Gempar, Menteri PPPA Pimpin Pawai Kendaraan Listrik di IEMS 2022
Jum'at, 30 September 2022 - 18:53 WIB
Utami juga berharap bahwa ke depan penggunaan kendaraan listrik yang masif akan dapat menciptakan udara Indonesia yang lebih segar. Selain itu ia juga menginginkan agar kendaraan listrik ini bisa lebih mudah didapat dan murah harganya.
Ketika ditanya tentang apa yang sudah dilakukan PIMTI Perempuan Indonesia dalam mendorong percepatan kendaraan lisrik di Indonesia, iang mengungkapkan bahwa banyak anggota yang sudah memesan kendaraan listrik. “Banyak dari anggota kami yang sudah pesan kendaraan listrik, baik roda dua maupun roda empat. Prinsipnya kami mendukung program Pemerintah untuk mensukseskan perubahan kendaraan atau transisi dari konvensional ke listrik,” tegasnya.
Perempuan Pembeli Kendaraan Listrik
Apa hubungannya perempuan di kancah industri otomotif dan percepatan kendaraan listrik? Data menunjukkan bahwa 85 persen pembeli kendaraan listrik adalah perempuan. Tapi itu data di California (Amerika Serikat). Hal itu diutarakan ilmuwan wanita Indonesia Prof. Dr. Eng. Eniya Listiani Dewi pada Talkshow IEMS 2022 bertajuk “Electric Vehicle for Lady Riders”, di JCC.
Menurut Eniya, data di California tersebut meningkat tajam dalam waktu sekitar tujuh tahun belakangan. “Di awal tahun 2015 perempuan pembeli kendaraan listrik sekitar 27 persen dan sekarang sudah berada di angka 85 persen,” kata Eniya.
Lalu bagaimana di Indonesia? Merefleksi data tersebut, kata Eniya, ada potensi perempuan di Indonesia untuk mendorong pertumbuhan kendaraan listrik di Indonesia.
Pemerintah sendiri memberikan satu kesempatan bagi perempuan di Indonesia untuk mendorong industri kendaraan listrik di Indonesia untuk tumbuh berkembang. “Kami juga sudah menginformasikan ke Kementerian bahwa data tersebut harus dikawal. Data ini adalah initial market bagi Pemerintah harus mebeli kendaraan listrik,” ujarnya.
Kata Eniya, dalam tiga tahun ke depan jika produk dari produsen kendaraan listrik tidak terserap maksimal, maka produsen itu tiak akan mampu berkembang. “Untuk kendaran listrik roda dua kalau tidak dibeli sampai 1,8 juta unit dalam tiga tahun ke depan, maka dia tidak akan tumbuh. Lalu untuk roda empat sekitar 5.000 unit, dan bus 3.000 unit. Dalam waktu tiga tahun ini harus kita dukung,” imbuh Eniya.
Ketika ditanya tentang apa yang sudah dilakukan PIMTI Perempuan Indonesia dalam mendorong percepatan kendaraan lisrik di Indonesia, iang mengungkapkan bahwa banyak anggota yang sudah memesan kendaraan listrik. “Banyak dari anggota kami yang sudah pesan kendaraan listrik, baik roda dua maupun roda empat. Prinsipnya kami mendukung program Pemerintah untuk mensukseskan perubahan kendaraan atau transisi dari konvensional ke listrik,” tegasnya.
Perempuan Pembeli Kendaraan Listrik
Apa hubungannya perempuan di kancah industri otomotif dan percepatan kendaraan listrik? Data menunjukkan bahwa 85 persen pembeli kendaraan listrik adalah perempuan. Tapi itu data di California (Amerika Serikat). Hal itu diutarakan ilmuwan wanita Indonesia Prof. Dr. Eng. Eniya Listiani Dewi pada Talkshow IEMS 2022 bertajuk “Electric Vehicle for Lady Riders”, di JCC.
Menurut Eniya, data di California tersebut meningkat tajam dalam waktu sekitar tujuh tahun belakangan. “Di awal tahun 2015 perempuan pembeli kendaraan listrik sekitar 27 persen dan sekarang sudah berada di angka 85 persen,” kata Eniya.
Lalu bagaimana di Indonesia? Merefleksi data tersebut, kata Eniya, ada potensi perempuan di Indonesia untuk mendorong pertumbuhan kendaraan listrik di Indonesia.
Pemerintah sendiri memberikan satu kesempatan bagi perempuan di Indonesia untuk mendorong industri kendaraan listrik di Indonesia untuk tumbuh berkembang. “Kami juga sudah menginformasikan ke Kementerian bahwa data tersebut harus dikawal. Data ini adalah initial market bagi Pemerintah harus mebeli kendaraan listrik,” ujarnya.
Kata Eniya, dalam tiga tahun ke depan jika produk dari produsen kendaraan listrik tidak terserap maksimal, maka produsen itu tiak akan mampu berkembang. “Untuk kendaran listrik roda dua kalau tidak dibeli sampai 1,8 juta unit dalam tiga tahun ke depan, maka dia tidak akan tumbuh. Lalu untuk roda empat sekitar 5.000 unit, dan bus 3.000 unit. Dalam waktu tiga tahun ini harus kita dukung,” imbuh Eniya.
(srf)
tulis komentar anda