Ekspor CPO Malaysia Terancam Anjlok Imbas RI Jual Murah Minyak Sawit Mentah
Kamis, 22 September 2022 - 12:16 WIB
JAKARTA - Regulator industri minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) Malaysia mengkhawatirkan akan adanya penurunan ekspor setelah terpukul oleh kebijakan Indonesia yang memperpanjang pembebasan pungutan ekspor CPO. Tak hanya itu, RI juga menjual produknya dengan harga murah.
Direktur Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB) Ahmad Parveez mengatakan, produsen CPO dari Indonesia sedang bergerak untuk menguras persediaan dengan melakukan ekspor di harga yang lebih rendah dari produk Malaysia. Diketahui, kebijakan pembebasan bea ekspor RI diperpanjang hingga 31 Oktober.
“Dengan cara Indonesia melepas persediaannya sekarang, kami mengantisipasi dua hingga tiga bulan ke depan ekspor Malaysia akan turun,” ujar Ahmad, dilansir Reuters, Kamis (22/9/2022).
Perlambatan ekspor ini dinilai dapat membuat persediaan CPO di negeri jiran itu akan melimpah-ruah pada akhir 2022. Ahmad menyebut stok CPO pada Desember 2022 akan menjadi 2,5 juta ton, tertinggi sejak April 2019.
Malaysia juga dinilai mampu untuk menghasilkan 18,5 juta ton CPO pada tahun 2022. Optimisme tersebut, terang Ahmad, bakal menjadi tantangan mengingat masalah kekurangan tenaga kerja yang tak kunjung sirna.
Sebagai catatan, volume persediaan CPO Malaysia meningkat pada akhir Agustus lalu di level tertinggi dalam lebih dari dua tahun terakhir.
Selain karena penurunan ekspor, produksi tandan buah segar mengalami peningkatan menyusul puncak musim panen yang sedang berlangsung.
Di Indonesia, persediaan CPO telah meningkat tajam sejak kebijakan pembatasan ekspor yang diberlakukan dari awal tahun.
Ahmad membaca para pedagang minyak sawit RI sengaja menurunkan harga agar lebih murah daripada produk Malaysia demi mengurangi persediaan mereka, sekaligus membantu petani perkebunan.
"Saya tidak heran jika mereka (Indonesia) memperpanjang kebijakan itu, meskipun itu masih tergantung pada persediaan. Mereka ingin menurunkan stok ke level yang terkendali," tuturnya.
Direktur Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB) Ahmad Parveez mengatakan, produsen CPO dari Indonesia sedang bergerak untuk menguras persediaan dengan melakukan ekspor di harga yang lebih rendah dari produk Malaysia. Diketahui, kebijakan pembebasan bea ekspor RI diperpanjang hingga 31 Oktober.
“Dengan cara Indonesia melepas persediaannya sekarang, kami mengantisipasi dua hingga tiga bulan ke depan ekspor Malaysia akan turun,” ujar Ahmad, dilansir Reuters, Kamis (22/9/2022).
Perlambatan ekspor ini dinilai dapat membuat persediaan CPO di negeri jiran itu akan melimpah-ruah pada akhir 2022. Ahmad menyebut stok CPO pada Desember 2022 akan menjadi 2,5 juta ton, tertinggi sejak April 2019.
Malaysia juga dinilai mampu untuk menghasilkan 18,5 juta ton CPO pada tahun 2022. Optimisme tersebut, terang Ahmad, bakal menjadi tantangan mengingat masalah kekurangan tenaga kerja yang tak kunjung sirna.
Sebagai catatan, volume persediaan CPO Malaysia meningkat pada akhir Agustus lalu di level tertinggi dalam lebih dari dua tahun terakhir.
Selain karena penurunan ekspor, produksi tandan buah segar mengalami peningkatan menyusul puncak musim panen yang sedang berlangsung.
Di Indonesia, persediaan CPO telah meningkat tajam sejak kebijakan pembatasan ekspor yang diberlakukan dari awal tahun.
Ahmad membaca para pedagang minyak sawit RI sengaja menurunkan harga agar lebih murah daripada produk Malaysia demi mengurangi persediaan mereka, sekaligus membantu petani perkebunan.
"Saya tidak heran jika mereka (Indonesia) memperpanjang kebijakan itu, meskipun itu masih tergantung pada persediaan. Mereka ingin menurunkan stok ke level yang terkendali," tuturnya.
(ind)
tulis komentar anda