15 Negara Asia dengan Kemungkinan Tertimpa Resesi, Nomor 1 Ditinggal Kabur Presiden
Rabu, 13 Juli 2022 - 18:03 WIB
JAKARTA - Risiko resesi ekonomi semakin mengancam bagi segelintir ekonomi Asia seiring adanya lonjakan harga yang memacu bank sentral untuk mempercepat laju kenaikan suku bunga acuan mereka. Survei terbaru Bloomberg terhadap para ekonom, mencoba mengurutkan negara-negara Asia mana saja dengan kemungkinan terbesar terkena resesi secara persentase.
Sri Lanka yang berada di tengah krisis ekonomi terburuk sepanjang sejarah negara tersebut, memiliki kemungkinan 85% untuk jatuh ke dalam resesi pada tahun depan. Kemungkinan dalam survei Bloomberg itu meningkat 33% dari sebelumnya dan sejauh ini menjadi yang paling tinggi di kawasan ini.
Para ekonom juga menaikkan ekspektasi mereka untuk peluang resesi di Selandia Baru, Taiwan, Australia, dan Filipina dengan masing-masing menjadi 33%, 20%, 20% dan 8%. Bank sentral di negara-negara itu telah menaikkan suku bunga untuk menjinakkan inflasi.
Kemungkinan resesi untuk beberapa ekonomi Asia lainnya tetap tidak berubah dalam survei. Para ekonom melihat peluang 20% bahwa China akan memasuki resesi, dan kemungkinan 25% bahwa Korea Selatan atau Jepang juga bakal memasukinya.
Sementara itu ekonomi Asia sebagian besar terbilang tetap tangguh dibandingkan dengan Eropa dan Amerika Serikat.
"Lonjakan harga energi telah menghantam negara-negara seperti Jerman dan Prancis, dengan efek spillover yang berdampak pada seluruh wilayah itu," kata Kepala ekonom Asia Pasifik di Moody's Analytics Inc., Steven Cochrane.
Secara umum, risiko resesi Asia berkisar 20-25%, katanya. Dimana Ia juga menambahkan, bahwa peluang Amerika Serikat (AS) mengalami resesi adalah sekitar 40%, sementara Eropa berada di 50-55%.
Bloomberg Economics Model menempatkan peluang resesi AS dengan kemungkinan 38% dalam 12 bulan ke depan, naik dari sekitar 0% hanya beberapa bulan sebelumnya. Model itu menggabungkan berbagai faktor mulai dari izin perumahan dan data survei konsumen hingga kesenjangan antara imbal hasil Treasury 10 tahun dan 3 bulan.
Sri Lanka yang berada di tengah krisis ekonomi terburuk sepanjang sejarah negara tersebut, memiliki kemungkinan 85% untuk jatuh ke dalam resesi pada tahun depan. Kemungkinan dalam survei Bloomberg itu meningkat 33% dari sebelumnya dan sejauh ini menjadi yang paling tinggi di kawasan ini.
Para ekonom juga menaikkan ekspektasi mereka untuk peluang resesi di Selandia Baru, Taiwan, Australia, dan Filipina dengan masing-masing menjadi 33%, 20%, 20% dan 8%. Bank sentral di negara-negara itu telah menaikkan suku bunga untuk menjinakkan inflasi.
Kemungkinan resesi untuk beberapa ekonomi Asia lainnya tetap tidak berubah dalam survei. Para ekonom melihat peluang 20% bahwa China akan memasuki resesi, dan kemungkinan 25% bahwa Korea Selatan atau Jepang juga bakal memasukinya.
Sementara itu ekonomi Asia sebagian besar terbilang tetap tangguh dibandingkan dengan Eropa dan Amerika Serikat.
"Lonjakan harga energi telah menghantam negara-negara seperti Jerman dan Prancis, dengan efek spillover yang berdampak pada seluruh wilayah itu," kata Kepala ekonom Asia Pasifik di Moody's Analytics Inc., Steven Cochrane.
Secara umum, risiko resesi Asia berkisar 20-25%, katanya. Dimana Ia juga menambahkan, bahwa peluang Amerika Serikat (AS) mengalami resesi adalah sekitar 40%, sementara Eropa berada di 50-55%.
Bloomberg Economics Model menempatkan peluang resesi AS dengan kemungkinan 38% dalam 12 bulan ke depan, naik dari sekitar 0% hanya beberapa bulan sebelumnya. Model itu menggabungkan berbagai faktor mulai dari izin perumahan dan data survei konsumen hingga kesenjangan antara imbal hasil Treasury 10 tahun dan 3 bulan.
tulis komentar anda