Krisis Properti China Jadi Ancaman Baru Pertumbuhan Ekonomi Global
Kamis, 06 Oktober 2022 - 11:53 WIB
Banyak pengembang, ternyata, telah beroperasi jauh di luar "tiga garis merah" dan dibebani dengan utang yang sangat besar. Tiba-tiba tidak dapat meminjam di bawah aturan baru, maka muncul krisis krisis keuangan.
Sektor properti sendiri berkontribusi besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) China yakni hingga 30%. Maka kesengsaraan pasar properti menjadi ancaman pada pertumbuhan ekonomi global, setelah adanya konflik Geopolitik, pandemi covid 19, dan krisis iklim yang sedang terjadi.
Jika ekonomi terbesar kedua di dunia itu mengalami kontraksi, kemungkinan bisa meningkatkan ancaman resesi global . Para pejabat meragukan China mampu mencapai target pertumbuhan ekonomi secara tahunan di angka 5,5%.
Kepala Ekonom Asia Pasifik Natixis Hong Kong, Alicia García-Herrero menjelaskan, besarnya ekonomi China bahkan menjadi penyumbang seperlima dari PDB Global. Artinya perekonomian China yang terhambat akibat sektor properti yang lesu akan berdampak serius pada pertumbuhan ekonomi global
“Dampak global sebagian besar disebabkan oleh pertumbuhan yang sangat rendah dari China, itu bukan dampak finansial yang besar,” kata García-Herrero.
Forum Ekonomi Dunia memperkirakan bahwa setiap penurunan 1 poin persentase dalam PDB Tiongkok menghasilkan pengurangan 0,3% dalam PDB global.
Sedangkan pada sebuah studi tahun 2019 oleh Federal Reserve Amerika Serikat, para ekonom memperkirakan bahwa penurunan 8,5% dalam PDB China akan mengakibatkan penurunan 3,25% di negara maju dan hampir 6% penurunan di negara berkembang.
Ekonomi China mungkin memang tidak mengalami kemerosotan ekonomi secara tajam, namun jika kemerosotannya berlarut-larut, maka akan menyeret pertumbuhan ekonomi global di tahun-tahun mendatang.
"Kami hanya bisa melihat periode pertumbuhan yang lambat, sesuatu yang lebih seperti skenario Jepang, semacam perlambatan yang parah selama bertahun-tahun bahkan tidak ada kesulitan keuangan akut atau kepanikan di pasar," pungkasnya.
Sektor properti sendiri berkontribusi besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) China yakni hingga 30%. Maka kesengsaraan pasar properti menjadi ancaman pada pertumbuhan ekonomi global, setelah adanya konflik Geopolitik, pandemi covid 19, dan krisis iklim yang sedang terjadi.
Jika ekonomi terbesar kedua di dunia itu mengalami kontraksi, kemungkinan bisa meningkatkan ancaman resesi global . Para pejabat meragukan China mampu mencapai target pertumbuhan ekonomi secara tahunan di angka 5,5%.
Kepala Ekonom Asia Pasifik Natixis Hong Kong, Alicia García-Herrero menjelaskan, besarnya ekonomi China bahkan menjadi penyumbang seperlima dari PDB Global. Artinya perekonomian China yang terhambat akibat sektor properti yang lesu akan berdampak serius pada pertumbuhan ekonomi global
“Dampak global sebagian besar disebabkan oleh pertumbuhan yang sangat rendah dari China, itu bukan dampak finansial yang besar,” kata García-Herrero.
Forum Ekonomi Dunia memperkirakan bahwa setiap penurunan 1 poin persentase dalam PDB Tiongkok menghasilkan pengurangan 0,3% dalam PDB global.
Sedangkan pada sebuah studi tahun 2019 oleh Federal Reserve Amerika Serikat, para ekonom memperkirakan bahwa penurunan 8,5% dalam PDB China akan mengakibatkan penurunan 3,25% di negara maju dan hampir 6% penurunan di negara berkembang.
Ekonomi China mungkin memang tidak mengalami kemerosotan ekonomi secara tajam, namun jika kemerosotannya berlarut-larut, maka akan menyeret pertumbuhan ekonomi global di tahun-tahun mendatang.
"Kami hanya bisa melihat periode pertumbuhan yang lambat, sesuatu yang lebih seperti skenario Jepang, semacam perlambatan yang parah selama bertahun-tahun bahkan tidak ada kesulitan keuangan akut atau kepanikan di pasar," pungkasnya.
(akr)
tulis komentar anda