Naik 1 Persen Lebih, Harga Minyak Dunia Capai USD105 per Barel
Jum'at, 22 Juli 2022 - 10:48 WIB
JAKARTA - Harga minyak mentah mengalami kenaikan pada awal perdagangan hari ini, Jumat (22/7/2022). Data bursa Intercontinental Exchange hingga pukul 09:49 WIB menunjukkan minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September naik 1,43% menjadi USD105,35 per barel. Dalam lima hari terakhir Brent kontrak ini masih tumbuh 3,66%.
Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange (NYMEX) mencatat untuk pengiriman September tumbuh 1,35% menjadi USD97,65 per barel. WTI masih tumbuh 2,64% dalam lima hari perdagangan.
Kedua benchmark harga minyak masih menguat pada akhir pekan ini, setelah sebelumnya meluncur sekitar 3%.
Harga WTI telah terpukul selama dua sesi terakhir setelah data menunjukkan permintaan bensin AS telah turun hampir 8% dari tahun sebelumnya di tengah-tengah puncak musim berkendara pada musim panas. Sebaliknya, tanda-tanda permintaan yang kuat di Asia menopang harga patokan Brent.
"Permintaan turun 8,52 juta barel per hari, ini berada pada level musiman terendah sejak 2008, karena harga bensin yang tinggi merugikan konsumen," kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan, dilansir Reuters, Jumat (22/7/2022).
Di sisi persediaan, Libya mengonfirmasi akan memulai kembali produksi di beberapa ladang minyak pada minggu ini. Sementara dari sisi permintaan, India dikabarkan mengalami kenaikan konsumsi minyak untuk periode Juni di tengah harga yang tinggi.
"Ini menandakan ada kebutuhan yang lebih dari sekadar pemulihan yang sebelumnya dilanda Covid," kata analis RBC Michael Tran.
Di tingkat makro global, Bank Sentral Eropa (ECB) memperingatkan bahwa risiko inflasi telah meningkat, dan akan membuat harga energi tetap tinggi untuk waktu yang cukup panjang.
Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange (NYMEX) mencatat untuk pengiriman September tumbuh 1,35% menjadi USD97,65 per barel. WTI masih tumbuh 2,64% dalam lima hari perdagangan.
Kedua benchmark harga minyak masih menguat pada akhir pekan ini, setelah sebelumnya meluncur sekitar 3%.
Harga WTI telah terpukul selama dua sesi terakhir setelah data menunjukkan permintaan bensin AS telah turun hampir 8% dari tahun sebelumnya di tengah-tengah puncak musim berkendara pada musim panas. Sebaliknya, tanda-tanda permintaan yang kuat di Asia menopang harga patokan Brent.
"Permintaan turun 8,52 juta barel per hari, ini berada pada level musiman terendah sejak 2008, karena harga bensin yang tinggi merugikan konsumen," kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan, dilansir Reuters, Jumat (22/7/2022).
Di sisi persediaan, Libya mengonfirmasi akan memulai kembali produksi di beberapa ladang minyak pada minggu ini. Sementara dari sisi permintaan, India dikabarkan mengalami kenaikan konsumsi minyak untuk periode Juni di tengah harga yang tinggi.
"Ini menandakan ada kebutuhan yang lebih dari sekadar pemulihan yang sebelumnya dilanda Covid," kata analis RBC Michael Tran.
Di tingkat makro global, Bank Sentral Eropa (ECB) memperingatkan bahwa risiko inflasi telah meningkat, dan akan membuat harga energi tetap tinggi untuk waktu yang cukup panjang.
(uka)
tulis komentar anda