Di Tengah Ancaman Inflasi, BI Ungkap Ada Mukjizat buat Indonesia
Senin, 24 Oktober 2022 - 14:04 WIB
JAKARTA - Dampak inflasi global yang kian meninggi terus menyerang sejumlah negara, termasuk Indonesia. Inflasi Indonesia diprediksi berada di kisaran 6-7%, meski sebelumnya sempat bertengger di bawah angka 5%.
Deputi Gubernur Bank Indonesia ( BI ) Doni Primanto Joewono mengatakan, meski inflasi dalam negeri diperkirakan naik, namun ada sebuah "mukjizat" yang terjadi. Tak banyak negara yang mendapatkan mukjizat itu.
"Meski Indonesia mengalami inflasi, kita juga mengalami pertumbuhan ekonomi. Ini mukjizat karena bahkan negara lain itu ekonominya tidak tumbuh dan malah mengalami stagnasi, sementara Indonesia tetap tumbuh," ungkap Doni secara virtual di Jakarta, Senin(24/10/2022).
Mukjizat pertumbuhan ini terjadi karena ekonomi Indonesia didorong oleh sektor konsumsi. Dia mengatakan perlu ada strategi untuk menjaga momentum pertumbuhan dan inflasi di saat yang sama.
"Rapat Dewan Gubernur BI pekan lalu memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan atau BI 7 days reverse repo rate (BI7DRR) sebesar 50 basis poin(bps) menjadi 4,75%. Suku bunga deposit facility juga naik 50 bps menjadi 4% dan suku bunga lending facility sebesar 50 bps menjadi 5,5%," ungkap Doni.
Dia menyebutkan bahwa kebijakan ini merupakan langkah front-loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini terlalu tinggi (overshooting). Kenaikan suku bunga ini ditempuh demi memastikan inflasi inti ke depan kembali ke dalam sasaran 3±1% lebih awal, yaitu ke paruh pertama 2023.
"Ini juga demi memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya akibat semakin kuatnya dolar dan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global, di tengah peningkatan permintaan ekonomi domestik yang tetap kuat," pungkas Doni.
Deputi Gubernur Bank Indonesia ( BI ) Doni Primanto Joewono mengatakan, meski inflasi dalam negeri diperkirakan naik, namun ada sebuah "mukjizat" yang terjadi. Tak banyak negara yang mendapatkan mukjizat itu.
"Meski Indonesia mengalami inflasi, kita juga mengalami pertumbuhan ekonomi. Ini mukjizat karena bahkan negara lain itu ekonominya tidak tumbuh dan malah mengalami stagnasi, sementara Indonesia tetap tumbuh," ungkap Doni secara virtual di Jakarta, Senin(24/10/2022).
Mukjizat pertumbuhan ini terjadi karena ekonomi Indonesia didorong oleh sektor konsumsi. Dia mengatakan perlu ada strategi untuk menjaga momentum pertumbuhan dan inflasi di saat yang sama.
"Rapat Dewan Gubernur BI pekan lalu memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan atau BI 7 days reverse repo rate (BI7DRR) sebesar 50 basis poin(bps) menjadi 4,75%. Suku bunga deposit facility juga naik 50 bps menjadi 4% dan suku bunga lending facility sebesar 50 bps menjadi 5,5%," ungkap Doni.
Dia menyebutkan bahwa kebijakan ini merupakan langkah front-loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini terlalu tinggi (overshooting). Kenaikan suku bunga ini ditempuh demi memastikan inflasi inti ke depan kembali ke dalam sasaran 3±1% lebih awal, yaitu ke paruh pertama 2023.
"Ini juga demi memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya akibat semakin kuatnya dolar dan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global, di tengah peningkatan permintaan ekonomi domestik yang tetap kuat," pungkas Doni.
(uka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda