Ekonomi Rusia Mulai Retak, Begini Proyeksi Para Ekonom
Selasa, 05 April 2022 - 22:45 WIB
Saham Rusia juga naik tipis sejak dibuka kembali pada 24 Maret setelah penutupan bursa Moskow selama sebulan, bersama dengan rubel seiring langkah-langkah pengendalian modal yang diambil oleh Bank Sentral Rusia dan memudarnya risiko gagal bayar utang.
"Pemulihan yang lebih berkelanjutan mungkin membutuhkan kesepakatan damai, tetapi masih terlihat jauh. Sementara itu, spillovers dari perang akan dirasakan di Eropa Tengah dan Timur (CEE)," kata Kepala Ekonom Capital Economics Emerging Markets, William Jackson dalam laporannya.
"Industri akan terpukul oleh gangguan pasokan dan inflasi yang lebih tinggi akan membebani pendapatan riil rumah tangga dan mengurangi pengeluaran konsumen. Kami memperkirakan perang akan mencukur 1,0-1,5% dari pertumbuhan ekonomi Eropa Tengah dan Timur tahun ini," jelasnya.
Prospek pembicaraan damai mungkin bakal semakin gelap menyusul munculnya tuduhan pembantaian warga sipil oleh pasukan Rusia di Bucha dan kota-kota Ukraina lainnya. Dugaan kekejaman mengecilkan harapan untuk pembicaraan damai dan meningkatkan ancaman sanksi internasional yang lebih berat.
Jaksa penuntut Ukraina mengatakan pada hari Minggu, bahwa ada 410 mayat telah ditemukan di kota-kota yang direbut kembali dari mundurnya pasukan Rusia di sekitar Kyiv sebagai bagian dari penyelidikan atas kemungkinan kejahatan perang.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy menuduh Rusia melakukan genosida. Sedangkan Rusia membantah tuduhan bahwa pasukannya membunuh warga sipil di Bucha, 23 mil barat laut Kyiv.
Dampaknya Uni Eropa berencana memperkenalkan sanksi baru terhadap Moskow setelah kekejaman baru yang dilaporkan, dengan Presiden Dewan Eropa, Charles Michel mengumumkan di Twitter bahwa "sanksi dan dukungan Uni Eropa lebih lanjut sedang dalam perjalanan."
Menteri Luar Negeri Inggris, Liz Truss akan melakukan perjalanan ke Polandia untuk bertemu dengan rekan-rekan Ukraina dan Polandia menjelang pembicaraan G-7 dan sekutu NATO akhir pekan ini, dan diperkirakan akan menyerukan sanksi yang lebih keras terhadap Rusia.
"Pemulihan yang lebih berkelanjutan mungkin membutuhkan kesepakatan damai, tetapi masih terlihat jauh. Sementara itu, spillovers dari perang akan dirasakan di Eropa Tengah dan Timur (CEE)," kata Kepala Ekonom Capital Economics Emerging Markets, William Jackson dalam laporannya.
"Industri akan terpukul oleh gangguan pasokan dan inflasi yang lebih tinggi akan membebani pendapatan riil rumah tangga dan mengurangi pengeluaran konsumen. Kami memperkirakan perang akan mencukur 1,0-1,5% dari pertumbuhan ekonomi Eropa Tengah dan Timur tahun ini," jelasnya.
Prospek pembicaraan damai mungkin bakal semakin gelap menyusul munculnya tuduhan pembantaian warga sipil oleh pasukan Rusia di Bucha dan kota-kota Ukraina lainnya. Dugaan kekejaman mengecilkan harapan untuk pembicaraan damai dan meningkatkan ancaman sanksi internasional yang lebih berat.
Baca Juga
Jaksa penuntut Ukraina mengatakan pada hari Minggu, bahwa ada 410 mayat telah ditemukan di kota-kota yang direbut kembali dari mundurnya pasukan Rusia di sekitar Kyiv sebagai bagian dari penyelidikan atas kemungkinan kejahatan perang.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy menuduh Rusia melakukan genosida. Sedangkan Rusia membantah tuduhan bahwa pasukannya membunuh warga sipil di Bucha, 23 mil barat laut Kyiv.
Dampaknya Uni Eropa berencana memperkenalkan sanksi baru terhadap Moskow setelah kekejaman baru yang dilaporkan, dengan Presiden Dewan Eropa, Charles Michel mengumumkan di Twitter bahwa "sanksi dan dukungan Uni Eropa lebih lanjut sedang dalam perjalanan."
Menteri Luar Negeri Inggris, Liz Truss akan melakukan perjalanan ke Polandia untuk bertemu dengan rekan-rekan Ukraina dan Polandia menjelang pembicaraan G-7 dan sekutu NATO akhir pekan ini, dan diperkirakan akan menyerukan sanksi yang lebih keras terhadap Rusia.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda