Tak Hanya Pukul Rusia, Sanksi Barat Bikin Ekonomi Global Ikut Merana
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sanksi Barat yang belum pernah terjadi sebelumnya atas perang di Ukraina telah berdampak besar pada ekonomi Rusia. Namun, upaya untuk mengisolasi Rusia secara finansial itu sekarang mengancam balik negara-negara yang memberlakukannya.
Perekonomian global kini sudah mulai merasakan dampak negatif dari sanksi-sanksi tersebut, antara lain dengan melonjaknya harga sejumlah komoditas penting. Ekonom menyebutkan, sanksi yang menargetkan Rusia itu mulai menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi ekonomi AS dan Eropa, dan negara-negara lain di seluruh dunia.
Melansir RT.com, Kamis (10/3/2022), berikut sejumlah pukulan balik akibat sanksi ekonomi yang diberlakukan kepada Rusia:
1. Melonjaknya harga energi
Dampak sanksi terbesar dan paling langsung dirasakan adalah di sektor minyak dan gas, di mana Rusia adalah salah satu pengekspor utama di dunia. Harga energi saat ini naik pada tingkat tercepat dalam 50 tahun, memberikan tekanan pada bisnis dan keuangan rumah tangga.
Harga minyak melonjak ke level tertinggi dalam lebih dari satu dekade, melampaui USD130 per barel minggu ini. Biaya gas alam grosir sudah mencapai rekor, dengan harga di Eropa telah melampaui USD3.900 per 1.000 meter kubik untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Sementara, di Amerika, harga bensin kini mencapai tingkat yang paling mahal dalam sejarah, dimana harga satu galon bensin mencapai USD4,17 pada Selasa (8/3), menurut data American Automobile Association. Harga bensin di pompa di Eropa bahkan lebih tinggi, hampir dua kali lipat sejak sanksi anti-Rusia diberlakukan sekitar €2 untuk satu liter.
Analis memperingatkan, biaya energi bisa segera naik ke tingkat yang tidak terjangkau meskipun ada pelepasan cadangan strategis oleh sejumlah negara.
2. Krisis energi besar-besaran
Pengucilan industri energi Rusia membawa konsekuensi yang parah tidak hanya untuk Eropa, tetapi juga untuk AS dan seluruh dunia. Washington minggu ini mengumumkan larangan bagi minyak Rusia. Hal itu langsung membuat harga minyak mentah meroket.
Eropa juga menyatakan berencana untuk memangkas konsumsi gas alam dari Rusia tahun ini sebagai persiapan untuk menghentikan ketergantungan pada Rusia sebagai pemasok energi terbesar kawasan itu saat ini. Menghadapi sikap tersebut, Rusia telah mengindikasikan akan memangkas ekspor minyak dan gas jika perang ekonomi terus meningkat.
Para ahli mengingatkan bahwa langkah seperti itu dapat memicu krisis energi besar-besaran. Bahkan, menurut Dana Moneter Internasional (IMF) menyebutkan bahwa konsekuensi ekonomi dari harga energi yang melonjak sudah "sangat serius". Analis mengatakan tidak mungkin Amerika Serikat dan Eropa dapat menggantikan pasokan minyak dan gas Rusia sepenuhnya dalam 12 bulan ke depan atau menyerap konsekuensi dari lonjakan harga lebih lanjut tanpa memasuki resesi. Ekonomi Eropa, yang sangat bergantung pada pasokan energi Rusia, sangat berisiko menuju penurunan.
Perekonomian global kini sudah mulai merasakan dampak negatif dari sanksi-sanksi tersebut, antara lain dengan melonjaknya harga sejumlah komoditas penting. Ekonom menyebutkan, sanksi yang menargetkan Rusia itu mulai menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi ekonomi AS dan Eropa, dan negara-negara lain di seluruh dunia.
Melansir RT.com, Kamis (10/3/2022), berikut sejumlah pukulan balik akibat sanksi ekonomi yang diberlakukan kepada Rusia:
1. Melonjaknya harga energi
Dampak sanksi terbesar dan paling langsung dirasakan adalah di sektor minyak dan gas, di mana Rusia adalah salah satu pengekspor utama di dunia. Harga energi saat ini naik pada tingkat tercepat dalam 50 tahun, memberikan tekanan pada bisnis dan keuangan rumah tangga.
Harga minyak melonjak ke level tertinggi dalam lebih dari satu dekade, melampaui USD130 per barel minggu ini. Biaya gas alam grosir sudah mencapai rekor, dengan harga di Eropa telah melampaui USD3.900 per 1.000 meter kubik untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Sementara, di Amerika, harga bensin kini mencapai tingkat yang paling mahal dalam sejarah, dimana harga satu galon bensin mencapai USD4,17 pada Selasa (8/3), menurut data American Automobile Association. Harga bensin di pompa di Eropa bahkan lebih tinggi, hampir dua kali lipat sejak sanksi anti-Rusia diberlakukan sekitar €2 untuk satu liter.
Analis memperingatkan, biaya energi bisa segera naik ke tingkat yang tidak terjangkau meskipun ada pelepasan cadangan strategis oleh sejumlah negara.
2. Krisis energi besar-besaran
Pengucilan industri energi Rusia membawa konsekuensi yang parah tidak hanya untuk Eropa, tetapi juga untuk AS dan seluruh dunia. Washington minggu ini mengumumkan larangan bagi minyak Rusia. Hal itu langsung membuat harga minyak mentah meroket.
Eropa juga menyatakan berencana untuk memangkas konsumsi gas alam dari Rusia tahun ini sebagai persiapan untuk menghentikan ketergantungan pada Rusia sebagai pemasok energi terbesar kawasan itu saat ini. Menghadapi sikap tersebut, Rusia telah mengindikasikan akan memangkas ekspor minyak dan gas jika perang ekonomi terus meningkat.
Para ahli mengingatkan bahwa langkah seperti itu dapat memicu krisis energi besar-besaran. Bahkan, menurut Dana Moneter Internasional (IMF) menyebutkan bahwa konsekuensi ekonomi dari harga energi yang melonjak sudah "sangat serius". Analis mengatakan tidak mungkin Amerika Serikat dan Eropa dapat menggantikan pasokan minyak dan gas Rusia sepenuhnya dalam 12 bulan ke depan atau menyerap konsekuensi dari lonjakan harga lebih lanjut tanpa memasuki resesi. Ekonomi Eropa, yang sangat bergantung pada pasokan energi Rusia, sangat berisiko menuju penurunan.