Bukan di Tanah Batak, Inang-inang Ramai di Jalanan Jakarta Jelang Lebaran
Minggu, 24 April 2022 - 12:32 WIB
JAKARTA - Lebaran selain identik dengan silaturahmi dan saling bermaaf-maafan juga kerap menjadi ajang berbagi. Salah satunya membagikan uang rupiah pecahan yang masih dalam kondisi baru kepada anak-anak dan kerabat.
Untuk itulah jelang lebaran Bank Indonesia (BI) selalu membuka penukaran uang rupiah baru, kecuali pada tahun 2020 dan 2021 ditiadakan lantaran pandemi.
Seiring meningkatnya permintaan uang rupiah baru jelang lebaran, sejumlah pihak pun memanfaatkan momentum ini. Salah satu yang unik adalah kehadiran inang-inang yang sudah akrab di telinga warga Jakarta.
Istilah inang-inang kerap didengar di wilayah Sumatera Utara khusunya di kalangan orang Batak, di mana dalam bahasa Batak Toba, Inang berarti ibu.
Namun, menjelang Hari Raya Idul Fitri inang-inang ramai ditemukan di Jakarta. Sebutan ini diberikan kepada mereka yang menawarkan jasa penukaran uang pecahan alias receh di pinggir jalan.
Alternatif ini hadir dikarenakan adanya tenggat waktu yang diberikan bank untuk jasa penukaran uang. Selain itu juga menjadi pilihan bagi masyarakat yang tidak punya waktu untuk antre menukar uang.
Mereka menyiapkan dan menawarkan jasa penukaran uang pecahan, dengan nominal Rp2.000 hingga Rp20.000. Tentunya, mereka mengutip keuntungan dari menjual jasa tersebut, biasanya berkisar 10% dari nominal uang yang ditukar.
Tak hanya jelang lebaran, inang-inang juga bermunculan jelang perayaan hari besar lainnya seperti hari raya Imlek.
Kini jasa penukaran uang ini semakin marak sehingga inang-inang yang biasanya dilakoni ibu-ibu juga sudah dilakoni oleh pria. Biasanya, inang-inang bermarkas di Kota Tua, Jakarta. Mereka dapat dikenali dengan mudah dari penampilannya.
Mereka biasanya mengenakan kostum yang serupa, yaitu sepatu keds, celana jeans, baju kaos lengan panjang, penutup muka dan topi disertai sarung tangan dan segepok uang pecahan yang sudah dibungkus rapi dengan plastik.
Untuk itulah jelang lebaran Bank Indonesia (BI) selalu membuka penukaran uang rupiah baru, kecuali pada tahun 2020 dan 2021 ditiadakan lantaran pandemi.
Seiring meningkatnya permintaan uang rupiah baru jelang lebaran, sejumlah pihak pun memanfaatkan momentum ini. Salah satu yang unik adalah kehadiran inang-inang yang sudah akrab di telinga warga Jakarta.
Istilah inang-inang kerap didengar di wilayah Sumatera Utara khusunya di kalangan orang Batak, di mana dalam bahasa Batak Toba, Inang berarti ibu.
Namun, menjelang Hari Raya Idul Fitri inang-inang ramai ditemukan di Jakarta. Sebutan ini diberikan kepada mereka yang menawarkan jasa penukaran uang pecahan alias receh di pinggir jalan.
Alternatif ini hadir dikarenakan adanya tenggat waktu yang diberikan bank untuk jasa penukaran uang. Selain itu juga menjadi pilihan bagi masyarakat yang tidak punya waktu untuk antre menukar uang.
Mereka menyiapkan dan menawarkan jasa penukaran uang pecahan, dengan nominal Rp2.000 hingga Rp20.000. Tentunya, mereka mengutip keuntungan dari menjual jasa tersebut, biasanya berkisar 10% dari nominal uang yang ditukar.
Tak hanya jelang lebaran, inang-inang juga bermunculan jelang perayaan hari besar lainnya seperti hari raya Imlek.
Kini jasa penukaran uang ini semakin marak sehingga inang-inang yang biasanya dilakoni ibu-ibu juga sudah dilakoni oleh pria. Biasanya, inang-inang bermarkas di Kota Tua, Jakarta. Mereka dapat dikenali dengan mudah dari penampilannya.
Mereka biasanya mengenakan kostum yang serupa, yaitu sepatu keds, celana jeans, baju kaos lengan panjang, penutup muka dan topi disertai sarung tangan dan segepok uang pecahan yang sudah dibungkus rapi dengan plastik.
(ind)
tulis komentar anda