Wawancara CEO Atalian Global Services Indonesia, Yohanes Jeffry Johary: Manajemen Fasilitas Menjadi Solusi
Rabu, 19 Oktober 2022 - 14:53 WIB
Total berapa tenaga kerja yang terserap di Atalian?
Ada 11 ribuan orang dengan sepuluh kantor cabang. Rata-rata usia di sini di bawah 40 tahun. Untuk di head office atau back office juga banyak milenial. Sebenarnya enggak ada batas usia, tergantung dari jenis pekerjaannya dan pengalamannya.
Mimpi yang ingin dicapai Atalian di masa depan?
Enggak mudah mencari margin di industri ini. Supaya cukup bertumbuh, mesti dengan bantuan teknologi. Ke depan, kami harus masuk ke area yang sifatnya lebih white collar seperti mechanical cleaning, bisnis proses outsourcing untuk IT . Itulah yang akan kami masuki dalam beberapa tahun ke depan. Sedikit demi sedikit jadi yang terbesar di Indonesia.
Seperti apa perkembangan industri jasa yang dibangun Atalian?
Perusahaan ini berdiri pada 2014, asalnya dari Prancis. Selama tujuh tahun, perusahaan lebih banyak fokus di growth dan facility service bagian cleaning dan security. Sebelum pandemi, banyak perusahaan lebih fokus di jasa facility service, seperti cleaning service, security, office support.
Kami melihat facility managementkurang berkembang, bahkan sebelum pandemi. Kemudian, datanglah pandemi Covid-19, banyak merubah pola kerja menjadi era digital atau revolusi industri 4.0. Banyak perusahaan melakukan digitalisasi transformasi. Industri manufaktur sudah lebih dulu banyak melakukan digitalisasi. Industri facility service belakangan.
Kami di Atalian juga sama. Kami melihat ke depan tidak cukup hanya fokus di facility service. Kalau kami mengacu ke induk perusahaan global di Paris maupun di Inggris, mereka sudah menjalankan full facility management. Di dalamnya sudah mencakup risk management, workplace management, energy management. Kami di sini melihat masa depan bisnis ini ada di facility management. Apalagi dengan adanya pandemi yang telah mengakselerasi banyak hal. Maka itulah kami melakukan proses transformasi besar-besaran.
Ada keinginan terlibat dalam proyek Ibu Kota Negara yang baru?
Sudah punya cabang di sana. Ada dalam prospek kita. Ada di Balikpapan. Ada kemungkinan pindah ke Samarinda, namun infrastruktur di sana tidak sebagus di Balikpapan. Makanya kami lagi banyak branding di institusi pemerintah.
Ada 11 ribuan orang dengan sepuluh kantor cabang. Rata-rata usia di sini di bawah 40 tahun. Untuk di head office atau back office juga banyak milenial. Sebenarnya enggak ada batas usia, tergantung dari jenis pekerjaannya dan pengalamannya.
Mimpi yang ingin dicapai Atalian di masa depan?
Enggak mudah mencari margin di industri ini. Supaya cukup bertumbuh, mesti dengan bantuan teknologi. Ke depan, kami harus masuk ke area yang sifatnya lebih white collar seperti mechanical cleaning, bisnis proses outsourcing untuk IT . Itulah yang akan kami masuki dalam beberapa tahun ke depan. Sedikit demi sedikit jadi yang terbesar di Indonesia.
Seperti apa perkembangan industri jasa yang dibangun Atalian?
Perusahaan ini berdiri pada 2014, asalnya dari Prancis. Selama tujuh tahun, perusahaan lebih banyak fokus di growth dan facility service bagian cleaning dan security. Sebelum pandemi, banyak perusahaan lebih fokus di jasa facility service, seperti cleaning service, security, office support.
Kami melihat facility managementkurang berkembang, bahkan sebelum pandemi. Kemudian, datanglah pandemi Covid-19, banyak merubah pola kerja menjadi era digital atau revolusi industri 4.0. Banyak perusahaan melakukan digitalisasi transformasi. Industri manufaktur sudah lebih dulu banyak melakukan digitalisasi. Industri facility service belakangan.
Kami di Atalian juga sama. Kami melihat ke depan tidak cukup hanya fokus di facility service. Kalau kami mengacu ke induk perusahaan global di Paris maupun di Inggris, mereka sudah menjalankan full facility management. Di dalamnya sudah mencakup risk management, workplace management, energy management. Kami di sini melihat masa depan bisnis ini ada di facility management. Apalagi dengan adanya pandemi yang telah mengakselerasi banyak hal. Maka itulah kami melakukan proses transformasi besar-besaran.
Ada keinginan terlibat dalam proyek Ibu Kota Negara yang baru?
Sudah punya cabang di sana. Ada dalam prospek kita. Ada di Balikpapan. Ada kemungkinan pindah ke Samarinda, namun infrastruktur di sana tidak sebagus di Balikpapan. Makanya kami lagi banyak branding di institusi pemerintah.
tulis komentar anda