Masuk Musim Dingin, Harga Minyak Dunia Mulai Bergejolak
Kamis, 15 September 2022 - 10:53 WIB
JAKARTA - Harga minyak dunia bergerak fluktuatif pada Kamis (15/9), didorong pasokan yang ketat menyusul kebutuhan menjelang musim dingin di berbagai belahan dunia.
Data perdagangan menunjukkan minyak Brent di Intercontinental Exchange (ICE) untuk kontrak November koreksi 0,11% menjadi USD94,00 per barel. Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange (NYMEX) untuk pengiriman November menguat 0,01% sebesar USD88,06 per barel.
Badan Energi Internasional (IEA) mengharapkan ada peralihan yang lebih luas dari komoditas gas ke minyak, dengan ekspektasi ada tambahan pasokan rata-rata sebesar 700 ribu barel per hari (bph) pada Oktober 2022 hingga Maret 2023. Angka ini dua kali lipat dari tingkat pasokan tahun lalu.
Penambahan produksi diharapkan dapat memenuhi kebutuhan menjelang musim dingin, meskipun sampai saat ini pasokan masih relatif ketat yang terus mendongkrak harganya di pasar. Demikian dilaporkan Reuters, Kamis (15/9/2022).
Selain IEA, katalis yang mendorong kenaikan harga datang dari pemangkasan produksi minyak dari perusahaan TotalEnergies SE sebesar 238.000 barel per hari (bph) menyusul penutupan dua unit Sulfur Recovery Unit (SRU) di Texas, Amerika Serikat.
Saat ini pasar minyak masih terus mencermati prospek suku bunga yang tinggi dari Federal Reserve untuk meredam inflasi. Lebih jauh, adanya perselisihan hubungan industrial di AS yang melibatkan serikat pekerja kereta api dinilai dapat memperburuk pengiriman minyak.
Data perdagangan menunjukkan minyak Brent di Intercontinental Exchange (ICE) untuk kontrak November koreksi 0,11% menjadi USD94,00 per barel. Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange (NYMEX) untuk pengiriman November menguat 0,01% sebesar USD88,06 per barel.
Badan Energi Internasional (IEA) mengharapkan ada peralihan yang lebih luas dari komoditas gas ke minyak, dengan ekspektasi ada tambahan pasokan rata-rata sebesar 700 ribu barel per hari (bph) pada Oktober 2022 hingga Maret 2023. Angka ini dua kali lipat dari tingkat pasokan tahun lalu.
Penambahan produksi diharapkan dapat memenuhi kebutuhan menjelang musim dingin, meskipun sampai saat ini pasokan masih relatif ketat yang terus mendongkrak harganya di pasar. Demikian dilaporkan Reuters, Kamis (15/9/2022).
Selain IEA, katalis yang mendorong kenaikan harga datang dari pemangkasan produksi minyak dari perusahaan TotalEnergies SE sebesar 238.000 barel per hari (bph) menyusul penutupan dua unit Sulfur Recovery Unit (SRU) di Texas, Amerika Serikat.
Saat ini pasar minyak masih terus mencermati prospek suku bunga yang tinggi dari Federal Reserve untuk meredam inflasi. Lebih jauh, adanya perselisihan hubungan industrial di AS yang melibatkan serikat pekerja kereta api dinilai dapat memperburuk pengiriman minyak.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda