Memahami Risiko Investasi Reksadana di Tengah Pandemi Covid-19

Senin, 06 Juli 2020 - 09:08 WIB
Head of Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Freddy Tedja mengingatkan, investor dengan profil agresif dan memiliki horison investasi jangka panjang, saat ini bisa jadi adalah saat yang tepat untuk secara bertahap berinvestasi kembali di reksa dana saham. Namun harus diingat, profil risiko investor tetap harus dikedepankan.

Investasi di saham, termasuk di reksa dana saham adalah investasi jangka panjang. Jangan karena kondisi sesaat yang menyebabkan investasi terkoreksi, langsung memutuskan untuk menarik investasinya. Ada baiknya memikirkan kembali tujuan investasinya dan jangka waktu.

Kita bisa kembali melihat pergerakan IHSG sepanjang tahun berjalan sebagai referensi, bagaimana keputusan untuk tetap bertahan atau mencairkan investasi dapat membuat perbedaan kinerja yang sangat signifikan.

Sementara itu Direktur Infovesta Utama Parto Kawito mengatakan, potensi kerugian tidak hanya terjadi di reksa dana berbasis saham. Namun jenis reksa dana lain seperti reksa dana pendapatan tetap juga mengalami fase naik-turun seiring pergerakan harga obligasi yang menjadi underlying-nya.

Meski demikian, selama investor tidak mencairkan atau melakukan redemption atas reksa dananya maka masih disebut sebatas sebagai potensi rugi. “Kerugian baru terjadi ketika investor melakukan redemption atas reksa dana yang dimilikinya,” ujar Parto beberapa waktu lalu.

Naik turunnya investasi di reksa dana, lanjut Parto, sebenarnya adalah hal biasa. Indonesia sempat mengalami beberapa kali masa krisis dan terbukti bisa melewatinya dengan baik. Seperti di tahun 1998 lalu kemudian di tahun 2008 akibat krisis keuangan di Amerika yaitu subprime mortgage facility, industri reksa dana di Indonesia juga terkena dampaknya.

"Kembali ke sejarah, tahun 1998 saham turun, 2008 turun, ternyata kemudian saham dan reksa dana berbalik dan kembali naik lagi," kata Parto.

Malah, imbuh Parto, setiap krisis sesungguhnya juga memberikan peluang investasi karena nilai unit investasi menjadi terdiskon. Dan ini menjadi kesempatan buat investor untuk melakukan top up. Strategi average down ini membuat harga pembelian rata-rata menjadi turun. Sehingga ketika kondisi pasar mulai membaik, posisi untung lebih mudah dicapai dibanding tanpa melakukan average down.

"Justru kalau ada uang sekarang waktunya top up, jadi harga rata-ratanya semakin baik. Ini saatnya membalikkan kerugian," saran Parto.
(akr)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More