5 Pengusaha Keturunan Tionghoa Terkaya di Indonesia, Hartanya Bikin Melongo
Kamis, 18 Agustus 2022 - 21:50 WIB
4. Prajogo Pangestu
Lalu ada Prajogo Pangestu yang merupakan pengusaha keturunan Tionghoa dengan kekayaan USD6,1 miliar. Ia merupakan seorang Taipan kayu terbesar di Indonesia sebelum Krisis Ekonomi 1997 di peringkat nomor 5 orang terkaya RI.
Ia memiliki nama tionghoa, Phang Djun Pen dari pemberian sang ayah. Nama tersebut diberikan oleh sang ayah, karena memiliki arti “burung besar yang terbang tinggi untuk menguak awan mendung”. Dalam mitologi kuno suku khek (orang China Taiwan).
Ayahnya memiliki pekerjaan sebagai seorang penyadap getah karet. Nama ayahnya sendiri ialah Phang Siu On. Seorang Prajogo di masa muda memang mengalami kesulitan ekonomi, karena penghasilan sang ayah terbilang pas-pasan sebagai penyadap getah karet.
Bisnisnya berawal di akhir 70-an di Djajanti Timber Group dan membentuk Barito Pacific. Menurut laporan, pernah mendapatkan konsesi hutan sebanyak 6 juta hektar lebih. Operasi pemotongan kayunya sekarang jauh lebih kecil dari sebelumnya, tetapi kekayaannya masih tertimbun di Tri Polyta Indonesia Tbk, produsen 'polypropylene' terbesar di Indonesia.
Kongsi dengan Kartini Muljadi. Perusahaannya Barito Pacific Timber go public pada tahun 1993 dan mengubah namanya menjadi Barito Pacific setelah mengurangi bisnis kayunya pada tahun 2007. Pada tahun 2007 Barito Pacific mengakuisisi 70% perusahaan petrokimia Chandra Asri, yang juga diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.
Pada tahun 2011 Chandra Asri bergabung dengan Tri Polyta Indonesia dan menjadi produsen petrokimia terintegrasi terbesar di negara itu. Thaioil mengakuisisi 15% saham Chandra Asri pada Juli 2021. Mereka akan mulai mengembangkan situs petrokimia kedua pada tahun 2022.
5. Susilo Wonowidjojo dan Family
Selanjutnya ada Susilo Wonowidjojo yang merupakan anak ketiga dari Surya Wonowidjojo, pendiri Gudang Garam, perusahan rokok kretek di Kediri, Jawa Timur. Pada 2000, ia menggantikan kakaknya Rachman Halim atau Tjoa To Hing (anak pertama Surya Wonowidjojo) sebagai pimpinan Gudang Garam yang meninggal pada 27 Juli 2008 di Singapura.
Susilo telah menjadi direktur utama sejak 2009, sedangkan adiknya Juni Setiawati adalah komisaris utama. Gudang Garam berekspansi ke infrastruktur termasuk pembangunan dan pembangunan jalan tol pada tahun 2019, dan sedang membangun Bandara Dhoho di Kediri, Jawa Timur.
Lalu ada Prajogo Pangestu yang merupakan pengusaha keturunan Tionghoa dengan kekayaan USD6,1 miliar. Ia merupakan seorang Taipan kayu terbesar di Indonesia sebelum Krisis Ekonomi 1997 di peringkat nomor 5 orang terkaya RI.
Ia memiliki nama tionghoa, Phang Djun Pen dari pemberian sang ayah. Nama tersebut diberikan oleh sang ayah, karena memiliki arti “burung besar yang terbang tinggi untuk menguak awan mendung”. Dalam mitologi kuno suku khek (orang China Taiwan).
Ayahnya memiliki pekerjaan sebagai seorang penyadap getah karet. Nama ayahnya sendiri ialah Phang Siu On. Seorang Prajogo di masa muda memang mengalami kesulitan ekonomi, karena penghasilan sang ayah terbilang pas-pasan sebagai penyadap getah karet.
Bisnisnya berawal di akhir 70-an di Djajanti Timber Group dan membentuk Barito Pacific. Menurut laporan, pernah mendapatkan konsesi hutan sebanyak 6 juta hektar lebih. Operasi pemotongan kayunya sekarang jauh lebih kecil dari sebelumnya, tetapi kekayaannya masih tertimbun di Tri Polyta Indonesia Tbk, produsen 'polypropylene' terbesar di Indonesia.
Kongsi dengan Kartini Muljadi. Perusahaannya Barito Pacific Timber go public pada tahun 1993 dan mengubah namanya menjadi Barito Pacific setelah mengurangi bisnis kayunya pada tahun 2007. Pada tahun 2007 Barito Pacific mengakuisisi 70% perusahaan petrokimia Chandra Asri, yang juga diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.
Pada tahun 2011 Chandra Asri bergabung dengan Tri Polyta Indonesia dan menjadi produsen petrokimia terintegrasi terbesar di negara itu. Thaioil mengakuisisi 15% saham Chandra Asri pada Juli 2021. Mereka akan mulai mengembangkan situs petrokimia kedua pada tahun 2022.
5. Susilo Wonowidjojo dan Family
Selanjutnya ada Susilo Wonowidjojo yang merupakan anak ketiga dari Surya Wonowidjojo, pendiri Gudang Garam, perusahan rokok kretek di Kediri, Jawa Timur. Pada 2000, ia menggantikan kakaknya Rachman Halim atau Tjoa To Hing (anak pertama Surya Wonowidjojo) sebagai pimpinan Gudang Garam yang meninggal pada 27 Juli 2008 di Singapura.
Susilo telah menjadi direktur utama sejak 2009, sedangkan adiknya Juni Setiawati adalah komisaris utama. Gudang Garam berekspansi ke infrastruktur termasuk pembangunan dan pembangunan jalan tol pada tahun 2019, dan sedang membangun Bandara Dhoho di Kediri, Jawa Timur.
Lihat Juga :
tulis komentar anda