Pandemi, Perang dan Inflasi Menghantui Dunia, Sri Mulyani Sebut Indonesia Masih Beruntung
Kamis, 14 Juli 2022 - 10:55 WIB
NUSA DUA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyoroti gejolak situasi internasional saat ini yang dinilai sangat meresahkan. Dia mengatakan, bahwa pandemi COVID-19 belum usai dan masih ada banyak negara yang belum sepenuhnya pulih, tetapi sudah tertimpa permasalahan baru karena adanya perang Rusia Ukraina .
Perang ini kemudian berimbas pada lonjakan harga komoditas pangan dan energi dunia, dan kemudian mendorong kenaikan inflasi di berbagai belahan dunia.
"Di saat dunia sedang berjuang untuk pulih dari pandemi, perang ini terjadi. Ketegangan geopolitik ini kemudian mendorong tekanan ekonomi dan politik global menjadi semakin parah," ujar Sri dalam rangkaian acara G20 Sustainable Finance for Climate Transition Roundtable di Nusa Dua, Bali pada Kamis (14/7/2022).
Hal ini karena kedua negara yang terlibat perang memegang peran penting dalam sektor pangan dan energi dunia. Rusia sendiri adalah negara pemasok minyak mentah terbesar kedua di dunia. Peperangan yang terjadi ini otomatis mendorong kenaikan harga minyak hingga berkali-kali lipat, dan kemudian menyebabkan kesulitan akses energi. Masalah ini kemudian mendorong terjadinya krisis energi.
"Ukraina juga memegang peranan penting dalam perdagangan komoditas dunia, karena negara ini adalah salah satu pemasok gandum terbesar dunia. Karena perang ini, otomatis harga pangan melonjak pula, dan kemudian mendorong terjadinya krisis pangan," ungkap Sri.
Tak hanya itu saja, perang Rusia-Ukraina berimbas pada kenaikan harga komoditas internasional lainnya seperti batu bara, bauksit, nikel, hingga minyak kelapa sawit. Namun di dalam kondisi seperti ini, Sri Mulyani menyebutkan bahwa Indonesia masih diuntungkan.
"Komoditas-komoditas tersebut (yang naik harga) juga adalah komoditas andalan ekspor tanah air, ini kemudian membuat penerimaan negara juga meningkat drastis. Tetapi, jangan lupa, beban subsidi kami sangat berat untuk menahan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM)," terang Sri.
Dia menyoroti negara lain yang tidak memiliki kemampuan untuk memberikan subsidi, yang kemudian otomatis bebannya dilimpahkan ke masyarakat. Ini kemudian mendorong terjadinya inflasi di berbagai negara, dan bahkan bisa mendorong mereka ke arah resesi.
"Bukan hanya itu, tantangan dalam menangani inflasi akan menjadi perhatian kita dalam pertemuan G20 yang akan dimulai besok," tandas Sri Mulyani.
Baca Juga
Perang ini kemudian berimbas pada lonjakan harga komoditas pangan dan energi dunia, dan kemudian mendorong kenaikan inflasi di berbagai belahan dunia.
"Di saat dunia sedang berjuang untuk pulih dari pandemi, perang ini terjadi. Ketegangan geopolitik ini kemudian mendorong tekanan ekonomi dan politik global menjadi semakin parah," ujar Sri dalam rangkaian acara G20 Sustainable Finance for Climate Transition Roundtable di Nusa Dua, Bali pada Kamis (14/7/2022).
Hal ini karena kedua negara yang terlibat perang memegang peran penting dalam sektor pangan dan energi dunia. Rusia sendiri adalah negara pemasok minyak mentah terbesar kedua di dunia. Peperangan yang terjadi ini otomatis mendorong kenaikan harga minyak hingga berkali-kali lipat, dan kemudian menyebabkan kesulitan akses energi. Masalah ini kemudian mendorong terjadinya krisis energi.
"Ukraina juga memegang peranan penting dalam perdagangan komoditas dunia, karena negara ini adalah salah satu pemasok gandum terbesar dunia. Karena perang ini, otomatis harga pangan melonjak pula, dan kemudian mendorong terjadinya krisis pangan," ungkap Sri.
Tak hanya itu saja, perang Rusia-Ukraina berimbas pada kenaikan harga komoditas internasional lainnya seperti batu bara, bauksit, nikel, hingga minyak kelapa sawit. Namun di dalam kondisi seperti ini, Sri Mulyani menyebutkan bahwa Indonesia masih diuntungkan.
"Komoditas-komoditas tersebut (yang naik harga) juga adalah komoditas andalan ekspor tanah air, ini kemudian membuat penerimaan negara juga meningkat drastis. Tetapi, jangan lupa, beban subsidi kami sangat berat untuk menahan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM)," terang Sri.
Dia menyoroti negara lain yang tidak memiliki kemampuan untuk memberikan subsidi, yang kemudian otomatis bebannya dilimpahkan ke masyarakat. Ini kemudian mendorong terjadinya inflasi di berbagai negara, dan bahkan bisa mendorong mereka ke arah resesi.
"Bukan hanya itu, tantangan dalam menangani inflasi akan menjadi perhatian kita dalam pertemuan G20 yang akan dimulai besok," tandas Sri Mulyani.
(akr)
tulis komentar anda