasi Nasional Masih Menarik Bagi Investor
Selasa, 16 Juni 2020 - 04:19 WIB
Sementara itu, Portfolio Manager Equity Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Andrian Tanuwijaya juga cukup meyakini Indonesia memiliki konsumsi domestik yang menjadi kontributor utama pemulihan yang relatif lebih cepat.
Oleh karena itu, saat ini keberhasilan penanganan Covid-19 benar-benar menjadi menjadi kunci utama kembalinya keyakinan investor di pasar saham.
"Penguatan pasar saham Indonesia didorong oleh optimisme investor terhadap pembukaan ekonomi secara bertahap. Kita tergantung seberapa cepat perekonomian kembali dibuka normal," ujar Andrian.
Menurutnya secara fundamental pasar saham Indonesia masih menawarkan peluang yang menarik. Valuasi saat ini -1 standar deviasi dari periode 10 tahun terlihat sangat menarik.
Disamping itu, memperhitungkan proyeksi pertumbuhan earnings tahun ini yang merupakan salah satu yang terendah di kawasan, dibandingkan dengan kinerja tahun berjalan IHSG per 3 Juni yang sudah turun -21%. "Tampaknya potensi downside risk pasar saham Indonesia sudah semakin terbatas," ujarnya.
Begitu juga untuk earnings di tahun 2021 diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang positif dikarenakan low base effect di tahun 2020. Pertumbuhan earnings pada umumnya akan sejalan dengan pertumbuhan PDB. Berdasarkan proyeksi dari lembaga internasional serta pemerintah Indonesia, diperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan pulih di tahun 2021.
Akan tetapi, lanjut dia, memang besaran dari tingkat pemulihan pertumbuhan ekonomi masih belum pasti. Ini karena apa yang dialami saat ini berkaitan dengan pandemi global, kejadian luar biasa yang belum pernah terjadi sebelumnya di jaman modern.
Tidak ada kejadian di masa lalu yang bisa dijadikan sebagai tolok ukur atau pembanding yang tepat untuk dapat mengevaluasi apa yang dialami saat ini.
"Oleh sebab itu memang agak sulit untuk dapat memproyeksikan besaran angka pertumbuhan laba perusahaan bukan hanya untuk tahun 2021, namun juga untuk tahun 2020 ini. Kondisi ini sesungguhnya menjadi tantangan sekaligus kesempatan bagi investor di pasar saham," ujarnya.
Anggota Komisi XI DPR RI Puteri Anetta Komarudin menambahkan, penguatan nilai tukar rupiah tidak terlepas dari sentimen kondisi pasar global dan domestik. Sehingga sinergi kebijakan fiskal dan moneter perlu terus dioptimalkan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Oleh karena itu, saat ini keberhasilan penanganan Covid-19 benar-benar menjadi menjadi kunci utama kembalinya keyakinan investor di pasar saham.
"Penguatan pasar saham Indonesia didorong oleh optimisme investor terhadap pembukaan ekonomi secara bertahap. Kita tergantung seberapa cepat perekonomian kembali dibuka normal," ujar Andrian.
Menurutnya secara fundamental pasar saham Indonesia masih menawarkan peluang yang menarik. Valuasi saat ini -1 standar deviasi dari periode 10 tahun terlihat sangat menarik.
Disamping itu, memperhitungkan proyeksi pertumbuhan earnings tahun ini yang merupakan salah satu yang terendah di kawasan, dibandingkan dengan kinerja tahun berjalan IHSG per 3 Juni yang sudah turun -21%. "Tampaknya potensi downside risk pasar saham Indonesia sudah semakin terbatas," ujarnya.
Begitu juga untuk earnings di tahun 2021 diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang positif dikarenakan low base effect di tahun 2020. Pertumbuhan earnings pada umumnya akan sejalan dengan pertumbuhan PDB. Berdasarkan proyeksi dari lembaga internasional serta pemerintah Indonesia, diperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan pulih di tahun 2021.
Akan tetapi, lanjut dia, memang besaran dari tingkat pemulihan pertumbuhan ekonomi masih belum pasti. Ini karena apa yang dialami saat ini berkaitan dengan pandemi global, kejadian luar biasa yang belum pernah terjadi sebelumnya di jaman modern.
Tidak ada kejadian di masa lalu yang bisa dijadikan sebagai tolok ukur atau pembanding yang tepat untuk dapat mengevaluasi apa yang dialami saat ini.
"Oleh sebab itu memang agak sulit untuk dapat memproyeksikan besaran angka pertumbuhan laba perusahaan bukan hanya untuk tahun 2021, namun juga untuk tahun 2020 ini. Kondisi ini sesungguhnya menjadi tantangan sekaligus kesempatan bagi investor di pasar saham," ujarnya.
Anggota Komisi XI DPR RI Puteri Anetta Komarudin menambahkan, penguatan nilai tukar rupiah tidak terlepas dari sentimen kondisi pasar global dan domestik. Sehingga sinergi kebijakan fiskal dan moneter perlu terus dioptimalkan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
tulis komentar anda