Harga Minyak Dunia Ambruk, Brent dan WTI Tinggalkan USD100 per Barel
Rabu, 13 Juli 2022 - 10:50 WIB
JAKARTA - Harga minyak mentah mengalami penurunan pada perdagangan pagi ini sebelum bergerak fluktuatif. Hal ini menyusul sentimen data persediaan minyak Amerika Serikat (AS) dan produk olahan yang meningkat di tengah kekhawatiran perlambatan ekonomi global .
Data bursa Intercontinental Exchange (ICE), Rabu (13/7/2022), hingga pukul 09:54 WIB harga Brent untuk kontrak September 2022 tumbuh 0,27% di USD99,76 per barel. Adapun West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange (NYMEX) untuk pengiriman Agustus naik 0,23% di USD96,06 per barel. Angka tersebut merosot 2,54% dalam lima hari terakhir.
Mengutip Reuters, American Petroleum Institute melaporkan stok minyak mentah AS mengalami kenaikan sekitar 4,8 juta barel per 8 Juli. Persediaan bahan bakar juga naik 3 juta barel, sementara stok sulingan naik sekitar 3,3 juta barel.
Indeks dolar AS juga sebelumnya sempat mencapai 108,56, level tertinggi sejak Oktober 2002. Minyak pada umumnya dihargai dalam dolar AS, sehingga ketika posisi greenback lebih kuat maka membuat komoditas minyak menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Investor juga cenderung melihat dolar sebagai tempat yang aman selama volatilitas pasar.
Katalis yang membebani harga minyak masih berasal dari kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga agresif demi membendung inflasi akan mendorong penurunan ekonomi. Lebih jauh, kebijakan pembatasan baru di China juga terus membebani pasar.
Beberapa kota di Negeri Tirai Bambu itu telah mengadopsi pembatasan baru, dari penutupan bisnis hingga cakupan lockdown yang lebih luas. Ini dilakukan dalam upaya untuk mengendalikan infeksi dari subvarian baru virus corona.
Data bursa Intercontinental Exchange (ICE), Rabu (13/7/2022), hingga pukul 09:54 WIB harga Brent untuk kontrak September 2022 tumbuh 0,27% di USD99,76 per barel. Adapun West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange (NYMEX) untuk pengiriman Agustus naik 0,23% di USD96,06 per barel. Angka tersebut merosot 2,54% dalam lima hari terakhir.
Mengutip Reuters, American Petroleum Institute melaporkan stok minyak mentah AS mengalami kenaikan sekitar 4,8 juta barel per 8 Juli. Persediaan bahan bakar juga naik 3 juta barel, sementara stok sulingan naik sekitar 3,3 juta barel.
Indeks dolar AS juga sebelumnya sempat mencapai 108,56, level tertinggi sejak Oktober 2002. Minyak pada umumnya dihargai dalam dolar AS, sehingga ketika posisi greenback lebih kuat maka membuat komoditas minyak menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Investor juga cenderung melihat dolar sebagai tempat yang aman selama volatilitas pasar.
Katalis yang membebani harga minyak masih berasal dari kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga agresif demi membendung inflasi akan mendorong penurunan ekonomi. Lebih jauh, kebijakan pembatasan baru di China juga terus membebani pasar.
Beberapa kota di Negeri Tirai Bambu itu telah mengadopsi pembatasan baru, dari penutupan bisnis hingga cakupan lockdown yang lebih luas. Ini dilakukan dalam upaya untuk mengendalikan infeksi dari subvarian baru virus corona.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda