Gagal Menstabilkan Harga Minyak Goreng, Pemerintah Kini Mempertaruhkan Masalah Kesehatan Masyarakat

Rabu, 23 Maret 2022 - 19:05 WIB
Disisi lain tidak sekedar harga minyak goreng yang meningkat, dampak konflik Ukraina-Rusia juga tengah membuat harga tepung terigu yang menjadi bahan baku membuat gorengan juga mengalami peningkatan harga. International Grains Council (IGC) Market Indicator mencatat harga gandum di pasar dunia sudah mencapai US$335 per ton pada Maret 2022. Nilai tersebut mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan harga tahun lalu yaitu USD229 per ton.

Selanjutnya Ketua Koperasi Warteg Nusantara, (Kowantra) Mukroni yang dihubungi secara terpisah juga mengaku harga minyak goreng saat ini praktis memberikan pukulan dalam untuk para pengusaha warteg. Mukroni mengatakan sejak pandemi covid 19 setidaknya terdapat sekitar 50% dibawah Kowantra gulung tikar.

Ketika pandemi melandai menjadi harapan para pengusaha warteg untuk kembali reborn. Baru hendak bangkit dari tidurnya kini pengusaha warteg tersebut dibenturkan dengan harga komoditas yang sedang naik. "Kan habis terkena pandemi, kan banyak yang berhenti, dan sekarang mau usaha tapi dihantam dengan kenaikan harga, itu dilema kami," kata Mukroni.

Mengganti minyak goreng kemasan yang mahal, Pemerintah justru menukar minyak goreng kemasan dengan minyak goreng curah untuk masyarakat yang pada era Kementerian Perdagangan sebelumnya hendak dihilangkan dengan alasan kesehatan. Dokter Ahli Gizi Masyarakat, Tan Shot Yen mengatakan sebetulnya mengonsumsi makanan dengan minyak kemasan saja sudah kurang baik untuk kesehatan, apalagi pemerintah menyarankan masyarakat bawah untuk mengonsumsi minyak curah melalui pemberian subsidi seharga Rp14.000.

"Kita tidak pernah tahu minyak curah itu dari mana asal usulnya, sampai hari ini belum ada yang menguraikan komposisinya di laboratorium," ujarnya kepada MNC Portal.



Selain itu jika masyarakat menggunakan minyak goreng yang digunakan berkali-kali juga berdampak buruk pada kesehatan. Minyak tersebut dikatakan sudah rusak karena titik didihnya sudah terlampaui.

Tan Shot Yen menjelaskan minyak goreng merupakan produk ultra proses, bukan hanya di produksi secara teknologi, tapi juga melalui proses penjernihan berulang dan rafinasi. Selain itu makanan yang di goreng juga menghasilkan senyawa yang berbahaya untuk tubuh manusia.

"Misalnya motor saja, menggunakan oli bekas atau oli yang sudah digunakan sebelum bagaimana dampaknya kepada mesin? Bagaimana tubuh manusia jika mengonsumsi minyak yang sudah digunakan sebelumnya," kata Tan Shot Yen saat dihubungi MNC Portal secara terpisah, Selasa (22/3/2022).

Jika produk yang digoreng adalah produk nabati muncul akrilamida yang berbahaya untuk kesehatan. Sedangkan produk yang digoreng oleh hewani, maka akan muncul polisklik aromatic hidrokarbonnya dan senyawa amines.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More