Kisah Penemu Harta Karun di Riau, Hasil Pengeboran Jepang Bikin Gelisah (Bagian 2)

Sabtu, 23 Juli 2022 - 13:00 WIB
Richard Hutchinson Hopper paling kiri. Foto/Dok. CPI
JAKARTA - Upaya Standard Oil of California (Socal) untuk melakukan eksplorasi minyak di Hindia Belanda, khususnya di Riau , kerap ditolak Pemerintah Kolonial Belanda karena mereka ingin cadangan minyak itu hanya dikuasai oleh Royal Dutch Shell, perusahaan Belanda.



Dengan bantuan tekanan Pemerintah Amerika, Belanda akhirnya bersedia memberikan peluang kepada Socal untuk mengajukan hak eksplorasi minyak. Setelah itu, Socal mengirim Richard Hutchinson Hopper, geolog yang ketika itu, 1939, baru saja mendapatkan gelar PhD dari California Institute of Technology.



Hopper diberi tugas untuk melanjutkan pekerjaan eksplorasi yang pernah dikerjakan oleh ahli Socal sebelumnya, yaitu Arthur Brown, Oscar van Beveren, dan Walter Nygren.

Saat itu NPPM selain mengebor daerah Sumatra Tengah, juga menggarap daerah Jawa Barat. Kegiatan eksplorasi tanpa hasil itu membuat NPPM pun mulai dicap sebagai 'Non Producing Petroleum Maatschappij' (perusahaan minyak tanpa hasil).

Namun semuanya berubah. Setelah terus-menerus melakukan penelitian, Hopper akhirnya menemukan tanah sekitar Pekanbaru memiliki karakter tanah liat dari zaman pleistosen, yang berbeda dengan laporan sebelumnya.

“Dengan data baru ini, kemungkinan besar dapat ditemukan minyak bumi," tulis Rino Surya dalam artikelnya.

Keadaan berbalik drastis bagi NPPM pada Agustus 1939. Sebuah lapangan gas ditemukan di Sebanga, Sumatra Tengah. Ini merupakan pertanda adanya cadangan minyak di daerah konsesi tersebut. Pada akhir 1941, Hopper membangun anjungan minyak pertama di daerah Minas, sekitar 30 kilometer dari Pekanbaru.

Sayangnya, rencana pengeboran tak berjalan mulus. Jepang datang menguasai Singapura sebelum kemudian menduduki Sumatra dan Jawa. Peralatan pengeboran minyak senilai USD1 juta yang sudah terpasang tak sempat digunakan. Awal 1942 semua operasi NPPM terpaksa dihentikan. Jepang pun mengambil alih pekerjaan NPPM, yang sampai saat itu sudah menghabiskan investasi USD10 juta.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More