Dampak Perang Rusia-Ukraina, IMF Akan Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Global
Jum'at, 11 Maret 2022 - 12:27 WIB
JAKARTA - Dana Moneter Internasional ( IMF ) kemungkinan akan memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini dengan memperhitungkan konsekuensi ekonomi dari perang Rusia-Ukraina . Hal itu dikatakan Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva kepada CNBC, Kamis (10/3) lalu.
"Kami berpikir bahwa kami akan menurunkan proyeksi pertumbuhan kami sebagai akibat dari krisis, tetapi kami masih berharap dunia berada di wilayah pertumbuhan positif," kata Georgieva, seperti dilansie CNBC, Jumat (11/3/2022).
Komentarnya muncul sehari setelah IMF menyetujui bantuan darurat senilai USD1,4 miliar bagi Ukraina. Menurut Georgieva, dana itu akan digunakan untuk mendukung kegiatan utama pemerintah Ukraina, seperti membayar gaji dan pensiun.
Dalam prospek ekonomi global yang diterbitkan Januari lalu, IMF memproyeksikan pertumbuhan global sebesar 4,4% pada 2022, moderasi dari 5,9% yang dialami pada 2021. Namun, belum diketahui berapa besar organisasi yang berbasis di Washington itu akan memangkas prospek pertumbuhan ekonomi global akibat dampak konflik Ukraina. "Jelas, berapa lama perang ini berlangsung adalah faktor ketidakpastian utama yang kita hadapi," kata Georgieva.
Dia mengatakan, beberapa efek limpahan dari perang, termasuk kenaikan harga komoditas, dapat menyebabkan masalah bagi ekonomi dunia dan menghambat pertumbuhan. Harga komoditas telah melonjak dalam beberapa pekan terakhir di tengah kekhawatiran investor bahwa konflik akan memperketat pasokan global.
Minyak mentah Brent, patokan minyak internasional, telah melonjak sejak invasi pada 24 Februari, meskipun harga minyak telah jatuh dalam beberapa sesi terakhir. Harga logam termasuk paladium dan nikel juga melonjak. Ukraina dan Rusia juga merupakan dua pengekspor pertanian terbesar di dunia, yang juga memicu kekhawatiran tentang harga pangan.
Georgieva juga mengkhawaturkan inflasi yang sudah pada tingkat yang tinggi. Peningkatan tekanan harga yang berasal dari perang menurutnya dapat membebani lebih lanjut pada pendapatan riil dan pada gilirannya mengurangi permintaan konsumen. Penurunan kepercayaan bisnis juga menjadi perhatian.
Dia menambahkan bahwa sementara Rusia "pasti" akan masuk ke dalam resesi, namun negara-negara tetangganya di Eropa dan Asia belum pasti akan mengikuti.
Kekhawatiran IMF, lanjut dia, adalah pengetatan kondisi ekonomi sebagai akibat dari peristiwa dua minggu terakhir dapat menghambat negara-negara yang sejatinya sudah lambat pulih dari pandemi Covid-19. "Itu mungkin berarti beberapa pemicu ketakutan resesi," kata Georgieva.
"Kami berpikir bahwa kami akan menurunkan proyeksi pertumbuhan kami sebagai akibat dari krisis, tetapi kami masih berharap dunia berada di wilayah pertumbuhan positif," kata Georgieva, seperti dilansie CNBC, Jumat (11/3/2022).
Komentarnya muncul sehari setelah IMF menyetujui bantuan darurat senilai USD1,4 miliar bagi Ukraina. Menurut Georgieva, dana itu akan digunakan untuk mendukung kegiatan utama pemerintah Ukraina, seperti membayar gaji dan pensiun.
Dalam prospek ekonomi global yang diterbitkan Januari lalu, IMF memproyeksikan pertumbuhan global sebesar 4,4% pada 2022, moderasi dari 5,9% yang dialami pada 2021. Namun, belum diketahui berapa besar organisasi yang berbasis di Washington itu akan memangkas prospek pertumbuhan ekonomi global akibat dampak konflik Ukraina. "Jelas, berapa lama perang ini berlangsung adalah faktor ketidakpastian utama yang kita hadapi," kata Georgieva.
Dia mengatakan, beberapa efek limpahan dari perang, termasuk kenaikan harga komoditas, dapat menyebabkan masalah bagi ekonomi dunia dan menghambat pertumbuhan. Harga komoditas telah melonjak dalam beberapa pekan terakhir di tengah kekhawatiran investor bahwa konflik akan memperketat pasokan global.
Minyak mentah Brent, patokan minyak internasional, telah melonjak sejak invasi pada 24 Februari, meskipun harga minyak telah jatuh dalam beberapa sesi terakhir. Harga logam termasuk paladium dan nikel juga melonjak. Ukraina dan Rusia juga merupakan dua pengekspor pertanian terbesar di dunia, yang juga memicu kekhawatiran tentang harga pangan.
Georgieva juga mengkhawaturkan inflasi yang sudah pada tingkat yang tinggi. Peningkatan tekanan harga yang berasal dari perang menurutnya dapat membebani lebih lanjut pada pendapatan riil dan pada gilirannya mengurangi permintaan konsumen. Penurunan kepercayaan bisnis juga menjadi perhatian.
Dia menambahkan bahwa sementara Rusia "pasti" akan masuk ke dalam resesi, namun negara-negara tetangganya di Eropa dan Asia belum pasti akan mengikuti.
Kekhawatiran IMF, lanjut dia, adalah pengetatan kondisi ekonomi sebagai akibat dari peristiwa dua minggu terakhir dapat menghambat negara-negara yang sejatinya sudah lambat pulih dari pandemi Covid-19. "Itu mungkin berarti beberapa pemicu ketakutan resesi," kata Georgieva.
(fai)
tulis komentar anda