Kekurangan Pekerja, Industri Sawit Malaysia Terancam Tekor Rp6,5 Triliun
Jum'at, 09 September 2022 - 16:48 WIB
JAKARTA - Malaysian Palm Oil Association (MPOA) memproyeksikan ada penurunan produksi minyak sawit mentah di akhir tahun 2022. Penurunan produksi disebabkan karena berkurangnya ketersediaan pekerja di sektor perkebunan kelapa sawit . MPOA memperkirakan produksi CPO di Malaysia akan menembus angka 18 juta ton di sisa tahun ini.
"Oleh karena itu, peluang kerugian industri bisa mencapai lebih dari MYR20 miliar (Rp6,5 triliun/kurs Rp3.299) pada akhir tahun," kata MPOA, dilansir surat kabar The Star, Jumat (9/9/2022).
Berdasarkan laporannya, sektor perkebunan kelapa sawit di Malaysia sedang mengalami fase persediaan pekerja yang terburuk sejak era komersialisasi CPO pada 1917. MPOA mencatat sebanyak 120 ribu pekerja perkebunan sawit telah berhenti, sedangkan periode kembalinya pekerja asing dinilai berjalan cukup lambat, bahkan saat pohon sawit di Negeri Jiran saat ini sedang memasuki masa puncak panen.
"Kami kehilangan panen yang cukup signifikan, mulai dari 15%-25%, atau malah bisa lebih tinggi," tambahnya.
Selain karena tenaga kerja, MPOA juga menilai ada faktor cuaca yang masih tidak menentu, lonjakan harga pupuk, biaya logistik, hingga kenaikan upah minimum sebesar 25-36%, yang dapat membebani ongkos produksi.
MPOA merupakan asosiasi yang mewakili sekitar 70% dari area perkebunan kelapa sawit swasta, yang merupakan 40% dari total area kebun sawit di Malaysia. Anggotanya merupakan perusahaan seperti Sime Darby Plantations Bhd, FGV Holdings Bhd, Kuala Lumpur Kepong Bhd, dan IOI Corp Bhd.
"Oleh karena itu, peluang kerugian industri bisa mencapai lebih dari MYR20 miliar (Rp6,5 triliun/kurs Rp3.299) pada akhir tahun," kata MPOA, dilansir surat kabar The Star, Jumat (9/9/2022).
Berdasarkan laporannya, sektor perkebunan kelapa sawit di Malaysia sedang mengalami fase persediaan pekerja yang terburuk sejak era komersialisasi CPO pada 1917. MPOA mencatat sebanyak 120 ribu pekerja perkebunan sawit telah berhenti, sedangkan periode kembalinya pekerja asing dinilai berjalan cukup lambat, bahkan saat pohon sawit di Negeri Jiran saat ini sedang memasuki masa puncak panen.
"Kami kehilangan panen yang cukup signifikan, mulai dari 15%-25%, atau malah bisa lebih tinggi," tambahnya.
Selain karena tenaga kerja, MPOA juga menilai ada faktor cuaca yang masih tidak menentu, lonjakan harga pupuk, biaya logistik, hingga kenaikan upah minimum sebesar 25-36%, yang dapat membebani ongkos produksi.
Baca Juga
MPOA merupakan asosiasi yang mewakili sekitar 70% dari area perkebunan kelapa sawit swasta, yang merupakan 40% dari total area kebun sawit di Malaysia. Anggotanya merupakan perusahaan seperti Sime Darby Plantations Bhd, FGV Holdings Bhd, Kuala Lumpur Kepong Bhd, dan IOI Corp Bhd.
(uka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda