Profil 3 Pendiri Traveloka, Nomor 1 Masuk Daftar Terkaya di Dunia
Selasa, 04 Oktober 2022 - 14:14 WIB
Mengutip laman resminya, Traveloka merupakan lifestyle superapp di Asia Tenggara yang memungkinkan pengguna untuk menemukan dan memesan beragam produk perjalanan, local services, dan layanan keuangan. Aplikasi Traveloka telah diunduh lebih dari 100 juta kali, menjadikannya sebagai aplikasi pemesanan perjalanan dan gaya hidup paling populer di kawasan Asia Tenggara.
Belum lama ini, Traveloka juga mengumumkan ihwal pengumpulan dana sebesar USD300 juta atau setara Rp4,5 triliun. Pendanaan tersebut antara lain dari Indonesia Investment Authority (INA), BlackRock, Allianz Global Investors, Orion Capital Asia, dan lembaga keuangan internasional lainnya. Berikut ini profil tiga pendiri (Co Founder) Traveloka:
1. Ferry Unardi
Ferry merintis bisnis Traveloka saat usianya menginjak 24 tahun bersama dua sahabatnya. Saat itu dia tengah menempuh studi S2 di Universitas Harvard di Massachusetts, Amerika Serikar (AS). Dia melanjutkan kuliah setelah resign dari Microsoft di Seattle.
Mengutip beragam sumber, Ferry lahir di kota Padang pada 16 Januari 1988. Setelah lulus sekolah menengah, Ferry memutuskan untuk melanjutkan pendidikan universitas. Pilihannya jatuh kepada Purdue University di AS dengan jurusan Computer Science dan Engineering.
Usai meraih gelar S1, Ferry sempat bekerja di Microsoft di Seattle sebagai seorang software engineer. Tiga tahun bekerja di sana, Ferry yang merasa bosan dengan pekerjaannya, lalu mencoba terbang ke China untuk mencari pemikiran baru. Hasil pemikirannya adalah industri travel dan penerbangan.
Namun, sebagai seorang insinyur dia merasa belum mantap dan percaya diri untuk memulai bisnis rintisan atau startup. Akhirnya, dia memutuskan melanjutkan studi S2 Bisnis di Universitas Harvard.
Saat kuliah baru berjalan satu semester, Ferry justri tertarik untuk mengembangkan perusahaan startup. Ide membuka situs pemesanan tiket pesawat konon bermula dari permasalahan Ferry yang kesulitan memesan tiket pesawat ketika akan pulang dari Amerika ke kampung halamannya di Padang. Tak dinyana, rasa ketidaknyamanan itu justru menjadi pintu yang membuka peluang bisnis.
Dari situ, Ferry memtuskan meninggalkan studinya di Harvard dan memilih untuk mengembangkan sebuah mesin pencari tiket pesawat yang dapat diakses semua orang.
Belum lama ini, Traveloka juga mengumumkan ihwal pengumpulan dana sebesar USD300 juta atau setara Rp4,5 triliun. Pendanaan tersebut antara lain dari Indonesia Investment Authority (INA), BlackRock, Allianz Global Investors, Orion Capital Asia, dan lembaga keuangan internasional lainnya. Berikut ini profil tiga pendiri (Co Founder) Traveloka:
1. Ferry Unardi
Ferry merintis bisnis Traveloka saat usianya menginjak 24 tahun bersama dua sahabatnya. Saat itu dia tengah menempuh studi S2 di Universitas Harvard di Massachusetts, Amerika Serikar (AS). Dia melanjutkan kuliah setelah resign dari Microsoft di Seattle.
Mengutip beragam sumber, Ferry lahir di kota Padang pada 16 Januari 1988. Setelah lulus sekolah menengah, Ferry memutuskan untuk melanjutkan pendidikan universitas. Pilihannya jatuh kepada Purdue University di AS dengan jurusan Computer Science dan Engineering.
Usai meraih gelar S1, Ferry sempat bekerja di Microsoft di Seattle sebagai seorang software engineer. Tiga tahun bekerja di sana, Ferry yang merasa bosan dengan pekerjaannya, lalu mencoba terbang ke China untuk mencari pemikiran baru. Hasil pemikirannya adalah industri travel dan penerbangan.
Namun, sebagai seorang insinyur dia merasa belum mantap dan percaya diri untuk memulai bisnis rintisan atau startup. Akhirnya, dia memutuskan melanjutkan studi S2 Bisnis di Universitas Harvard.
Saat kuliah baru berjalan satu semester, Ferry justri tertarik untuk mengembangkan perusahaan startup. Ide membuka situs pemesanan tiket pesawat konon bermula dari permasalahan Ferry yang kesulitan memesan tiket pesawat ketika akan pulang dari Amerika ke kampung halamannya di Padang. Tak dinyana, rasa ketidaknyamanan itu justru menjadi pintu yang membuka peluang bisnis.
Dari situ, Ferry memtuskan meninggalkan studinya di Harvard dan memilih untuk mengembangkan sebuah mesin pencari tiket pesawat yang dapat diakses semua orang.
tulis komentar anda