Tak Sia-sia! Rajin Beli Saham Sendiri, Raja Batu Bara Tuai Cuan Berlipat
Selasa, 15 Maret 2022 - 16:04 WIB
JAKARTA - Seiring harga batu bara yang anjlok selama sepekan, Dato Low Tuck Kwong menambah kepemilikan saham atas PT Bayan Resources Tbk (BYAN). Berdasarkan keterbukaan informasi BEI, Selasa (15/3/2022), pria yang dijuluki Raja Batu Bara ini tercatat kembali membeli saham emiten berkode BYAN sebanyak 198.707.500 saham dengan harga saham rata-rata Rp6.488.
Dengan demikian, Low Tuck Kwong membeli saham senilai Rp1.289.214.260.000 atau Rp1,28 triliun di BYAN.
"Transaksi dilakukan pada 15 Maret 2022 dengan tujuan untuk investasi dan dengan status kepemilikan langsung," tulis Dato Low Tuck Kwong.
Dengan pembelian saham ini, kepemilikan Low Tuck Kwong di perusahaannya sendiri bertambah dari 55,22% atau 1,84 milar saham menjadi 61,18% atau 2,04 miliar saham. Aksi beli Low Tuck Kwong ini sudah berkali-kali terjadi sejak tahun 2021.
Selama Agustus 2021, Low Tuck Kwong melakukan tiga kali pembelian saham BYAN. Sebulan kemudian, dia melakukan lagi dua kali pembelian saham.
Di akhir September 2021 Low Tuck Kwong membeli kembali 182.600 saham BYAN. Pada akhir 2021, tepatnya pertengahan Desember, Low Tuck Kwong kembali membeli saham BYAN sebanyak 183.200 lembar.
Semakin banyak saham BYAN yang dimiliki Low Tuck Kwong, maka akan semakin besar dividen yang diterimanya dari capaian kinerja BYAN. Apalagi, sejak April 2021 harga batu bara terus menanjak sehingga akan berdampak pada pendapatan dan laba BYAN.
Hingga kuartal III 2021, BYAN membukukan pendapatan USD1,74 miliar atau setara Rp25,07 triliun (asumsi kurs Rp14.337). Pendapatan Bayan Resources tumbuh 74,34% dari periode sama tahun sebelumnya USD1 miliar atau setara Rp14,38 triliun.
Kemudian, BYAN mencatat kenaikan laba kotor pada kuartal III 2021 hingga 341,53% ke USD484,8 juta dari tahun sebelumnya di USD109,8 juta. Torehan laba kotor tersebut membuat laba kotor BYAN sepanjang tahun sampai kuartal III 2021 naik 258,20% ke USD1,07 miliar dari tahun sebelumnya.
Sementara itu, manajemen BYAN menargetkan produksi batu bara hingga 50 juta ton per tahun mulai 2022 seiring dengan selesainya proyek jalan angkutan (haul road) dan fasilitas pemuatan tongkang (barge loading) pada 2022.
Dengan demikian, Low Tuck Kwong membeli saham senilai Rp1.289.214.260.000 atau Rp1,28 triliun di BYAN.
"Transaksi dilakukan pada 15 Maret 2022 dengan tujuan untuk investasi dan dengan status kepemilikan langsung," tulis Dato Low Tuck Kwong.
Dengan pembelian saham ini, kepemilikan Low Tuck Kwong di perusahaannya sendiri bertambah dari 55,22% atau 1,84 milar saham menjadi 61,18% atau 2,04 miliar saham. Aksi beli Low Tuck Kwong ini sudah berkali-kali terjadi sejak tahun 2021.
Selama Agustus 2021, Low Tuck Kwong melakukan tiga kali pembelian saham BYAN. Sebulan kemudian, dia melakukan lagi dua kali pembelian saham.
Di akhir September 2021 Low Tuck Kwong membeli kembali 182.600 saham BYAN. Pada akhir 2021, tepatnya pertengahan Desember, Low Tuck Kwong kembali membeli saham BYAN sebanyak 183.200 lembar.
Semakin banyak saham BYAN yang dimiliki Low Tuck Kwong, maka akan semakin besar dividen yang diterimanya dari capaian kinerja BYAN. Apalagi, sejak April 2021 harga batu bara terus menanjak sehingga akan berdampak pada pendapatan dan laba BYAN.
Hingga kuartal III 2021, BYAN membukukan pendapatan USD1,74 miliar atau setara Rp25,07 triliun (asumsi kurs Rp14.337). Pendapatan Bayan Resources tumbuh 74,34% dari periode sama tahun sebelumnya USD1 miliar atau setara Rp14,38 triliun.
Kemudian, BYAN mencatat kenaikan laba kotor pada kuartal III 2021 hingga 341,53% ke USD484,8 juta dari tahun sebelumnya di USD109,8 juta. Torehan laba kotor tersebut membuat laba kotor BYAN sepanjang tahun sampai kuartal III 2021 naik 258,20% ke USD1,07 miliar dari tahun sebelumnya.
Baca Juga
Sementara itu, manajemen BYAN menargetkan produksi batu bara hingga 50 juta ton per tahun mulai 2022 seiring dengan selesainya proyek jalan angkutan (haul road) dan fasilitas pemuatan tongkang (barge loading) pada 2022.
(uka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda