Tahun 2022, PGN Akan Nyemplung ke Bisnis Petrokimia
Senin, 06 Juli 2020 - 20:21 WIB
JAKARTA - PT Perusahaan Gas Negara Tbk. atau PGN akan mulai masuk bisnis petrokimia dengan melakukan hilirisasi gas menjadi Dimethyl Ether (DME) sebagai upaya mendukung pemerintah menjalankan program substitusi elpiji yang sebagian besar masih impor. Subholding gas dari PT Pertamina (Persero) itu saat ini telah melakukan berbagai kajian inovasi agar rencana dapat terwujud pada 2022 mendatang.
“Produk hilirisasi gas ini bisa menjadi bahan baku pengganti elpiji yang sebagian besar masih impor. Targetnya dua sampai tiga tahun ke depan kita mulai,” ujar Direktur Utama PGN Suko Hartono saat rapat kerja dengan Komisi VII DPR, di Gedung DPR, Jakarta, Senin (6/7/2020).
(BACA JUGA: Konsumsi Terus Naik, Subsidi Elpiji 3 Kg Tembus Rp42,47 Triliun)
Menurut dia bisnis baru tersebut merupakan sinergi antara subholding gas dengan subholding kilang Pertamina. Sebagai induk holding migas, imbuhnya, Pertamina ingin PGN berinovasi agar bisa masuk ke bisnis hilir gas dengan tujuan menekan impor elpiji.
“Ini pada dasarnya bukan bisnis kami tapi kerja sama bisnis dengan subholding kilang. Jadi kami masuk portofolio hilir di petrokimia dengan mengubah gas menjadi DME untuk menggantikan elpiji," kata dia.
Tidak hanya itu, PGN juga melakukan penyaluran gas ke konsumen rumah tangga di wilayah yang belum terjangkau jaringan pipa gas dengan menggunakan Liquified Natural Gas (LNG) yang disalurkan melalui ISO tank. Adapun proyek tersebut akan dikerjasamakan dengan badan usaha swasta atau pengembang.
Selain itu, PGN juga mengembangkan bisnis pengadaan internet dengan memanfaatkan jaringan gas bumi untuk memasang kabel fiber optik melalui PGASCom. Adapun perusahaan melakukan pemasangan jaringan pipa gas menggunakan fiber optik untuk kontrol laju arus dan sebagainya.
“Jadi kami pasang LNG storage sekalian infrasturkur pipanya dan dilakukan monitoring melalui fiber optik. Tapi ternyata bisnis ini luar biasa kami bisa melakukan tambahan menjual produk internet data dan televisi nanti muncul produk gasnet yaitu jualan gas bonus internet dan saluran televisi,” kata dia.
Namun demikian, pihaknya perlu dukungan pemerintah agar inovasi-inovasi tersebut bisa berjalan khususnya dalam menjamin pasokan gas baik jaminan dari sumur gas maupun LNG. “Konsep holding gas perlu dukungan pemerintah karena itu menjadi penting,” kata dia.
Pada kesempatan yang sama, Anggota Komisi VII DPR Ridwan Hisjam mendorong agar PGN sebagai subholding gas mampu membuat terobosan menciptakan bisnis baru di sektor gas. Terobosan berupa inovasi diperlukan supaya tidak hanya berkutat di bisnis konvensional yang selama ini sudah dijalankan. “PGN harus melakukan terobosan dibidang gas tidak lagi konvensional dalam melakukan kegiatan bisnis selama ini," kata Ridwan.
Dia menandaskan, apabila PGN berhasil masuk bisnis petrokimia dengan mengolah gas menjadi pengganti elpiji maka berdampak besar bagi negara termasuk menekan impor elpiji yang selama ini menjadi beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pasalnya subsidi terus meningkat karena tingginya impor elpiji. "Kenaikan volume elpiji tabung 3 kilogram tahun ini dari 7 juta metrik ton menjadi 7,5 juta metrik ton dengan kenaikan subsidi mencapai Rp2 triliun dengan total mencapai Rp5 triliun," jelasnya.
Disamping itu, perluasan jangkauan penyaluran LNG dengan ISO tank akan lebig efisien dan semakin terjangkau oleh masyarakat. Tidak berhenti disitu, Wakil Ketua Komisi VII DPR Ramson Siagian meminta kepada PGN untuk berkolaborasi dengan PT PLN (Persero) untuk ikut membangun pembangkit gas skala kecil. "PGN juga bisa bekerjasama dengan PLN membangun pembangkit small scale nanti gasnya dipasok dari PGN," jelasnya.
Lihat Juga: Pasar Terbuka Tak Bisa Dihindari, Erick Thohir: BUMN Harus Berani Bersaing Secara Global
“Produk hilirisasi gas ini bisa menjadi bahan baku pengganti elpiji yang sebagian besar masih impor. Targetnya dua sampai tiga tahun ke depan kita mulai,” ujar Direktur Utama PGN Suko Hartono saat rapat kerja dengan Komisi VII DPR, di Gedung DPR, Jakarta, Senin (6/7/2020).
(BACA JUGA: Konsumsi Terus Naik, Subsidi Elpiji 3 Kg Tembus Rp42,47 Triliun)
Menurut dia bisnis baru tersebut merupakan sinergi antara subholding gas dengan subholding kilang Pertamina. Sebagai induk holding migas, imbuhnya, Pertamina ingin PGN berinovasi agar bisa masuk ke bisnis hilir gas dengan tujuan menekan impor elpiji.
“Ini pada dasarnya bukan bisnis kami tapi kerja sama bisnis dengan subholding kilang. Jadi kami masuk portofolio hilir di petrokimia dengan mengubah gas menjadi DME untuk menggantikan elpiji," kata dia.
Tidak hanya itu, PGN juga melakukan penyaluran gas ke konsumen rumah tangga di wilayah yang belum terjangkau jaringan pipa gas dengan menggunakan Liquified Natural Gas (LNG) yang disalurkan melalui ISO tank. Adapun proyek tersebut akan dikerjasamakan dengan badan usaha swasta atau pengembang.
Selain itu, PGN juga mengembangkan bisnis pengadaan internet dengan memanfaatkan jaringan gas bumi untuk memasang kabel fiber optik melalui PGASCom. Adapun perusahaan melakukan pemasangan jaringan pipa gas menggunakan fiber optik untuk kontrol laju arus dan sebagainya.
“Jadi kami pasang LNG storage sekalian infrasturkur pipanya dan dilakukan monitoring melalui fiber optik. Tapi ternyata bisnis ini luar biasa kami bisa melakukan tambahan menjual produk internet data dan televisi nanti muncul produk gasnet yaitu jualan gas bonus internet dan saluran televisi,” kata dia.
Namun demikian, pihaknya perlu dukungan pemerintah agar inovasi-inovasi tersebut bisa berjalan khususnya dalam menjamin pasokan gas baik jaminan dari sumur gas maupun LNG. “Konsep holding gas perlu dukungan pemerintah karena itu menjadi penting,” kata dia.
Pada kesempatan yang sama, Anggota Komisi VII DPR Ridwan Hisjam mendorong agar PGN sebagai subholding gas mampu membuat terobosan menciptakan bisnis baru di sektor gas. Terobosan berupa inovasi diperlukan supaya tidak hanya berkutat di bisnis konvensional yang selama ini sudah dijalankan. “PGN harus melakukan terobosan dibidang gas tidak lagi konvensional dalam melakukan kegiatan bisnis selama ini," kata Ridwan.
Dia menandaskan, apabila PGN berhasil masuk bisnis petrokimia dengan mengolah gas menjadi pengganti elpiji maka berdampak besar bagi negara termasuk menekan impor elpiji yang selama ini menjadi beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pasalnya subsidi terus meningkat karena tingginya impor elpiji. "Kenaikan volume elpiji tabung 3 kilogram tahun ini dari 7 juta metrik ton menjadi 7,5 juta metrik ton dengan kenaikan subsidi mencapai Rp2 triliun dengan total mencapai Rp5 triliun," jelasnya.
Disamping itu, perluasan jangkauan penyaluran LNG dengan ISO tank akan lebig efisien dan semakin terjangkau oleh masyarakat. Tidak berhenti disitu, Wakil Ketua Komisi VII DPR Ramson Siagian meminta kepada PGN untuk berkolaborasi dengan PT PLN (Persero) untuk ikut membangun pembangkit gas skala kecil. "PGN juga bisa bekerjasama dengan PLN membangun pembangkit small scale nanti gasnya dipasok dari PGN," jelasnya.
Lihat Juga: Pasar Terbuka Tak Bisa Dihindari, Erick Thohir: BUMN Harus Berani Bersaing Secara Global
(nng)
tulis komentar anda