Ekspor Kerajinan Tangan Masih Terkendala Biaya Logistik dan Pelabuhan
Selasa, 04 Oktober 2022 - 20:30 WIB
JAKARTA - Asosiasi Eksportir dan Pengusaha Handicraft Indonesia (ASEPHI) tengah membidik peluang ekspor kerajinan tangan di pasar global melalui platform digital. Ada sejumlah upaya strategis yang dilakukan, salah satunya melalui Jakarta International Handicraft Trade Fair (INACRAFT) yang digelar pada Oktober 2022 mendatang.
Namun untuk memperluas ekspor kerajinan tangan, ASEPHI mengaku masih banyak menemui kendala. Terutama di sisi biaya logistik yang sangat mahal. Padahal ekspor merupakan suatu keniscayaan bila Indonesia ingin menjadi negara maju.
"Kendala ekspor, mendapatkan space kapal dan biaya-biaya untuk logistik. Dan masalah pelabuhan, ini masalah yang luar biasa sehingga kita kesulitan," ungkap Ketua Umum ASEPHI, Muchsin Ridjan, saat konferensi pers, Selasa (4/10/2022).
Menurut Muchsin apabila ekspor meningkat maka devisa yang dihasilkan akan semakin membesar. Peningkatan ekspor memang masih menjadi tantangan bagi pihaknya, sebab belum semua anggota menjadi eksportir.
"Sebagian besar kita juga sudah ekspor, namun kendalanya masalah logistik dan pelabuhan," ungkap Muchsin.
Muchsin mengakui selama pandemi Covid-19, ekspor ritel dari anggota ASEPHI menurun, misalnya di DKI Jakarta. Namun, anggota di daerah seperti Bali dan Jawa Timur justru membukukan kenaikan.
Meski terdapat kendala, ASEPHI mengambil inisiatif dengan memperkenalkan produk kerajinan dari pelaku UMKM atau anggota ASEPHI melalui INACRAFT. Pameran tersebut nantinya dikonsepkan dalam satu ekosistem digital yang bisa diperkenalkan kepada buyer atau para pembeli. Para buyer yang hadir dalam pameran merupakan pembeli yang dipilih secara ketat oleh pengurus pusat ASEPHI.
Senada, Wakil Ketua Umum II ASEPHI Muchamad Ali Jufry menjelaskan ekspor ritel melalui digitalisasi menjadi peluang besar yang bisa dimanfaatkan pihaknya. Meskipun begitu, dukungan pemerintah baik dari sisi kebijakan dan kerja sama diperlukan untuk memudahkan proses ekspor produk UMKM tersebut di pasar global.
Namun untuk memperluas ekspor kerajinan tangan, ASEPHI mengaku masih banyak menemui kendala. Terutama di sisi biaya logistik yang sangat mahal. Padahal ekspor merupakan suatu keniscayaan bila Indonesia ingin menjadi negara maju.
"Kendala ekspor, mendapatkan space kapal dan biaya-biaya untuk logistik. Dan masalah pelabuhan, ini masalah yang luar biasa sehingga kita kesulitan," ungkap Ketua Umum ASEPHI, Muchsin Ridjan, saat konferensi pers, Selasa (4/10/2022).
Menurut Muchsin apabila ekspor meningkat maka devisa yang dihasilkan akan semakin membesar. Peningkatan ekspor memang masih menjadi tantangan bagi pihaknya, sebab belum semua anggota menjadi eksportir.
"Sebagian besar kita juga sudah ekspor, namun kendalanya masalah logistik dan pelabuhan," ungkap Muchsin.
Muchsin mengakui selama pandemi Covid-19, ekspor ritel dari anggota ASEPHI menurun, misalnya di DKI Jakarta. Namun, anggota di daerah seperti Bali dan Jawa Timur justru membukukan kenaikan.
Meski terdapat kendala, ASEPHI mengambil inisiatif dengan memperkenalkan produk kerajinan dari pelaku UMKM atau anggota ASEPHI melalui INACRAFT. Pameran tersebut nantinya dikonsepkan dalam satu ekosistem digital yang bisa diperkenalkan kepada buyer atau para pembeli. Para buyer yang hadir dalam pameran merupakan pembeli yang dipilih secara ketat oleh pengurus pusat ASEPHI.
Senada, Wakil Ketua Umum II ASEPHI Muchamad Ali Jufry menjelaskan ekspor ritel melalui digitalisasi menjadi peluang besar yang bisa dimanfaatkan pihaknya. Meskipun begitu, dukungan pemerintah baik dari sisi kebijakan dan kerja sama diperlukan untuk memudahkan proses ekspor produk UMKM tersebut di pasar global.
Lihat Juga :
tulis komentar anda