Saat Sekjen PBB Serukan Pajak Tambahan, Perusahaan Migas Bagi-bagi Bonus

Minggu, 07 Agustus 2022 - 13:30 WIB
Dapat untung besar, Shell akan bagi-bagi bonus ke karyawannya. Foto/BBC
JAKARTA - Melonjaknya harga minyak dan gas (migas) dunia membuat sejumlah negara waswas karena akan berdampak bagi kesejahteraan warganya, terutama kalangan bawah. Namun, bagi perusahaan dan pekerja migas , lonjakan harga itu membawa kenikmatan tersendiri.



Ketika perusahaan menimba untung besar-besaran, pekerja pun ikut kecipratan berupa bonus dan kenaikan gaji. Seperti yang dirasakan oleh pekerja Shell.

Raksasa energi asal Belanda itu akan memberi pekerjanya bonus 8% dari gaji setelah perusahaan melaporkan rekor keuntungan dari harga minyak dan gas yang tinggi. Selain itu, sebagian besar dari 82.000 staf yang dipekerjakannya di seluruh dunia akan mendapatkan kenaikan gaji, tak termasuk jajaran para eksekutif.



Guna menghindari kritik, Shell mengatakan apresiasi itu mencerminkan kesuksesan finansialnya, dan "bukan respons" terhadap kenaikan biaya hidup. Pasalnya, keuntungan perusahaan energi telah memunculkan seruan nyaring pengenaan pajak yang lebih besar, seperti yang disuarakan oleh Sekjen PBB Antonio Guterres, untuk membantu warga mengatasi kenaikan biaya hidup.

Para analis memprediksi tagihan energi rumah tangga biasa akan mencapai lebih dari £3.600 (Rp64 juta/kurs Rp18.000) setahun di musim dingin ini. Padahal pada Oktober 2021, tagihan rata-rata adalah £ 1.400 (Rp25 juta).

Shell melaporkan laba kuartal kedua sebesar £9 miliar (Rp162 triliun) minggu lalu setelah menuai keuntungan dari harga gas dan minyak yang lebih tinggi. Pesaingnya British Petroleum (BP) juga telah melaporkan laba kuartalan terbesarnya selama 14 tahun, dengan laba dasar sebesar £6,9 miliar atau Rp124,2 triliun.

Peningkatan besar keuntungan perusahaan didorong oleh harga minyak dan gas yang lebih tinggi, yang telah meroket karena perang di Ukraina. Dalam beberapa bulan terakhir, Rusia telah mengurangi pasokan ke Eropa setelah invasi, dan kekhawatiran yang berkembang mungkin akan mematikan penyaluran.

Potensi masalah pasokan gas telah melonjakkan harga grosir yang menyebabkan perusahaan energi membebankan biaya tersebut ke pelanggan sehingga mendorong tagihan energi rumah tangga mencapai jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More